Mo Salah Tumpuan Harapan Mesir
12 Mei 2018Sejak beberapa bulan lalu, Mohamed Salah dari Mesir jadi tokoh fenomenal dalam dunia sepak bola. Banyak pakar menilai Salah bahkan yang terbaik di dunia, lebih baik daripada Ronaldo dan Lionel Messi. Statistik juga bisa dijadikan dasarnya. 43 gol berhasil dicetaknya dalam 47 permainan di musim ini.
"Pembeliannya" oleh klub sepak bola Inggris Liverpool tahun lalu dari AS Roma sejumlah 42 juta Euro juga dianggap bisnis baik. Tapi awal nama baiknya di dunia sepak bola Eropa diperoleh di klub sepak bola FC Basel. Setelah semusim lewat, ia pindah ke Chelsea, kemudian dipinjam ACF Fiorentina, kemudian tiba di AS Roma.
Merebut hati penggemar
Sudah jelas keberhasilannya membuat orang suka. Tetapi Mo Salah, yang juga disebut "The King" atau "The Pharaoh" punya keunggulan lain juga. Ia dikenal rajin, rendah hati, tidak punya sikap pongah seperti bintang lain. Dalam pertandingan melawan bekas klubnya, AC Roma ia minta maaf kepada penggemarnya karena sudah mencetak dua gol. Sementara para pendukung AC Roma menulis dalam jejaring sosial Twitter, "Selama 180 menit kita akan jadi lawan, tapi tak peduli apa yang akan terjadi, kita tetap teman seumur hidup".
Popularitas Mo Salah tampak jelas lewat lagu-lagu yang dinyanyikan fans FC Liverpool. Misalnya dalam sebuah lagu, mereka bernyanyi, jika Mo Salah mencetak gol lebih banyak lagi, para fansnya akan masuk agama Islam dan pergi ke masjid bersama dengannya. Itu tentu tidak serius, tetapi kata-kata tersebut jadi petunjuk popularitas Mo Salah. Ditambah lagi dengan kenyataan, bahwa liga Inggris dianggap salah satu yang paling rasis di Eropa.
Sehingga banyak warga Arab dan Mesir berharap, Mo Salah yang Muslim taat bisa memperbaiki gambaran tentang Islam di kepala warga Inggris dan Barat, yang biasanya diwarnai kekerasan dan serangan teror.
Pahlawan nasional
Di tanah airnya, Mesir, Mohamed Salah juga kerap dibicarakan. Dalam pemilu presiden lalu, Mo Salah yang jadi pemain sepak bola terbaik di Afrika, mendapat sejuta suara, walaupun tidak mencalonkan diri.
Mo Salah memulai karir di liga pertama Mesir. Ia meninggalkan negaranya menuju Swiss ketika berumur 20 tahun. Berbeda dengan pemain sepak bola Arab lainnya, ia belajar untuk jadi pemain profesional di negaranya sendiri. Bagi negaranya, yang kerap didera masalah ekonomi, tekanan politik besar-besaran dan teror, Mo Salah jadi alasan untuk berharap.
Penulis: Bachir Amroune (ml/ap)