Mumi di Suku Dani Papua
Suku Dani di Papua mempunyai metode tersendiri dalam pemakaman jenazah. Di antaranya dengan mengawetkannya sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur.
Pengawetan dengan pengasapan
Tradisi pemakaman jenazah di dunia berbeda-beda. Demikian pula tradisi yang dipegang teguh suku Dani di pelosok Papua. Mereka menggunakan metode pengasapan untuk mengawetkan jenazah nenek moyangnya.
Sang kepala suku
Di Desa Wogi, Wamena, kepala suku Dani, Eli Mabel tampak mengangkat jasad leluhurnya Agat Mamete Mabel, yang diawetkan. Jenazah yang digendong ini merupakan kepala suku yang pernah memimpin Desa Wogi di Wamena, sekitar 250 tahun yang lalu.
Jasadnya nyaris utuh
Jasad yang diawetkan nyaris utuh meskipun telah dilakukan berabad lalu. Tampak jenazah Agat Mamete Mabel yang diawetkan seperti mumi ini, terlihat kecil, menggelap dan menyusut, akibat proses pengawetan jenazah.
Penghormatan leluhur
Meskipun kini sudah tak lagi melakukan pengawetan jenazah dengan teknik pengasapan, suku Dani masih menyimpan beberapa mumi yang diyakini sudah berusia ratusan tahun. Mereka menyimpannya sebagai bentuk penghormatan mendalam terhadap para leluhur mereka.
Melestarikan tradisi
Suku Dani terus melestarikan tradisi adat mereka. Misalnya perang antarsuku yang merupakan bagian dari seremonial adat. Seperti antara suku Lani dan Yali. Atraksi ini menarik perhatian para wisatawan mancanegara.
Penguasa Lembah baliem
Warga suku Dani dan suku-suku lain di sekitarnya diketahui berada di Lembah Baliem sekitar ratusan tahun lalu. Banyak eksplorasi di dataran tinggi pedalaman Papua dilakukan. Salah satu di antaranya ekspedisi Lorentz pada tahun 1909-1910. Namun kontak pertama dilakukan pakar Amerika Serikat, Richard Archbold, saat melakukan ekspedisi ke bumi Papua pada tahun 1938. Ed ap/vlz (berbagai sumber)