Nasib Anak Kos di Jerman Saat Ramadan
Tidak bisa menjalankan puasa bersama keluarga adalah hal yang paling berat dirasakan mahasiswa Indonesia yang studi di Jerman ini. Inilah pertamakalinya ia berpuasa selama sekitar 18 jam..
Berpuasa di musim panas
Yori Agung adalah seorang mahasiswa jurusan ekonomi di Sekolah Tinggi Bonn-Rhein-Sieg, Rheinbach, Jerman. Tahun 2016, untuk pertamakalinya ia berpuasa sekitar 18 jam sehari, karena bulan Ramadhan jatuh pada musim panas. Meski berat ia bertekad menjalankan ibadah di bulan suci ini semaksimal mungkin.
Beratnya tanpa keluarga
Menurut pemuda asal Rengat, Indragiri Hulu, Riau yang bermukim di Bonn ini, yang paling berat ia rasakan di bulan Ramadhan adalah menahan rindu pada kepada keluarganya di tanah air dan suasana berpuasa di Indonesia. Biasanya ia beribadah bersama keluarganya. Tanpa keluarga, jam buka puasa di hari pertama terasa lama.
Hari pertama, lupa sahur
Hari pertama puasa di tahun 2016, Yori mengaku telat mempersiapkan sahur. Hanya pisang yang berhasil ia jadikan andalan energi berpuasa di hari pertama. Namun ia berhasil melewati hari pertama puasa yang lamanya lebih dari 18 jam ini.
Makan enak
“Hari pertama puasa, saya kangen makanan pedas”, ujarnya sambil menahan pusing kepala karena teriknya matahari. Siang hari ia berbelanja bersama kawan-kawan. Ia membeli ayam sebagai menu utama puasa hari pertama. Alhasil, ayam bumbu rica dengan ‘seabrek’ cabai menemaninya berbuka. Sisanya disimpan untuk sahur.
Kolak pisang
Bulan Ramadhan tanpa kolak pisang? Rasanya ada yang kurang bagi Yori. Sebagai makanan penutup, kolak pisang menambah keceriaan Yori berbuka di hari pertama puasa tahun ini. Bersama-sama kawan ia menikmati hidangan Indonesia di tanah rantau.
Kurma
Seperti kebiasan di Indonesia, buah kurma menjadi makanan pertama yang disantap saat berbuka puasa. Di Jerman tak sulit menemukan kurma. Hampir di setiap supermarket tersedia berbagai jenis kurma.
Kawan jadi keluarga
Hidup diperantauan, kawan pun menjadi keluarga. Dukungan serta dorongan menjalankan ibadah puasa didapat Yori dari kawan-kawan yang terus menyemangatinya.
Sama-sama puasa
Di kampus Yori, ada beberapa kawan dari negara lain yang juga berpuasa, di antaranya mahasiswa dari Marokko dan Palestina.
Toleransi beragama
Dukungan dalam menjalankan ibadah puasa juga didapat dari sahabat setanah air, Paradiscoco yang beragama lain. Tak jarang, bahkan sang sahabat menemaninya menanti berbuka puasa.
Olahraga sebelum berbuka
Berpuasa bukan halangan buat tetap menjalankan hobinya dalam bermain basket. Biasanya, ia main baseket dua jam sebelum berbuka puasa.
Buka puasa di perjalanan
Tak jarang Yori juga bepergian ke kota-kota lain di Eropa. Meski dalam perjalanan, ia tetap berpuasa. Ia pun membawa bekalnya ke dalam kereta untuk dimakan saat jam buka puasa tiba. Tempe dan sambal menambah nikmat berbuka puasa dalam perjalanannya.