Membantu Pengungsi Dengan Konser Musik
16 Agustus 2013Heinz Ratz adalah pemain gitar bass. Dua tahun lalu, dengan kelompok band Strom & Wasser dia melakukan tur sepeda berkeliling Jerman. Tujuannya mengumpulkan sumbangan untuk para pengungsi. Para aktivis menuntut perlakuan yang lebih baik bagi pengungsi di Jerman.
Mereka mengunjungi sekitar 80 tempat penampungan pengungsi dan menemui beberapa pengungsi yang ternyata pemusik. Akhirnya muncul gagasan untuk membentuk kelompok musik dengan para pengungsi.
"Waktu itu saya berpikir, bagaimana bisa mengundang para pemusik ini ke Hamburg, merekam CD dan menggelar konser dengan mereka", tutur Ratz. Akhirnya terciptalah album "Strom & Wasser featuring The Refugees". Kelompok The Refugees terdiri dari 30 pemusik yang berasal dari 15 negara. Semua pesertanya adalah pengungsi.
Tur keliling setelah rekaman CD
Musik The Refugees adalah campuran berbagai jenis gaya, mulai dari rap, folk sampai pop. Cover CDnya menampilkan sebuah perahu hijau yang terdampar di padang pasir. Setelah rekaman CD, Heinz Ratz mengajak para pemusik tur keliling Jerman.
"Para pemusik yang bekerja dengan saya itu terancam diusir dari Jerman", ucap Heinz Ratz. Ia memperkenalkan empat orang musisi, Nuri (asal Dagestan), Jacquez (Pantai Gading), Hosain (Afghanistan) dan Revelino (Pantai Gading). Mereka tinggal di asrama penampungan pengungsi dan tidak punya ijin kerja. Sebagian besar pengungsi tidak boleh meninggalkan kota, tempat mereka ditampung.
Konser keliling dengan band para pengungsi membuat Heinz Ratz jadi makin terkenal. Ratz berdarah campuran Peru-Jerman. Bakatnya banyak. Selain bermain musik, dia juga bermain teater dan menulis buku. Banyak karya musik dan tulisannya yang sudah diterbitkan. Dengan proyek barunya The Refugees, ia ingin membantu para pengungsi menceritakan ketakutan, harapan, keinginan dan impian mereka.
Film dokumentasi musik pengungsi
Konser The Refugees kemudian didokumentasikan dalam bentuk film oleh sutradara Julia Oelker. Judul filmnya: "Can't be silent." Dalam film itu, para pengungsi menceritakan perjalanan hidup mereka.
Sam dari Gambia tinggal di penampungan pengungsi di Rosenheim. Lagu-lagunya menggambarkan peperangan yang menghancurkan kampung halamannya. Jacques dari Pantai Gading dan Nuri dari Dagestan mengatakan, tanpa proyek itu mereka mungkin tidak pernah keluar dari asrama penampungan pengungsi.
Bagi mereka, musik adalah pemberi semangat. Mereka sangat berterimakasih bisa melakukan konser. Di atas panggung, mereka adalah pemusik, penyanyi dan rapper. Tapi di belakang panggung, mereka selalu khawatir sewaktu-waktu diusir dari Jerman.
Konser yang sukses
Para pengungsi bisa melakukan konser setelah mendapat ijin khusus. Konser mereka di berbagai kota dikunjungi ribuan orang. Dalam film dokumentasi "Can't be silent", para pengungsi bercerita bagaimana mereka terombang-ambing antara harapan dan kekhawatiran.
Salah satu momen menarik dalam film itu adalah, ketika Heinz Ratz dan The Refugees di undang ke kantor Kanselir Angela Merkel. Pejabat Urusan Migrasi dan Integrasi; Maria Böhmer, menyerahkan medali tanda jasa atas kiprah Ratz dalam bidang integrasi warga asing. Dalam kesempatan itu, Ratz tidak segan-segan mengeritik politik pemerintah terhadap para pengungsi.
"Jika menyaksikan orang-orang yang putus asa, yang datang ke sini dan bertahun-tahun tidak punya ijin kerja, tidak boleh bepergian, yang hanya bisa duduk dan menunggu, maka saya makin kritis melihat politik pemerintah Jerman", ucap Ratz dalam kata sambutannya.
Ketika itu, Maria Böhmer berfoto dengan dua musisi "The Refugees". Salah seorang dari mereka sekarang sudah dideportasi kembali ke negaranya.