Mursi: Saya Adalah Presideh Sah!
4 November 2013Mursi mengatakan kepada hakim ketua: ”Saya adalah presiden sah dan saya menuntut pengadilan untuk mengakhiri sandiwara ini. Saya tidak bisa menerima bahwa peradilan yang mulia ikut ambil bagian dalam kudeta ini.”
Terdakwa kemudian mulai berteriak ”Ganyang pemerintahan militer.”
Presiden Mesir pertama yang terpilih secara demokratis itu menghadapi dakwaan menghasut pembunuhan atas 10 pemrotes yang menentang dirinya selama demonstrasi Desember tahun lalu. Ia bisa menghadapi hukuman mati jika terbukti bersalah.
Kutuk pengadilan
Ia diadili bersama 12 terdakwa lain yang menjadi bagian dari pemerintahannya dan juga kelompok Ikhwanul Muslimin.
Ini adalah penampilan pertama Mursi sejak terguling oleh militer pada 3 Juli lalu. Pengadilan itu tidak disiarkan oleh stasiun televisi.
Ia dibawa menggunakan sebuah helikopter dari sebuah tempat rahasia menuju Akademi Polisi di pinggiran Kairo, di mana persidangan mengambil tempat.
Media lokal mengatakan bahwa hakim memerintahkan Mursi untuk mengenakan pakaian putih sebagaimana yang disyaratkan selama proses pengadilan, setelah ia menolak mengganti baju birunya pada pagi hari sebelum pengadilan.
Pengamanan berlangsung ketat di luar pengadilan yang digelar di akademi tersebut. Ratusan polisi yang didukung kendaraan lapis baja berjaga di sekitar kompleks dan di atap-atap gedung.
Puluhan pendukung Mursi berkumpul di luar pengadilan, membawa poster bertuliskan “Menyalahgunakan kehendak rakyat,“ dan meneriakkan “ganyang pemerintahan militer.“
Di tempat lain, perkelahian pecah di depan pengadilan konstitusi Kairo, antara pendukung dan para lawan politik Mursi.
Protes pendukung Mursi
Pasukan keamanan berusaha memisahkan kedua kelompok. Puluhan pendukung Mursi memblokade jalan di depan pengadilan sebagai bentuk protes atas pengadilan presiden yang didukung kelompok Islamis tersebut.
Polisi dan tentara menutup lapangan Tahrir dan berbagai wilayah di dekat Universitas Kairo untuk mencegah pendukung Mursi melakukan aksi duduk.
Ikhwanul Muslimin menyebut pengadilan atas Mursi “rekayasa” dan menyerukan kepada para pendukungnya untuk berpawai besar-besaran menuju gedung pengadilan, menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya kekerasan.
Para Islamis mengutuk kudeta atas Mursi, sementara militer mengatakan langkah itu sebagai respon atas kehendak rakyat setelah jutaan orang turun ke jalan menuntut pengunduran diri Mursi.
Penggulingan Mursi, diikuti dengan aksi kekerasan atas kelompok Ikwanul Muslimin, yang kemudian ditetapkan menjadi organisasi terlarang.
Amnesty International menyerukan kepada pemerintah Mesir untuk menggelar pengadilan yang “fair termasuk memberikan hak untuk menentang bukti yang melawan dia di pengadilan.” Mereka memperingatkan: ”Kegagalan untuk melakukannya akan semakin memperkuat pertanyaan seputar motif di balik persidangan.”
Kelompok hak asasi manusia itu mnenyatakan cemas bahwa keadilan sedang dirusak dalam proses hukum atas pengadilan para pemimpin Ikhwanul Muslimin.
ab/hp (afp,dpa,rtr)