Manila Yang Tercekik Sampah Plastik
Distrik Tondo yang berdiri di antara tumpukan sampah plastik, menghidupi sekitar 600.000 penduduk miskin di Manila. Tanpa kawasan kumuh tersebut, ibukota Filipina akan tertimbun limbah plastik yang tak kunjung surut.
Sungai Plastik
Gambaran serupa juga dimiliki Indonesia: sebuah sungai di tengah kota yang dipenuhi sampah plastik. Sejak beberapa tahun terakhir organisasi lingkungan Greenpeace menempatkan ibukota Filipina, Manila, di urutan ke tiga dalam daftar sumber polusi sampah plastik terbesar di dunia, setelah Cina dan Indonesia.
Happyland yang Penuh Sampah
Happyland adalah sebuah kampung miskin di jantung Manila. Meski namanya yang mengindikasikan hal berbeda, "Hapilan" - begitu warga Filipina menyebut kawasan kumuh itu, berarti "sampah berbau busuk" dalam bahasa Tagalog. Di sini penduduk miskin Manila hidup dari mengumpulkan dan menjual sampah.
Plastik Bertukar Peso
Penduduk kawasan kumuh Happyland bekerja layaknya mesin daur ulang: Mereka mengumpulkan botol plastik dan jenis sampah daur ulang lain, memilah dan menjualnya kepada penadah untuk beberapa Peso. Hanya dengan cara itu mereka bisa bertahan hidup.
Sampah Menggiurkan
Meski begitu Happyland memangku harapan ribuan kaum miskin di Manila. Lantaran bisnis daur ulang sampah plastik, penduduk kawasan kumuh ini bertambah pesat dari 3.500 orang di tahun 2006 menjadi 12.000 orang pada 2016.
Berharap pada Pendidikan
Tidak sedikit anak-anak di bawah umur bekerja memulung sampah bersama orangtuanya. Kemiskinan yang menghimpit menjauhkan mereka dari sekolah. Namun kini muncul kesadaran orangtua untuk menyekolahkan anak mereka meski pendapatan yang ala kadarnya. Tanpa pendidikan, lingkaran kemiskinan di Happyland nyaris mustahil dipatahkan.
Bermain di Pantai Sampah
Jika anak-anak di Manila bermain di atas pantai, mereka tidak lagi bisa berlari di atas pasir putih, melainkan timbunan sampah. Selain kawasan kumuh seperti Happyland, sebagian sampah yang diproduksi di ibukota mendarat di pantai. Lemahnya penegakan hukum memperparah situasi tersebut, klaim organisasi lingkungan Greenpeace.
Kemasan Ramah Lingkungan?
Salah satu faktor maraknya sampah plastik adalah desain kemasan perusahaan besar. Greenpeace menuding Nestle atau Unilever ingin berhemat biaya dengan menjual kemasan sekali buang. Namun Nestle misalnya berjanji akan mengganti semua jenis kemasan menjadi lebih ramah lingkungan selambatnya tahun 2025.
Duit Sengit Sampah Plastik
Happyland adalah bagian dari distrik Tondo yang menjadi kawasan miskin berpenduduk 600.000 orang di Manila. Di sinilah sebagian besar sampah ibukota diolah, meski tanpa infrastruktur dan fasilitas yang memadai. Kelangkaan infrastruktur pula yang membuat limbah dari Tondo mencemari sungai Pasig yang melintasi Manila.(Wagner/Kling/rzn)