Memandang Krisis Euro di Berbagai Negara
8 Desember 2011Harian Neue Zürcher Zeitung dari Swiss menuduh Perancis menunda-nunda reformasi yang harus dilaksanakan.
Perancis hari ini menghadapi situasi yang jelas lebih buruk daripada di awal masa jabatan Nicolas Sarkozy 2007 lalu. Defisit anggaran negara dan utang meningkat drastis, dan defisit perdagangan luar negeri hampir mencapai 75 milyar Euro. Tanggung jawab atas kemerosotan ini harus ditanggung presiden, yang memerintah hampir tanpa pembatasan kekuasaan. Tetapi Sarkozy tidak melaksanakan reformasi, melainkan memulai pengurangan pajak dan pengeluaran. Ia juga melaksanakan politik industri milik negara dan obligasi negara untuk membiayai investasi di masa depan. Tetapi oposisi juga tidak lebih meyakinkan, jika mereka mengusulkan pembatalan kenaikan usia pensiun menjadi 62 tahun dan menciptakan 60.000 pekerjaan baru di sektor pendidikan.
Harian konservatif Denmark, Berlingske Tidende mengomentari citra Uni Eropa dalam masalah krisis keuangan.
Tidak adanya langkah jelas Uni Eropa jelas menyebabkan semakin buruknya kesempatan untuk mengakhiri krisis dengan cepat di banyak negara Eropa. Tidak penting, bagaimana hasil KTT Euro Jumat mendatang, perhatian semua orang tetap akan diarahkan pada pertanyaan, apakah Uni Eropa berhasil mengontrol masalah utangnya secara dapat dipercaya, dalam situasi terjepit. Tetapi yang paling buruk adalah, citra Uni Eropa sudah sangat menderita, sehingga di masa depan kemungkinan akan sulit untuk memperoleh modal bagi investasi di Eropa.
Harian Inggris The Times menuntut sikap tegas Inggris menyangkut krisis mata uang Euro.
Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy menginginkan integrasi Uni Eropa yang lebih besar, sebagai jawaban atas krisis Euro. Mitra-mitra di luar zona Euro harus bekerjasama. Merkel dan Sarkozy ingin menggunakan insitusi-institusi Uni Eropa untuk mendukung zona Euro. Tetapi jika perlu, mereka juga ingin mengambil langkah dalam lingkaran yang lebih kecil. Kemudian bagaimana jawaban Inggris dalam hal ini? Perdana Menteri David Cameron mungkin tidak dapat mengatakan rincian perundingan dalam KTT Euro yang akan segera berlangsung. Tetapi ia dapat mempunyai gambaran lebih jelas tentang Eropa yang berkembang dengan dua kecepatan. Uni Eropa akan berubah. Inggris harus ikut membentuk Uni Eropa. Jika tidak Uni Eropa akan mengubah Inggris.
Harian Kurier yang terbit di ibukota Austria, Wina mengomentari pengurangan utang yang diputuskan lewat undang-undang di Austria.
Kelompok "Kebebasan" yang dulu menjadi sebuah partai Eropa hanya melihat musibah dan malapetaka sejak Austria menjadi anggota Uni Eropa. Bahwa Austria sekarang memiliki angka pengangguran paling sedikit, tidak pernah disebut. Siapa yang bersedia memperhatikan fakta, jika yang dicari hanya dukungan bagi pernyataan bodoh, bahwa Austria akan dipenuhi tenaga kerja dari Eropa Selatan? Yang benar adalah sebaliknya, bidang layanan tenaga kerja mencari cara untuk mendatangkan tenaga kerja asing yang berpendidikan dan terlatih ke Austria. Jerman, yang seperti Austria kekurangan tenaga kerja ahli, sudah mengambil langkah lebih jauh. Dengan cara itu, Eropa perlahan-lahan akan memiliki pasaran tenaga kerja bersama. Itu meningkatkan kesempatan bagi setiap orang untuk maju, tetapi fleksibilitas yang lebih besar juga diperlukan. Dengan cara itu, dapat berdiri Eropa, yang bebas dari masalah krisis, peringkat kredit dan diskusi tentang perjanjian Eropa.
Terakhir harian Perancis L'Alsace juga mengomentari krisis utang di zona Euro.
Orang Jerman pesimis. Orang Perancis gelisah, dan orang AS akan tidak sabar. Karena jika mata uang Euro ambruk, mereka juga tertimpa kesulitan. Itu membayangi KTT Euro mendatang, setelah KTT sebelum-sebelumnya. Orang yang menjual jiwa kepada setan tidak perlu heran, jika setan mengambil jiwanya. Dan mereka yang menjatuhkan diri ke dalam utang, tidak boleh kaget, jika pada suatu hari penyita datang. Harinya sudah tiba bagi Eropa. Dan di Eropa, yang ibarat bangunan rumah bagi warga miskin, perasaan takut merebak. Rencana Kanselir Jerman Angela Merkel, yaitu: "kita berhenti mengeluarkan uang dan mulai bekerja", memang kokoh. Tetapi itu hanya berhasil untuk jangka panjang. Sedangkan negara-negara di Eropa Selatan perlu bantuan segera.
dpa/afp/Marjory Linardy
Editor: Renata Permadi