Mengapa Bank Sentral Cina Kalap Borong Emas Sepanjang Tahun?
10 April 2024Harga emas di pasar bursa menembus angka USD 2.300 per troy ounce (setara 31,1 gram) untuk pertama kalinya awal April dan sejak itu terus menanjak. Minggu ini sudah menyentuh USD 2600. Aksi Cina terus memborong emas, diikuti oleh para spekulan yang berharap harga logam mulia ini akan terus naik.
Emas sering dipandang sebagai tempat berlindung yang aman oleh para investor di saat terjadi gejolak dan krisis. Pandemi Covid dan perang di Ukraina sebelumnya sudah mengakibatkan inflasi global, ditambah lagi dengan perang di Gaza.
Langkah bank sentral Cina, People's Bank of China (PBC), sekarang juga diikuti oleh sebagian besar bank sentral negara-negara berkembang, yang ingin meningkatkan kepemilikan cadangan emas mereka. Menurut World Gold Council, selama 16 bulan terakhir PBC terus membeli emas dan menambah cadangan emasnya. Pada tahun 2023, PBC yang paling banyak membeli emas dibandingkan semua bank sentral lainnya.
World Gold Council menyebutkan, Cina tahun lalu membeli emas sebanyak 225 metrik ton, kira-kira seperempat dari seluruhnya 1.037 ton yang dibeli oleh seluruh bank sentral dunia.
Pada bulan Januari dan Februari tahun ini saja, PBC meningkatkan cadangan emasnya sebesar 22 ton, tulis Krishan Gopaul, analis senior World Gold Council di platform X.
Mengapa Cina membeli begitu banyak emas?
Cina sangat bergantung pada dolar AS untuk berdagang dengan negara-negara lain di dunia. Sebagai mata uang cadangan dunia, sebagian besar komoditas memang dihargai dalam dolar. Lebih dari separuh perdagangan dunia dilakukan dalam mata uang dolar.
Selama 30 tahun terakhir, Cina telah membangun cadangan devisa dalam jumlah besar, sebagian besar dalam bentuk dolar AS. Namun sekarang Beijing khawatir negaranya menjadi terlalu bergantung pada dolar AS dan ingin mendiversifikasi cadangannya.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Tujuan diversifikasi ini sejalan dengan tujuan negara-negara lain dalam kelompok BRICS (Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan), yang juga mempertimbangkan penggunaan mata uang alternatif dalam perekonomiannya dan dalam komposisi cadangan devisa bank sentralnya.
Negara-negara BRICS, terutama Cina, khawatir mengenai cara Washington menggunakan dolar untuk mempertahankan posisi ekonomi dan geopolitik globalnya. Posisi dolar semgai mata uang dunia memungkinkan AS meminjam uang dengan biaya yang jauh lebih rendah di pasar internasional. Washington juga dapat menggunakan mata uang tersebut sebagai alat penekan, misalnya hal itu dilakukan AS ketika menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, Iran, dan Korea Utara.
Keluar dari ketergantungan terhadap dolar AS
Menyusul invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, Amerika Serikat dan Uni Eropa menjatuhkan beberapa sanksi terhadap Moskow, termasuk membekukan cadangan devisa bank sentral Rusia. Di bawah tekanan AS, sebagian besar bank Rusia juga dikeluarkan dari sistem pembayaran SWIFT, yang memfasilitasi transfer uang internasional.
"Saya pikir sanksi tersebut telah membuat banyak bank sentral berpikir hati-hati tentang jumlah cadangan devisa mereka,” kata John Reade, kepala analis pasar di World Gold Council.
Para pemimpin Cina khawatir bahwa negaranya akan menghadapi sanksi serupa dari AS, jika negara tersebut memutuskan untuk mengerahkan kekuatan militernya ke Taiwan. Tetapi presiden Cina Xi Jinping sudah berulangkali menegaskan, bahwa Taiwan adalah bagian dari Cina dan jika perlu negaranya bisa merebut kembali pulau Taiwan dengan cara kekerasan.
Para analis World Gold Council memperkirakan, pembelian emas oleh PBC akan terus berlanjut selama beberapa tahun ke depan, karena diversifikasi yang ditargetkan Cina masih jauh dari tuntas. Setelah hampir 18 bulan terus menerus membeli emas di pasar dunia, cadangan emas PBC baru sekitar 4% dari total cadangan devisanya. Angka itu masih jauh di bawah jumlah cadangan emas bank sentral negara-negara industri maju. (hp/as)