Mengenal Ki Joko Langgeng, 'Dokter Wayang' dari Kediri
Ki Joko Langgeng, 68, sudah memperbaiki lebih dari 200-an wayang rusak. Rumahnya di kawasan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur disulap menjadi 'rumah sakit' wayang.
Peninggalan leluhur, bila rusak jangan dibuang
Kecintaannya pada wayang membuat Ki Joko Langgeng, 68, bertekad memperbaiki wayang-wayang yang rusak, alih-alih membuangnya. Detail-detail wayang sangat ia perhatikan saat menggambar. Sebelum proses memperbaiki, Ki Joko membuat sketsa di kertas putih dan dituangkan ke dalam kulit kerbau atau sapi yang akan dibuat menjadi wayang kulit.
Perhatian pada detail wayang
Dalam setiap prosesi perbaikan wayang, Ki Joko sangat memperhatikan detail, utamanya saat proses memahat. Ia harus memastikan rupa wayang tidak berubah dari bentuk aslinya. Pahat wayang menjadi proses paling rumit bagi Ki Joko. Alat yang digunakan juga khusus, seperti palu dari kayu dan betel (alat) pahat berbagai ukuran.
UGD untuk wayang 'sakit parah'
Ki Joko punya beberapa kotak dari kayu yang ia pakai untuk menyimpan wayang. Satu kotak berukuran 1x1,5 meter, disebut sebagai kotak Unit Gawat Darurat (UGD), digunakan khusus menyimpan wayang rusak parah. Artinya hanya tersisa kepala saja atau separuh badan. Kotak lainnya, untuk menyimpan wayang yang sudah 'sembuh', dan wayang yang rusak tidak terlalu parah.
Rutin dianginkan agar tidak lembab
Untuk menjaga agar kondisi wayang tetap baik, sesekali Ki Joko mengeluarkan wayang dari dalam kotak mereka. Dengan dikeluarkan secara rutin, tingkat kelembaban wayang akan tetap terjaga. Jika dibiarkan di dalam kotak tanpa rutin dianginkan, kulit wayang rawan busuk dan membuat wayang cepat rusak.
Sudah perbaiki wayang sejak masa sekolah
Ki Joko Langgeng dikenal sebagai Dokter Wayang sejak 2011. Sebutan itu diberikan oleh rekannya sesama dalang dari Solo, Jawa Tengah. Awalnya, ia hanya dikenal sebagai orang yang bisa memperbaiki wayang rusak. Keahliannya dalam memperbaiki wayang sudah terlihat semenjak kelas 3 Sekolah Rakyat.
Pentas tanpa iringan gamelan
Di era pandemi COVID-19, Ki Joko lebih banyak pentas wayang di ruang belakang rumahnya. Pentas ini digelar tanpa gamelan. Biasanya pentas diadakan bersamaan dengan prosesi ruwat, yang dipercaya bisa membebaskan diri dari potensi tertimpa nasib buruk. Penyelenggara ruwat tidak hanya dari Kediri, pernah juga ada ontang anting (anak tunggal) dari Bali yang menggelar ruwat di rumah Ki Joko. (ae)