Menjelang G20 dan Partai Baru Berlusconi
30 Maret 2009Harian Swiss Basler Zeitung menyoroti persiapan menjelang pertemuan G20, terutama kemungkinan digelarnya demonstrasi massal di jalanan kota London:
"Pemimpin polisi yang bijaksana dalam situasi ini mengutamakan deeskalasi dan berupaya memulai dialog dengan para demonstran, tanpa lupa menyiapkan kebijakan untuk mengantisipasi pecahnya kerusuhan. Paul Stephenson, kepala kepolisian London, malah mencari konfrontasi. Sudah berhari-hari ia melontarkan ancaman dengan merujuk pada negara yang maha kuat, yang siap menghadapi apapun dan, bila perlu, siap memberlakukan undang-undang anti-teror. Padahal, menyebar ketakutan justru taktik yang salah. Kebencian pada pihak yang memicu krisis keuangan dan kekuatiran terhadap dampak krisis ekonomi yang dimunculkannya menjalar sampai ke lapisan masyarakat konservatif. Pihak yang menganggap serius para pengunjuk rasa dan mencoba berdialog dengan mereka menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi. Tapi, pihak yang bicara mengenai kekerasan justru memancing kemarahan kelompok yang vokal menyuarakan pandangan radikalnya dan turut memperuncing situasi."
Sementara, harian Inggris The Independent menulis:
"Dalam tawar-menawar diplomatis pekan ini tak hanya uang yang dibicarakan. Di sela-sela KTT G20 kali ini Presiden AS Barack Obama untuk pertama kalinya mengadakan pertemuan empat mata denga rekan sejawatnya dari Rusia Dmitri Medvedev. Agenda pembicaraannya antara lain pengurangan senjata nuklir dan tekanan terkoordinasi terhadap Iran, agar negara itu tidak mengembangkan senjata atom. Dampak tawaran yang diutarakan Obama baru-baru ini untuk membuka lembaran baru hubungan Amerika Serikat dan Rusia memiliki makna luar biasa. Kesepakatan antara dua pelaku utama perang dingin mengenai perlucutan senjata atom akan sama berharganya bagi perspektif perdamaian dunia seperti aksi bersama untuk mendongkrak perekonomian dunia."
Sementara, harian Prancis Paris Normandie berkomentar:
"Tanpa kemauan politik dan intervensi yang terarah dari pemerintah Amerika Serikat tidak akan ada regulasi pasar keuangan. Penentuan sikap moral bagi pasar harus bermula dari Amerika. Dan itulah yang diharapkan Eropa dari presiden AS yang baru. Namun, KTT London dapat menjadi dialog para tuli bisu. Di satu sisi pendukung paket penyelamatan ekonomi dengan mendongkrak daya beli, di sisi lain mereka yang menginginkan regulasi cepat dan ketat bagi pasar keuangan. Bila benar terjadi, ini adalah suatu bencana."
Topik lain yang menjadi perhatian media internasional adalah kongres pendirian Partai Kanan yang dipimpin PM Italia Silvio Berlusconi. Harian Austria Der Standard yang berhaluan liberal menulis:
"Kongres yang heboh di Roma memunculkan sejumlah pertanyaan serius mengenai kesadaran akan realita seorang perdana menteri yang 20 tahun setelah tembok Berlin runtuh masih merujuk pada hantu komunisme. Di bawah pemerintahannya, Italia kembali menjadi "negara terpandang di dunia" demikian Berlusconi memuji dirinya sendiri. Berlusconi memandang parlemen sebagai batu sandungan dan fungsi pengawasan presiden Italia sebagai pembatasan terhadap kekuasaannya. Hampir semua undang-undang diloloskan di parlemen melalui dekret perdana menteri. Sama seperti sahabatnya Vladimir Putin, Berlusconi menilai semua bentuk pengawasan demokrasi sebagai pembatasan yang mengganggu. Sikap ini bisa dimengerti dari tokoh yang seperti Napoleon menyebut dirinya 'protagonis sejarah dunia'."(zer)