Mendalami Anestesiologi di Jerman
5 Juli 2021Johanes Pardede lahir di Medan, Sumatera Utara. Saat ini ia berprofesi sebagai dokter dan sedang menjalani program spesialisasi anestesiologi di sebuah rumah sakit di kota Geestland, negara bagian Niedersachsen, Jerman Utara.
Ketika pindah dari Indonesia ke Jerman, ia sudah bekerja sebagai dokter umum selama beberapa tahun. Tepatnya di rumah sakit HKBP Balige, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.
Mendapat ide untuk studi di Jerman dari saran
Rumah sakit itu jugalah yang menjadi pintu menuju kedatangannya di Jerman. Selama bekerja di rumah sakit HKBP Balige sejak 2011 hingga 2015, ia mengenal beberapa dokter spesialis yang datang dari Jerman untuk menjadi pekerja sukarela di rumah sakit tersebut.
Rumah sakit HKBP Balige sendiri punya sejarah panjang. Didirikan pada tahun 1918, dan dipimpin oleh K. H. Weissenbruch, seorang misionaris Protestan dari organisasi Rheinische Missionsgesellschaft di kota Wuppertal. Tapi Johanes, yang panggilan akrabnya Jo, juga mendapat kesempatan mengenal beberapa tenaga ahli di bidang medis dari organisasi Jerman yang lain, yaitu Senior Experten Service (SES). Organisasi ini mengirimkan dokter spesialis dari berbagai bidang, yang di Jerman sudah memasuki usia pensiun.
Para dokter spesialis dari Jerman inilah yang memberikan saran kepada Johanes untuk melanjutkan kuliah dan mengambil spesialisasi di Jerman. Sebelum mengenal para ahli itu, ia memang sudah mengikuti seleksi untuk melanjutkan spesialisasi di Indonesia, namun sayangnya ia tidak berhasil dan memang Tuhan mempunyai rencana yang berbeda.
Dari Toba ke Bonn
Karena saran tersebut, maka istri Johanes, Elisa yang berprofesi sebagai dosen di bidang Informatika di Indonesia, memutuskan untuk meneruskan studi doktoral di Jerman. Akhirnya mereka pindah ke Jerman pada tahun 2015, dan yang jadi kota tujuan adalah Bonn. Elisa melanjutkan kuliah di Universitas Bonn, yang punya nama resmi Rheinische Friedrich-Wilhelms-Universität Bonn.
Seperti orang asing di Jerman pada umumnya, tak lama setelah tiba, Johanes segera mulai belajar bahasa Jerman. Yaitu sampai taraf yang diperlukan sesuai syarat untuk bisa mengikuti ujian pengetahuan untuk penyetaraan jenjang pendidikan kedokteran di Jerman, yaitu minimal level B2.
Kelulusan ujian pengetahuan ini, yang dalam bahasa Jerman disebut Kenntnisprüfung, adalah syarat utama agar seseorang yang menyelesaikan program pendidikan dokter di luar negara EU/EEA/Swiss, bisa memperoleh izin tak terbatas untuk mempraktikkan profesinya. Izin praktik profesi ini dikenal dengan istilah Approbation.
Sebelum lulus Kenntnisprüfung, seorang dokter dari luar negara EU/EEA/Swiss boleh mendapat izin kerja sementara, yang dalam bahasa Jerman disebut Berufserlaubnis. antara satu setengah hingga dua tahun, tergantung negara bagian tempat proses Approbation.
Lain ladang, lain belalang
Tantangan terbesar yang ia hadapi ketika mempraktikkan profesi sebagai dokter adalah mengenal sistem kesehatan di Jerman serta berbagai regulasi yang diterapkan dalam sistem kesehatan Jerman. Selain itu, juga ada tantangan dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Jerman, baik formal maupun informal. Itu harus ia latih setiap hari.
Di samping itu, ia juga harus mampu bekerja dengan cara dan etika kerja yang lazim di Jerman. "Sampai saat ini itu juga masih harus saya latih," ujar Johanes.
Ia mengambil contoh juga masalah birokrasi. Birokrasi di Jerman kerap disebut-sebut sangat rumit, karena misalnya, sering banyak formulir yang harus diisi dan dilengkapi. Bagi banyak orang ini jadi terasa merepotkan. "Tapi saya lihat, memang seperti itulah seharusnya. Lambat laun kita akan terbiasa mengikuti aturan ini," kata Johanes.
