Nobel Alternatif
3 Desember 2013Nobel Alternatif adalah penghargaan besar, juga bagi Raji Sourani yang menjadi orang Palestina pertama yang mendapat penghargaan itu. Ketika mendengar pemberitahuan, ia berkata, "Penghargaan ini terutama penting bagi warga Jalur Gaza dan daerah Palestina lain yang diduduki, karena hadiah ini mengarahkan perhatian dunia kepada kami.“ Bagi warga Palestina, situasi paling mengerikan adalah, jika dunia tidak peduli dengan keadaan mereka karena sudah dianggap biasa.
Memperjuangkan HAM bagi Warga Palestina
Sourani, pakar hukum berusia 59 tahun, memperjuangkan HAM di Jalur Gaza dan Tepi Barat Yordan dengan bantuan organisasi yang didirikannya, Palestinian Center for Human Rights (PCHR). Mereka memberikan konsultasi bagi korban pelanggaran HAM serta keluarganya, dan mewakili mereka di pengadilan. Mereka juga mendokumentasikan pelanggaran HAM, serta menawarkan kursus bagi pengacara dari seluruh wilayah Arab.
Pakar hukum itu berjuang secara bersamaan di beberapa fron. Di satu pihak ada pendudukan Israel, yang membuat hidup warga Palestina penuh penderitaan. Di lain pihak, PCHR harus menghadapi Hamas yang berkuasa di Jalur Gaza. Di sana banyak peraturan yang mempersulit warga, misalnya larangan bepergian. Di Tepi Barat Yordan masalah warga menyangkut kebebasan berpendapat, intimidasi oleh polisi, korupsi dan penyalahgunaan dana oleh pihak berwenang dalam pemerintahan otonomi Palestina.
Sourani tidak takut menyatakan pendapat dan keyakinan kepada semua orang. Untuk keberaniannya itu ia harus membayar mahal. Ia sudah beberapa kali dipenjara dan disiksa. Karena pantang menyerah, PCHR kini sudah mempunyai 64 pekerja, dan memiliki kantor di Gaza City dan Ramallah.
Memperjuangkan Hak Perempuan Di Kongo
Denis Mukwege berhasil selamat dari serangan. 25 Oktober 2012, orang tak dikenal yang bersenjata berat memasuki tempat tinggal dokter itu. Denis Mukwege adalah kepala rumah sakit Panzi, di kota Bukavu, di Kongo Timur Ia setiapharinya merawat perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual. Ia berkali-kali menyatakan kecaman atas kekerasan seks yang menjadi salah satu metode dalam perang.
Berita pemberian hadiah bagi Mukwege, yang diberikan bulan September, menghadirkan suka cita di Kongo. Mukwege adalah bantuan besar bagi perempuan yang diperkosa, kata Thérèse Mema dari Komisi untuk Keadilan dan Perdamaian dari keuskupan Bukavu. "Ia selalu mendampingi mereka, memberi konsultasi dalam berbagai pertanyaan dan tetap rendah hati," demikian Mema dalam wawancara dengan Deutschen Welle.
Pekerjaannya adalah panggilan hidup. Sumber inspirasinya adalah ayahnya yang seorang pendeta. "Ia memberi saya berkat untuk mampu menolong orang lain", kata Mukwege kepada Deutschen Welle, ketika menerima Hadiah Olof Palme tahun 2009. Awalnya ia berkuliah di Burundi, kemudian bekerja di rumah sakit di kota kecil Lemera. Ia terkejut karena banyak perempuan di daerah itu meninggal setiap harinya, misalnya ketika melahirkan. Itu mendorongnya untuk mengambil spesialisasi di bidang ginekologi di Perancis.
Kembali di Kongo, dengan dukungan internasional, Mukwege mendirikan proyek baru, rumah sakit Panzi, di Bukavu. Rumah sakit itu terutama terkenal karena bagian ginekologinya. Di sini Mukwege dan koleganya merawat perempuan dan anak perempuan dari seluruh propinsi, yang menjadi korban pihak-pihak yang berperang. Kini Mukwege bukan sekedar dokter, melainkan pejuang hak-hak perempuan di Kongo.
"Memusnahkan Senjata Kimia di Seluruh Dunia"
Paul Walker dari AS juga memperoleh Nobel Alternatif, karena upayanya selama puluhan tahun untuk memusnahkan senjata kimia di seluruh dunia. Menurut yayasan Right Livelihood Award, Walker berjasa dalam pemusnahan 55.000 ton senjata kimia.
Menurut Walker, pemberian hadiah itu menjadi bantuan besar dalam pekerjaannya. AS dan Rusia sudah mengurus persediaan senjata kimianya dari jaman Perang Dingin sejak 1990an. Tetapi mereka tidak memperoleh banyak perhatian media. Penghargaan itu membantu memberikan tekanan atas negara-negara yang belum menandatangani konvensi senjata kimia, seperti Israel, Mesir, Korea Utara, Myanmar, Sudan selatan dan Angola, untuk ikut menandatangani. Untuk waktu dekat, hadiah itu mengarahkan perhatian dunia atas situasi di Suriah.
Awal tahun 1990-an ia bertugas mengorganisir perjalanan ispektur senjata kimia AS ke gudang senjata kimia Rusia di daerah stepa Sibiria. Ia terkejut ketika melihat besarnya gudang tersebut, dan senjata yang siap pakai. Ia dan koleganya sadar, mereka harus segera membantu Rusia untuk memperbaiki keamanan di daerah itu, dan merumuskan program pemusnahan. Sekarang sudah kira-kira 75% senjata kimia di gudang itu musnah. Itu memperkuat tekadnya untuk melanjutkan misi, sebelum senjata kimia disalurkan ke negara lain atau sampai ke tangan teroris.