Metadata Penting Bagi Mata-Mata Internet
11 Juli 2013Data pengguna internet sudah lama dikumpulkan dan dievaluasi. Para pengguna juga sering menyadarinya sendiri. Misalnya setelah berkunjung ke sebuah situs komersil dan mencari sofa murah. Berminggu-minggu kemudian kerap muncul iklan mebel saat surfing di situs yang berbeda-beda. Ini bisa terjadi karena tracking cookies yang disimpan di browser dan mengumpulkan semua jejak data yang ditinggalkan pengguna di situs. Tracking ini menarik bagi sektor iklan untuk bisa lebih baik mencapai pelanggan. Tapi tidak demikian halnya dengan dinas rahasia yang menginginkan akses terhadap data yang berbeda.
Informasi Tersembunyi
Untuk itu dibutuhkan metadata. Metadata adalah informasi yang ditanam pada sebuah file yang isinya berupa penjelasan tentang file tersebut. Seperti misalnya pada file sebuah foto, metadata bisa mengungkap kapan foto tersebut dibuat, kamera apa yang digunakan, berapa resolusinya, dan pada kamera dengan GPS bisa diketahui lokasi foto tersebut.
Dinas rahasia lebih tertarik pada lalu-lintas email. Siapa yang menulis email kepada siapa? Informasi seperti pengirim, alamat, waktu dan server apa yang digunakan juga bisa ditelusuri melalui metadata.
"NSA yourself"
Pakar di institut MIT di Massachusetts melakukan penelitian tentang seberapa banyak hal yang bisa diketahui dari pengguna jika metadatanya dilacak. Pada situs eksperimen "NSA yourself" mereka memberi kesempatan bagi pemilik akun Google untuk melihat apa yang bisa diungkap oleh metadata dari lalu lintas email.
Dengan mudah bisa dipastikan, seberapa sering pengguna berkomunikasi dengan orang lain dan menarik kesimpulan dari data tersebut. Ini bisa berbahaya bagi para pengguna yang berkomunikasi dengan seseorang yang tengah diincar oleh pihak dinas rahasia. Tanpa melihat isi emailnya, pengguna bisa langsung terseret menjadi orang yang dicurigai.
Penyedot Data
Setidaknya setelah kasus Edward Snowden, tema spionase internet semakin dianggap serius. Kini pengguna internet tahu, bahwa dinas rahasia tidak perlu membaca isi email atau menguping pembicaraan telepon untuk menarik kesimpulan.
Pakar teknologi informasi Jörg Brunsmann menjelaskan sistem kerja dinas rahasia: "Pada awalnya hanya dengan 'penyedot data'. Informasi yang diperoleh diproses oleh program yang memeriksa semua parameter. Semua dilakukan oleh mesin."
Kode Rahasia
Sejak ada email, juga ada program yang bisa mengamankan akses email dengan kode rahasia. Namun, ini hanya digunakan oleh sedikit orang. Padahal program seperti "TrueCrypt" atau "GnuPrivacyGuard" sangat mudah ditemukan di internet, lengkap dengan keterangan cara penggunaannya. Masalahnya adalah, program hanya berfungsi jika pengirim dan penerima email menggunakan program pengamanan yang sama. Dan program tersebut tidak berfungsi pada metadata.
Ada upaya menggunakan jaringan darknet. Selengkapnya di halaman kedua.
Pakar IT Jörg Brunsmann: "Program seperti TrueCrypt tidak gunanya. Ini seperti sebuah surat yang alamat penerimanya ditutupi. Bagaimana tukang pos tahu surat tersebut harus diantarkan kemana?" Satu-satunya cara untuk mengamankan diri dari serangan pihak luar adalah menyusup ke "darknet". Darknet adalah jaringan anonim yang hanya bisa dilihat oleh kelompok terbatas dengan menggunakan protokol dan port yang tidak standar. Jaringan seperti TOR misalnya, berkerja dengan banyak poin server yang berbeda-beda dan kerap mengubah alamatnya, supaya pengguna sulit untuk dilacak keberadaannya.
Jejak di Internet
Pengguna internet baik secara sengaja mau pun tidak sengaja meninggalkan jejak mereka di internet. Siapa yang memakai jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter tidak hanya menyerahkan data pengguna, tetapi juga banyak informasi tentang kehidupan pribadinya. Jejaring sosial membiarkan data para pengguna diakses oleh pihak ketiga. App pada smartphone dan tablet juga bisa mengakses lebih banyak informasi dari yang diinginkan atau diketahui oleh pengguna.
Jörg Brunsmann bercerita tentang eksperimen jejaring sosial di sebuah sekolah. "Postingan Facebook dari beberapa murid dicetak dan dipajang di dinding kelas. Banyak yang terkejut dengan postingan mereka sendiri." Karena itu para pakar internet menyarankan untuk lebih memikirkan apa yang hendak diposting di internet. Sementara masalah spionase melalui metadata, adalah hal menjadi tantangan baru bagi para "pelindung data".