Pelajaran terbesar dari negeri orang
"Bagaimana mendorong diri sendiri agar tidak mudah menyerah, ketika situasi yang dihadapi tidak sesuai dengan yang diharapkan." Itulah pelajaran yang terbesar yang diperolehnya di Jerman.
Ia harus belajar bangkit kembali, setelah mengalami kecelakaan berat dengan polytrauma di kota Köln tahun 2016. Ketika itu, ia harus dirawat selama tiga setengah pekan di unit perawatan intensif. Setelah itu, ia juga harus melewatkan waktu hampir tiga bulan dirawat inap di pusat rehabilitasi neurologi akibat kecelakaan itu.
Kemudian ia masih harus menjalani proses pemulihan dan melewati beberapa operasi lanjutan. Ketika itu, dalam kurun waktu sekitar setahun, ia harus menjalani sembilan operasi.
Selain itu juga ada pengalaman lain yang juga jadi pelajaran baginya. Yaitu saat tidak lulus ujian pengetahuan untuk penyetaraan jenjang pendidikan kedokteran di Jerman (Kenntnisprüfung). Jika mengenang kembali masa itu, Johanes mengatakan, kemungkinan persiapan untuk ujian masih kurang matang. Karena waktu itu ia juga belum mengenal sistem kesehatan Jerman dengan baik dan kewalahan karena banyaknya materi di bidang kedokteran yang harus ia ulang kembali.
"Puji Tuhan," kata Johanes, karena ia kemudian mengulang ujian dan lulus, sehingga bisa memulai mengikuti pendidikan untuk menjadi ahli anestesi di sebuah rumah sakit swasta di kota Geestland, tempat ia menetap saat ini.
Bukan bahasa saja yang penting
Ketika ditanya, apa yang sebaiknya dilakukan orang-orang yang ingin bekerja di Jerman, ia mengatakan, yang bisa saya bagikan dari pengalaman saya khususnya bagi seseorang yang berprofesi dokter dan ingin bekerja di Jerman, yang jelas bahasa Jerman harus bisa. Jadi persiapannya harus baik. Yang kedua, harus mengenal sistem di dunia kerja yang hendak dituju serta regulasi yang ada.
Selain itu, sangat penting untuk memastikan negara bagian yang mau dituju di Jerman. Sebab lembaga yang memproses penyetaraaan dan pengakuan kualifikasi seorang profesional dari negara asing di Jerman berbeda-beda untuk setiap negara bagian.
Hal lain yang menurut Johanes sangat penting adalah mempersiapkan diri untuk menghadapi hal-hal baru di Jerman. Berkaitan dengan itu, orang juga sebaiknya memupuk sikap untuk terus berjuang dan tidak mudah menyerah, karena pasti akan menemukan banyak perbedaan, baik perihal sistem maupun tata cara laksana kerja.
Jika ada hal yang baru dan mungkin dirasa tidak berkenan karena bagi kita tidak normal, maka "kita harus membuka pikiran dan wawasan, bagaimana kita sebaiknya menyikapinya," papar Johanes. Yang juga penting adalah kemandirian karena di Jerman, semua hal harus dikerjakan sendiri.
Komunitas dan "team work" menjadi kunci
Komunitas yang tepat bisa memperkuat dan mendukung, demikian ditekankan Johanes, sambil menambahkan, "Terutama di saat-saat yang sulit." Ia mengambil contoh komunitas gereja. "Saya dan istri dikuatkan melalui persekutuan dengan orang-orang yang percaya pada Tuhan Yesus."
Ia juga mengungkapkan, "team work" sangat penting. Ia menyatakan sangat beruntung karena didampingi istri yang selalu setia mendukung, dan selalu mendorong dirinya untuk mencapai potensi yang maksimal.
"Jangan menyerah. Awalnya pasti sulit." Demikian diulang lagi oleh Johanes sambil tertawa. Nasehatnya ini tidak hanya berlaku saat seseorang baru memulai hidup di Jerman, melainkan dalam berbagai hal. Seperti sebuah pepatah Jerman juga mengatakan, "Aller Anfang ist schwer," atau semua awal pasti susah. (ml/hp)