Libya Digoyang Pemberontakan Anti-Islamis
19 Mei 2014Setelah konflik berdarah yang menewaskan 77 orang, pemerintahan transisi Libya semakin terdesak.
Panglima Militer Senin (10/5) memerintahkan pemindahan milisi Islamis ke ibukota, sehari setelah penyerbuan terhadap gedung parlemen di Tripoli oleh bekas jendral yang membelot.
Libya kini tengah dirundung prahara akibat konflik antara milisi Islamis yang berkuasa di wilayah barat dan tengah, melawan pasukan pimpinan Jendral Khalifa Haftar, yang memerintahkan penyerbuan gedung parlemen, Minggu (18/5).
Haftar menuding parlemen didominasi oleh kelompok ultra-konservatif dan bertanggungjawab atas menguatnya geliat ekstremisme Islam di Libya. Sang jendral membawa serta ratusan pasukan yang membelot dan didukung oleh milisi bersenjata di kota Sintan.
Pemberontakan Kelompok Revolusioner
Tujuan mereka adalah menghalau milisi Islamis di Libya yang merajalela sejak kejatuhan bekas diktatur Muammar Qaddafi, 2011 silam. Kelompok pimpinan Haftar juga secara sepihak mendeklarasikan pembubaran parlemen dan pemerintahan transisi.
Haftar pernah menjabat sebagai panglima angkatan bersenjata di era Qaddafi. Setelah kejatuhan sang diktatur, ia ditugaskan membangun kembali militer Libya. Namun Haftar dipecat tidak lama kemudian, diduga atas nasehat kelompok ultra konservatif yang ingin menguasai militer.
Komandan Polisi Militer, Mochtar Fernanan, mengatakan, pihaknya telah memilih komisi baru untuk menggodok ulang konstitusi dan mengambil-alih tugas legislatif untuk sementara.
"Rakyat Libya tidak akan membiarkan negaranya menjadi wadah untuk teroris dan ekstremis," ujarnya seraya mengecam lemahnya kepemimpinan di Tripoli.
Berawal di Bengasi
Menurut pernyataan yang dipublikasikan di halaman Facebook milik jurubicara Kepala Staf Militer Libya, Nouri Abu Shmain, pihaknya telah memerintahkan "Palang Libya", organisasi payung yang menguasai sepasukan milisi bersenjata, untuk "merebut kekuasaan" di Tripoli. Abu Shmain dikenal sebagai politisi yang menggenjot Islamisasi Libya.
Prahara di Libya berawal Jumat (16/5) di Bengasi dan menyebar hingga ibukota Tripolis. Di sana sekelompok orang tidak dikenal menyerang markas milik milisi Islamis. Tidak lama kemudian, giliran gedung parlemen yang dijadikan sasaran serangan.
Di awal pemberontakan melawan Qaddafi, Bengasi dikenal sebagai kota yang mencetuskan revolusi. Namun brigade revolusi yang dulu berperang melawan pasukan pemerintah, kini menjelma menjadi milisi bersenjata yang menolak pelucutan senjata.
rzn/hp (ap,rtr,dpa)