Mengenal Satuan Keamanan Siber Militer Jerman Bundeswehr
17 Juni 2022Kota kecil Rheinbach dekat kota Bonn menyajikan panorama indah, terutama menjelang musim panas. Tidak jauh dari sini ada pusat wisata untuk berenang dan berjemur santai di tengah alam. Dua gedung barak militer bercat kuning muda yang ada di sini kelihatan seperti gedung perumahan biasa, yang banyak ditemui di luar kota. Bedanya, ada banyak kamera pengawas yang dipasang. Karena di sinilah markas komando operasi siber militer Jerman, Zentrum Cyber-Operation (ZCO) berada.
Di sinilah para serdadu melatih perang siber. Artinya, bagaimana caranya menyelusup ke jaringan komputer lawan, mencuri informasi, memanipulasi data untuk melemahkan atau bahkan melumpuhkan lawan, misalnya dengan mematikan jaringan komputer. Mereka melakukan peretasan, yang di Jerman merupakan tindakan ilegal dengan sanksi hukum berat, kalau dilakukan warga biasa. Namun, para serdadu melakukan itu dalam tugas negara.
Para peretas Bundeswehr "memiliki kapasitas dan motivasi tinggi dan sangat kreatif," kata Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambert ketika mengunjungi ZCO. Dia menyebut para peretas "hacker yang baik."
Sekitar 200 spesialis komputer di Rheinbach sehari-hari mencari kelemahan dalam sistem komputer lawan dan mencoba menembusnya, atau juga dalam sistem komputer Bundeswehr sendiri, untuk mengetahui kelemahan sistem sendiri dan memperbaikinya. Hampir semua yang bertugas di sini adalah laki-laki, hanya terlihat tiga perempuan.
Serangan siber: relatif murah, potensi kerusakan parah
ZCO adalah sebuah unit Komando Ruang Cyber dan Informasi yang dibentuk tahun 2017. Ada puluhan unit yang tersebar di seluruh Jerman, tapi kebanyakan berada di sekitar kota Bonn, yang menjadi pusat informasi dan data Bundeswehr. Karena itu, di sekitar kota Bonn ditempatkan satuan-satuan pengaman dan pertahanan. Kota Bonn juga menjadi markas Dinas Federal untuk Keamanan dan Teknologi Informasi, dan Cyber Defense Center milik perusahaan telekomunikasi Jerman, Telekom.
Keamanan siber saat ini memang mendapat prioritas tinggi. Karena dengan biaya relatif kecil, para penyerang siber bisa melakukan serangan dan menyebabkan kerusakan besar, misalnya melumpuhkan jaringan pemasok listrik atau air, menganggu sistem pengamanan penerbangan atau pengaturan lalu lintas. Partai-partai politik yang bergabung membentuk koalisi pemerintahan selama perundingan koalisi membahas ancaman ini dan menyimpulkan: "Bundeswehr harus diberi kapasitas untuk bisa menjadi aktor keamanan yang tangguh di dunia siber dan informasi, juga lewat kerja sama dengan berbagai institusi negara dan swasta."
Perang di Ukraina dengan jelas menunjukkan pentingnya keamanan siber dan mempercepat pengembangan sistem pertahanan. Serangan siber dari Rusia adalah ancaman yang makin nyata. Dalam beberapa tahun ke depan, Bundeswehr menganggarkan 20 miliar euro untuk agenda "Digitalisasi dan Kapasitas Memimpin." Ada daftar panjang tentang kebutuhan mendesak dalam pengadaan barang, antara lain sistem komunikasi digital, sistem sandi digital, sistem informasi berbasis satelit, Battle-Management-Systems, dan integrasi pusat-pusat data militer.
Daya tarik tersendiri
Dibandingkan dengan sistem persenjataan konvensional, anggaran yang dibutuhkan Komando Ruang Cyber bisa disebut kecil. "Kita tidak perlu kendaraan lapis baja dengan bobot 60 ton," kata anggota ZCO yang tidak ingin disebut namanya. Namun, dia melanjutkan, justru itulah ancaman besarnya. Seorang penyerang siber tidak perlu peralatan mahal untuk melakukan serangan mematikan. Dengan satu laptop saja mereka misalnya bisa melumpuhkan sebuah rumah sakit.
Tidak mudah bagi Bundeswehr merekrut para spesialis komputer untuk dinas militer. Karena itu, Menteri Pertahanan Christine Lammbrecht tidak akan lelah menegaskan bahwa Bundeswehr tidak saja menyediakan lapangan kerja yang baik, tetapi akan menjadi majikan yang baik juga. Selain bayaran yang layak, Bundeswehr menjanjikan jenjang karier yang jelas, pendidikan lanjutan, dan jaminan sosial yang tinggi.
Bekerja di unit pertahanan siber militer juga punya daya tarik tersendiri bagi banyak penggila komputer usia muda. Seorang serdadu di Rheinbach, ketika ditanya apa motivasinya bergabung di sini, menjawab: Di sini saya bisa melakukan banyak hal dalam penugasan negara, yang di luar sana biasanya membuat saya berurusan dengan polisi. Para serdadu di Rheinbach memang punya izin untuk melakukan peretasan. Tentu saja, untuk melakukan itu harus ada penugasan dari atasan mereka.
(hp/ha)