Malaysia Ingin Perluas Proyek Kereta Api dengan Cina
28 Maret 2024Jalur kereta api sepanjang 665 kilometer dan bernilai 50,27 miliar ringgit (USD10,63 miliar) adalah bagian dari proyek prestisius Presiden Cina Xi Jinping yang dinamakan Belt and Road Initiative (BRI). Jalur kereta api itu akan menghubungkan pantai timur dan barat semenanjung Malaysia dan direncanakan selesai akhir tahun 2026.
Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke mengatakan hari Rabu (27/3), pemerintahnya terbuka terhadap proposal untuk memperluas jalur hingga ke perbatasan dengan Thailand, untuk integrasi lebih lanjut ke dalam jaringan kereta api yang ada.
"Ketika konektivitas jalur kereta api antara Malaysia dan Thailand dapat dimodernisasi dan ditingkatkan, pergerakan kargo dan penumpang antara kedua negara akan menjadi lebih cepat, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Anthony Loke di hadapan Senat Malaysia.
Bersaing dengan megaproyek Thailand
Juru bicara Kementerian Transportasi Thailand tidak segera menanggapi permintaan komentar. Jalur kereta api itu pertama kali diusulkan pada tahun 2017 dan sedang dibangun oleh unit China Communications Construction Co Ltd di Malaysia. Proyek ini telah selesai 60% pada bulan Maret, menurut kantor berita Malaysia, Bernama.
Thailand juga mempunyai rencana untuk berinvestasi dalam proyek jembatan darat besar-besaran di selatan negara itu untuk meningkatkan pertumbuhan dan perdagangan global. Jembatan ini akan melewati Selat Malaka yang padat.
"Daripada persaingan yang tidak menguntungkan, Kementerian Perhubungan (Malaysia) yakin bahwa Malaysia dan Thailand dapat menjajaki kerja sama yang lebih erat di bidang transportasi dan pembangunan nasional untuk saling menguntungkan dalam jangka panjang,” kata Anthony Loke.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Proyek infrastruktur Cina di Asia Tenggara
Cina pernah menjanjikan proyek-proyek infrastruktur miliaran dolar di seluruh Asia Tenggara, namun banyak di antaranya tidak pernah dibangun, menurut sebuah studi yang dilakukan Lowy Institute yang bermarkasi di Sydney, Australia.
Menurut hasil studi Lowy Institute yang dirilis hari Rabu, sejak tahun 2015 lebih dari USD50 miliar yang dijanjikan Beijing untuk proyek-proyek di Asia Tenggara belum dialokasikan. Lebih dari separuh proyek dibatalkan, dikurangi skalanya, atau tidak dilanjutkan.
Alexandre Dayant dan Grace Stanhope dari Lowy Institute mengatakan, ketidakstabilan politik, buruknya keterlibatan pemangku kepentingan lokal, dan menurunnya minat terhadap bahan bakar fosil telah menghambat rencana Cina di Asia Tenggara. Proyek yang dibatalkan antara lain Pembangunan pipa minyak sepanjang 598 kilometer di Malaysia, yang didanai dengan pinjaman dari Cina yang telah disetujui tahun 2017.
Meski begitu, Cina tetap menjadi mitra infrastruktur terbesar di Asia Tenggara dan terlibat dalam 24 dari 34 megaproyek di kawasan ini. Dari 24 proyek raksasa yang melibatkan Cina, tingkat penyelesaiannya sudah mencapai 33 persen, kata Lowy Institute.
hp/as (rtr, afp)