Neraca 15 Tahun Perjanjian Schengen
29 Maret 2010Hingga kini kawasan yang tergabung dalam kawasan Perjanjian Schengen sudah meluas ke negara anggota Uni Eropa lainnya, kecuali Inggris dan Irlandia, yang tidak menandatangani Perjanjian Schengen. Selain ke-22 negara anggota Uni Eropa, kawasan Perjanjian Schengen juga meliputi negara yang bukan anggota Uni Eropa Norwegia dan Islandia, seperti juga Swiss sebagai negara yang terakhir memasuki kawasan Schengen tahun 2008.
Dengan pengecualian pemeriksaan secara mendadak oleh polisi di bandar udara, stasiun kereta api dan di jalan tol, pemeriksaan perbatasan antara negara-negara Schengen sudah lama tidak dilakukan lagi. Hal ini mengurangi hambatan utama untuk melakukan perjalanan di Eropa. Meskipun demikian keringanan kunjungan yang tampak jelas dari Perjanjian Schengen ini bukan aspek positif satu-satunya. Daniela Kietz dari Pusat Kajian Jerman untuk politik luar negeri dan keamanan mengatakan, efek yang paling penting dari Perjanjian Schengen adalah menjadi motor integrasi Eropa, yang mendorong berbagai tindakan di bidang politik lainnya.
„Menghapus batas-batas internal, membuat perubahan lainnya di bidang seperti migrasi, pemberian suaka dan kerjasama kepolisian menjadi hal yang penting secara mutlak. Misalnya, setelah diberlakukannya perjanjian Schengen, negara-negara anggotanya tidak dapat mengawasi arus migrasi atau peminta suaka ke negara mereka masing-masing. Untuk mengimbangi hal ini, di seluruh Uni Eropa telah dilaksanakan politik kebijakan imigrasi Eropa.“
Daniela Kietz sekaligus menambahkan walaupun perjanjian Schengen telah membantu integrasi Uni Eropa, perjanjian Schengen juga semakin mempersulit masalah migrasi di Uni Eropa. Jerman dan semua negara anggotanya tidak dapat lagi mengawasi siapa yang masuk ke wilayahnya, apakah secara legal atau ilegal. Imigran ilegal yang memasuki kawasan Schengen juga dapat bergerak dengan bebas di dalam Uni Eropa, dan ini telah menimbulkan fenomena di bidang permohonan suaka.
"Jika satu kali imigran ilegal pergi ke suatu negara Uni Eropa yang memiliki standar tertinggi, atau negara dimana mereka memiliki peluang terbesar memperoleh suaka. Hal ini menyebabkan sejumlah negara Uni Eropa harus menyetujui persyaratan suaka lebih tinggi dibanding lainnya."
Salah satu kekhawatiran terbesar yang dikaitkan dengan kawasan Schengen terutama ketika perjanjian tersebut mulai berlaku 15 tahun lalu, hal itu akan mengurangi tingkat keamanan dan meningkatkan kriminalitas di negara-negara anggota Uni Eropa.
Lebih dari 20 tahun Patsy Sörensen telah melakukan bantuan untuk korban perdagangan ilegal manusia yang hidup dalam kemiskinan dan penganiayaan di Eropa. Kebanyakan warga ilegal ini datang dengan visa selama tiga bulan tapi menggunakan dokumen-dokumen palsu agar dapat terus bekerja. Dikatakan Sörensen geng kriminal mengelola sistem itu tanpa takut ditangkap.
„Apa yang kami lihat adalah orang-orang datang ke salah satu kawasan Schengen, secara resmi dengan surat-surat yang lengkap, misalnya dengan ijin kerja atau sebagai mahasiswa. Dan jika anda sudah berada di kawasan Schengen, Anda dapat bepergian ke mana-mana, kadang-kadang selama beberapa tahun tanpa pengawasan, karena Anda dapat melewati perbatasan."
Patsy Sörensen bekerja di kota pelabuhan Antwerpen di Belgia, dimana ia memimpin organisasi non profit Payoke, yang menawarkan penampungan bagi korban-korban eksploitasi seksual dan ekonomi. Yakni bagi pria, perempuan dan anak-anak yang telah mengalami penganiayaan akibat jaringan penyelundupan manusia yang membawa mereka ke sana.
Kisah hidup mereka begitu menyedihkan, hidup mereka penuh penderitaan. Kehidupan di tempat penampungan sendiri bukan jaminan. Sejumlah korban kembali kepada orang yang membawa mereka, karena takut keluargnya diserang. Yang lainnya diculik kembali ke geng kriminal yang menganiaya mereka. Hanya minoritas kecil yang menemukan jalan hidupnya sendiri, mungkin karena mendengar mereka dapat memperoleh bantuan untuk dapat tinggal tetap secara legal. Meskipun proses ke arah itu panjang dan sulit, yang bisa mencapai waktu tiga tahun.
Dalam beberapa tahun terakhir jumlah korban yang berasal dari Cina telah disaingi jumlah korban perempuan dari bekas negara-negara Eropa Timur dan Nigeria.
Patsy Sörensen mengatakan korban-korban warga Cina dibawa ke tempat penampungannya oleh polisi atau petugas sosial. Mereka biasanya diselamatkan dari restoran-restoran tempat mereka disekap selama berbulan-bulan. Organisasi Payoke juga memonitor arus dadakan korban penyelundupan manusia yang sering paralel dengan kurangnya tenaga kerja pada sektor-sektor tertentu. Geng kriminal Cina, diam-diam telah menghilang secara misterius dalam bulan-bulan terakhir
"Sekarang kami masih memiliki korban warga Bulgaria dan Rumania, dan negara-negara ini adalah anggota Uni Eropa. Korban yang datang kepada kami selalu bertambah, dan kini kembali ditambah dengan orang-orang dari Asia, Thailand yang berarti adanya trend baru, dengan salon pijat Thailand. Untuk orang-orang dari Bulgaria upayanya kini sedang dilakukan."
Sebagai organisasi non pemerintah, Payoke tidak memiliki akses ke jaringan data Schengen, yang menurut Komisi Eropa datanya di antara masing-masing negara anggota semakin signifikan. Jurubicara Komisi Eropa Michele Cercone mengakui para pelaku kriminal mungkin memanfaatkan visa masuk sebuah negara untuk masuk ke Eropa, tapi membantah tuduhan bahwa pembukaan batas negara anggota Schengen mempermudah operasi geng penyelundup manusia
"Tidak akan bermanfaat besar untuk memerangi organisasi kriminal yang bergerak di bidang penyelundupan manusia di tingkat negara anggota, karena mereka tidak beroperasi di tingkat negara anggota dan mereka tidak pernah melakukannya. Mereka beroperasi ditingkat regional, di tingkat Eropa atau lebih sering lagi di tingkat internasional, sehingga kami memerlukan tingkat yang berbeda untuk memerangi mereka."
Kepada Deutsche Welle Michele Cercone, jurubicara Komisi urusan dalam negeri Uni Eropa mengatakan, bahwa implementasi secara benar Perjanjian Schengen merupakan salah satu sasaran utama urusan dalam negeri Uni Eropa. Ia menunjuk pada kesinambungan antara pergerakan bebas semua warga di kawasan Schengen dan pentingnya tingkat keamanan yang tinggi di perbatasan eksternal Uni Eropa sebagai tujuan utama Perjanjian Schengen.
Gabriel Borrud/Nina Maria-Potts/D. Kostermans
Editor: Asril Ridwan