Nuansa Berbuka Puasa di Berlin
Jauh dari tanah air tak menyurutkan semangat warga muslim Indonesia di Jerman menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Mari menelusuri hangatnya suasana buka puasa bersama di kota Berlin.
Ramai mengunjungi Lehrter Strasse nomor 17
Acara buka bersama dilakukan setiap hari Jumat selama bulan Ramadan, pukul 20.00, bertempat di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Berlin. Acara ini terbuka untuk publik. Pengunjungnya pun beragam dari mahasiswa, pekerja hingga keluarga. Pengunjung berkisar antara 170 orang. Pukul 21.06 ruangan kian padat menanti adzan Maghrib dikumandangkan.
Penganan khas nusantara
Pertama, takjil berupa es buah diedarkan, tahu goreng pun tak lupa disajikan. Setelah salat Maghrib, makanan utama dihidangkan. Soto ayam lengkap dengan tempe, nasi, kerupuk, tak lupa sambal pedas menjadi menu utama. Para muda-mudi sigap datang jauh lebih awal untuk menyiapkan tempat hingga makanan.
Pesan menjaga kebhinekaan
Ustad Zaenal Muttaqin, LC didatangkan dari Indonesia membawa pesan-pesan penyegar jiwa bagi kaum muslim di Berlin. Ustad Zaenal berpesan,”bersemangatlah menjaga persatuan dan kebinekaan NKRI, saling mengokohkan persaudaraan dan saling memberilah satu sama lain. Lewat pemberian terbaik, Indonesia pun menjadi negara yang baik, warga pun bahagia.”
Ajang silaturahmi
Duta Besar Indonesia untuk Jerman, Havas Oegroseno turut serta dalam acara tersebut. “Buka puasa bersama tujuannya untuk silahturahmi antar masyarakat Indonesia, kita kan jauh dari tanah air, yang hilang itu suasana Ramadan. Tidak ada disini, sedangkan di Indonesia terasa sekali. Ini kita coba kompensasi dengan kumpul kemudian beribadah bersama dan buka puasa bersama," kata Havas.
Baru dan lama
Buka bersama menjadi ajang pertemuan. Dimana banyak juga mahasiswa yang telah menyelesaikan studi bertemu dengan ‘pendatang baru’ yang segera memulai studinya di Jerman. Disini mereka bisa bertukar info, baik pengalaman di Jerman maupun pengalaman terkini dari Indonesia. Hal ini dapat membuka wawasan dan mempererat persaudaraan di antara para pelajar.
Pertama kali berpuasa di Jerman
Nala Izati (tengah), pemudi 27 tahun asal Pekalongan, menjalani program FSJ (Freiwilliges Soziales Jahr) dari Pemerintah Federal Jerman. Ia bekerja sosial sebagai asisten guru taman kanak-kanak. Enam bulan sudah ia tinggal di Jerman. “Mengatur waktu yang sedikit sulit, karena waktu malam (gelap) yang lebih sebentar dan aku harus bekerja pagi dan jarak menuju tempat kerja cukup jauh,” ujar Nala.
Datang ‘bertamu’ dari Thailand
Habeebie Kareeouma (23) asal kota Yala, sedang Pawita Yasanop (20) asal kota Nakhonsitammarat. Mereka bekerja sosial menjadi guru TK di Berlin. Keduanya setia datang ke acara tersebut. “Rasanya seperti rumah, teringat kampung halaman yang begitu erat dan akrab, kerinduan pun terobati,” ujar Habeebie. “Ada juga Makanan enak khas Indonesia,”tambah Pawita. (ed: yp)