Migrasi Kemiskinan Bebani Kota-Kota di Jerman
21 Februari 2013Duisburg berada di ambang kebangkrutan finansial. Setiap pengeluaran anggaran dikaji benar-benar, apakah itu memang diperlukan. Tapi kota di kawasan Ruhr (kawasan di Nordrhein-Westfalen yang dulu kaya batu bara-red) juga memiliki anggaran untuk integrasi. Hampir 19 juta Euro anggaran untuk membantu imigran dari Eropa Tenggara serta mengintegrasikan mereka dalam masyarakat. Tapi jumlah imigran terus meningkat, sementara Duisburg tak mampu menambah program bantuan.
Masalah serupa dihadapi Dortmund, Köln, Hannover, Mannheim dan berbagai kota besar Jerman lainnya.
Dari hasil analisa Deutsche Städtetag (Asosiasi Perkotaan Jerman), jumlah "imigran miskin" dari negara anggota Uni Eropa, Rumania dan Bulgaria, dalam 5 tahun terakhir meningkat dari 64 ribu menjadi 147 ribu, berarti naik lebih lebih dari 200 persen.
Komunal-komunal yang dilanda krisis khawatir situasinya akan makin kritis, jika mulai 2014 mulai berlaku kebebasan bekerja di UE bagi warga Rumania dan Bulgaria.
Jerman adalah Spanyol yang Baru
Selama ini negara yang menjadi tujuan warga Rumania dan Bulgaria terutama Spanyol dan Italia. Namun akibat krisis ekonomi, tingkat pengangguran di sana meningkat drastis, dan karenanya peluang bagi imigran memperoleh kerja menipis. Oleh sebab itu mereka kini beralih ke Jerman. Tapi tidak ada alasan panik sehubungan pengalaman dari Spanyol dan Italia, kata Prof. Herbert Brücker dari Institut Kajian Pasar Tenaga Kerja dan Pekerjaan di Nürnberg. "Di sana kita melihat, warga Rumania dan Bulgaria berintegrasi amat baik dalam pasar tenaga kerja, di sektor perawatan, di hotel dan gastronomi dan di sektor bangunan."
Beban sistem sosial akibat imigran tidak mengkhawatirkan. Imigran warga Rumania dan Bulgaria yang menjadi penganggur di bawah angka rata-rata.
Pakar ekonomi dan migrasi menekankan, banyak imigran pencari kerja yang berasal dari negara Uni Eropa lainnya memiliki pendidikan kerja yang baik sampai amat baik. Ini hasil sensus tahun 2009, yang menunjukkan 35 persen imigran yang datang ke Jerman punya ijazah perguruan tinggi. Menurut Brücker, "kota dan komunal dapat menarik keuntungan dari imigran yang dengan pekerjaan yang dimilikinya juga berkewajiban membayar pajak.“
Pejabat urusan integrasi kota Duisburg Leyla Özmal juga berpandangan serupa. "Orang juga mengatakan, bahwa personil yang berkualifikasi tinggi ikut membawa lapangan kerja.“
Tantangan Bagi Masyarakat
Tapi tenaga kerja berkualifikasi tinggi kebanyakan mencari kerja di kota lain dan bukan di Duisburg, Dortmund atau Mannheim. Yang datang ke situ adalah anggota kelompok minoritas seperti Sinti dan Roma. Di negara asalnya Rumania dan Bulgaria, mereka didiskriminasi dan dikejar-kejar, dipersulit akses memperoleh pendidikan, tidak memiliki akses pada sistem pelayanan kesehatan dan sering kali tidak punya pendidikan dan pekerjaan.
Di kota-kota seperti Duisburg, yang sedang berjuang mengatasi dampak ambruknya sektor industri, mereka sering tidak memperoleh kerja, dan mendapat tempat tinggal murah, di rumah-rumah tua yang hancur. Pada mereka integrasi dimulai dari nol, kata Leyla Özmal. "Yakni bangku sekolah bagi anak-anak mereka, pelayanan kesehatan, kualifikasi untuk lapangan kerja.“ Seharusnya untuk itu diciptakan kebijakan sosial politik di tingkat nasional dan Eropa, demikian Özmal.
Duisburg, seperti banyak kota lain di Jerman, hampir tidak memiliki uang untuk memenuhi kewajiban mengurus imigran, antara lain pengadaan tempat tingal atau pelayanan kesehatan. Tindakan selanjutnya dan proyek-proyek, harus direalisasi lewat mitra eksternal dan dengan dana Uni Eropa atau pemerintah Jerman. Dalam hal ini Asosiasi Perkotaan Jerman meminta perlindungan asuransi kesehatan yang cukup bagi para imigran, serta dana untuk pelayanan kesehatan bagi imigran dari Rumania dan Bulgaria. Tempat tinggal darurat dan pekerja sosial untuk mengurus para imigran harus dibiayai dari dana sosial Uni Eropa.
Terutama yang penting adalah proyek-proyek yang mendorong terbinanya saling pengertian, kata pejabat urusan integrasi Duisburg Özmal. Sebab selalu terjadi ketegangan antara penduduk setempat dengan para imigran, karena para pendatang sering tidak menaati peraturan kehidupan bersama antara masyarakat. Dan itu membuat penduduk lama yang jumlahnya lebih besar merasa tidak aman. Semakin besarnya arus imigrasi menjadi tantangan baru bagi masyarakat Jerman. Ini diakui pakar tenaga kerja Herber Brücke. Tapi ia memperingatkan, “hal terburuk yang terjadi saat ini seandainya kita mengatakan, kita punya imigran bagus dari negara-negara tertentu seperti Spanyol dan imigran buruk dari Bulgaria dan Rumania.” Kini yang terutama penting adalah menghapus kecurigaan dan memberi peluang yang adil bagi semua orang.”