Malaysia Tolak Pelepasan Hambali dari Guantanamo
22 Agustus 2016Encep Nurjaman alias Hambali alias Riduan Isamuddin saat ini ditahan di penjara militer AS Guantanamo Bay di Kuba. Dia tertangkap tahun 2006 di Thailand. Intelijen AS kemudian membawanya ke Afghanistan dan akhirnya ke Guantanamo.
Minggu yang lalu, Hambali tampil di hadapan panel militer AS yang sedang mempertimbangkan, apakah gembong teroris yang disebut-sebut sebagai pemimpin Jemaah Islamiyah itu akan dilepaskan atau tetap ditahan, setelah Hambali mengajukan permohonan untuk dibebaskan.
Malaysia menyatakan menentang permohonan Hambali dari fasilitas penahanan di Guantanamo, Kuba. Dia adalah salah satu darin 61 tahanan yang sampai kini masih meringkuk di penjara militer itu. Hambali dituduh bergabung dengan kelompok teror Al Qaida. Dia dinilai bertanggung jawab atas rangkaian serangan teror di Asia Tenggara, antara lain Bom Bali tahun 2002 yang menewaskan lebih dari 200 orang.
Wakil Menteri Dalam Negeri Malaysia Nur Jazlan Mohamed mengatakan, Hambali kemungkinan besar masih punya pengaruh terhadap gerakan militan yang masih beroperasi di Malaysia dan Indonesia."Kami harap Lembaga Penjara AS tidak menerima permohonan Hambali untuk dibebaskan" kata Nur Jazlan Mohamed kepada wartawan.
Dia menyebut Hambali sebagai seorang yang terlatih dan bisa kembali memimpin Jemaah Islamiyah, jika dilepaskan. "Kelompok ini mungkin masih memiliki pengikut dan sedang menunggu pembebasan Hambali untuk menghidupkan kembali gerakan. Jika dibebaskan dari penjara, kehadirannya bisa memberi angin baru kepada aksi terorisme di wilayah ini," tambahnya.
Hambali adalah warga Indonesia yang pernah di Malaysia selama hampir dua puluhn tahun. Menurut pemerintah Malaysia, Hambali memimpin koordinasi dan pelatihan kamp-kamp Jemaah Islamiyah di negeri itu, bersama pemimpin ideologinya, Abu Bakar Ba'asyir.
Di hadapan panel militer Amerika Serikat minggu lalu, pendamping Hambali menyatakan, kliennya " menyatakan tidak memiliki niat buruk terhadap AS." Dia percaya Amerika Serikat punya prinsip keragaman dan pembagian kekuasaan yang jauh lebih baik dari sistem diktatur. Dia menyatakan bahwa tidak ada lain hal yang menjadi keinginannya selain melanjutkan kehidupannya dan oenuh kedamaian," kata petugas pendamping Hambali dalam sidang tertutup itu.
Tapi pemerintah Amerika Serikat menyatakan, Hambali masih menjadi ancaman keamanan bagi negara itu. Dia disebut "tetap kukuh menyatakan dukungan terhadap tujuan-tujuan kelompok ekstremis dan teguh dalam kebenciannya terhadap Amerika Serikat".
Hambali "kemungkinan besar akan mencari cara untuk berhubungan lagi dengan jaringannya di Indonesia dan Malaysia atau menarik kelompok pengikut baru "jika ia dibebaskan dari Guantanamo, demikian pernyataan pemerintah AS.
hp/ap (dpa, bernama)