Masalah Sosial Polarisasi AS
24 September 2012Dulu, bagi Mitt Romney tidak penting, apakah seorang rekannya di perusahaan Bain Capital homoseksual atau tidak. Yang penting hasil kerjanya. Ketika berkampanye untuk menjadi gubernur di negara bagian Massachusetts yang liberal, ia menyatakan dalam sebuah acara debat, ia akan mempertahankan undang-undang yang menetapkan hak perempuan untuk memutuskan aborsi.
Sekarang, Romney jadi berhaluan kanan. Ia mendefinisikan pernikahan sebagai "hubungan antara seorang pria dan seorang perempuan", dan menuntut penambahan menyangkut hal itu dalam konstitusi AS. Ia sekarang juga menentang aborsi. Ia ingin, agar keputusan mahkamah tertinggi dari tahun 1973, dalam kasus antara Roe lawan Wade, yang menjamin hak perempuan untuk memutuskan aborsi, dicabut oleh pengadilan yang sama.
Pernikahan homoseksual dan aborsi termasuk banyak tema, di mana Romney, yang jadi calon presiden, berbeda pandangan dengan Romney, yang menjadi gubernur Massachusetts. "Tampaknya ia tidak punya nilai-nilai dasar atau posisi yang diwakilinya secara berkala," kata pakar politik Thomas Mann dalam wawancara dengan Deutsche Welle. Pakar dari tangki pemikir Brookings Instituts di Washington DC itu juga menekankan, bahwa Romney butuh dukungan Partai Republik, jika ia ingin dipilih menjadi presiden. Jadi setelah pemilu pun, ia tidak dapat kembali ke posisi sebelumnya yang liberal, karena "ia akan kehilangan dukungan sepenuhnya, di partai manapun."
Aborsi dan Pernikahan Homoseksual
Presiden Obama baru-baru ini juga mengubah pandangannya tentang pernikahan homoseksual. Tanggal 9 Mei 2012 ia menyatakan dalam sebuah wawancara televisi, ia sadar, bahwa "pernikahan homoseksual harus diijinkan." Dengan demikian ia mengikuti tren yang berlaku di AS. Sepuluh tahun lalu, sebagian besar rakyat AS menentang, jika pasangan homoseksual mendapat hak-hak sama seperti pasangan heteroseksual. Sekarang, jumlah orang yang menentang sangat berkurang. Terutama pendukung Partai Demokrat, pemilih independen dan kaum muda menyokong pandangan liberal tersebut.
Berkaitan dengan aborsi, AS juga terpecah-belah. Tetapi tren bergerak ke menjauh dari pandangan liberal. Tema ini lebih bersifat emosional daripada masalah pernikahan homoseksual, dan dalam beberapa tahun terakhir para penentang aborsi berhasil meyakinkan sebagian besar warga AS. Namun Presiden Obama sejak dulu secara konsekuen mendukung hak perempuan untuk memutuskan aborsi, dan adanya proses legal untuk aborsi.
Politik Imigrasi
Dalam politik imigrasi, Mitt Romney dan Barack Obama juga berselisih pandang, tetapi memiliki persamaan pula. Presiden Obama menghendaki reformasi undang-undang imigrasi. Ia ingin memberikan kesempatan bagi sekitar 11 juta imigran ilegal di AS untuk memperoleh status legal. Partai Republik memblokir apa yang disebut "DREAM Act", sebuah usulan udang-undang, yang menetapkan imigran ilegal bisa mendapat ijin tinggal resmi jika memenuhi persyaratan tertentu. Misalnya, jika imigran itu dibawa ke AS ketika masih di bawah usia dewasa, menyelesaikan sekolah menengah atas, ikut wajib militer selama dua tahun atau punya ijazah universitas.
Karena Obama tidak berhasil meloloskan "DREAM Act", ia menetapkan lewat dekrit penghentian deportasi bagi imigran ilegal berusia muda. Kriterianya sama seperti pada usulan undang-undang itu, tetapi terbatas dari segi waktu. Bagi jutaan warga muda ini berarti mereka masih bisa berada di negara, di mana mereka besar, untuk sementara waktu. Karena di lain pihak, kantor imigrasi di bawah Presiden Obama melaksanakan undang-undang dengan sangat ketat. Jumlah deportasi meningkat secara signifikan. Setiap tahun jumlahnya mencapai 400.000 kasus, jadi sektiar 30% lebih tinggi dari di masa jabatan kedua Presiden George W. Bush.
Calon presiden Mitt Romney juga ingin mereformasi undang-undang imigrasi, dan mengkritik Obama, karena Obama tidak melakukannya selama ini. Tetapi Romney menolak amnesti. Baik Obama maupun Romney tidak ingin memecah-belah keluarga. Keduanya juga ingin memudahkan mahasiswa dan tenaga kerja asing yang berkualifikasi tinggi untuk mendapat ijin tinggal di AS. Paul Ryan, yang akan menjadi wakil presiden jika Romney menang, menolak DREAM Act di Kongres. Ia juga ingin mendirikan pagar berteknologi tinggi di sepanjang perbatasan antara AS dan Meksiko.
Dampak Jangka Panjang
Di antara tiga tema-tema sosial tersebut, debat soal imigrasi adalah tema terpenting, karena jumlah warga keturunan Amerika Latin semakin bertambah. Demikian dikatakan pakar politik Thomas Mann. "Dan masalah politik imigrasi bagi kelompok ini punya nilai simbolis yang tinggi, meskipun banyak dari mereka tidak langsung terkait," ujar Mann sambil menambahkan, "Bergeraknya Partai Republik ke haluan kanan sejak Presiden George W. Bush memungkinan Partai Demokrat mendapat lebih banyak suara dari kelompok masyarakat ini."
Dalam pemilihan presiden kali ini, aborsi, politik imigrasi dan pernikahan homoseksual tidak selalu menjadi fokus tim kampanye kedua belah pihak. Yang paling penting, seperti biasa, politik ekonomi. Tetapi, untuk jangka panjang pandangan kedua partai terutama menyangkut imigrasi dan pernikahan homoseksual bisa menjadi penting, ujar Mann. Ia menambahkan, "Jika Partai Republik membiarkan dukungan dari kelompok keturunan Amerika Latin semakin kecil, dan jika pemilih berusia muda mendukung Partai Demokrat, situasi bisa menjadi sangat sulit bagi Partai Republik."