Pakistan Akui Pemenang Nobel Ahmadiyah
6 Desember 2016Sejak lama kaum minoritas Ahmadiyah di Pakistan tidak diakui, dilarang menyebut diri muslim dan mengalami presekusi oleh aparat keamanan atau kaum ekstremis Islam.
Tahun 1979 Abdus Salam mencatatkan diri sebagai muslim pertama yang memenangkan hadiah Nobel. Bersama Sheldon Glashow dan Steven Weinberg, ia membuka jalan bagi penemuan Higgs Boson alias "partikel tuhan," yang merupakan terobosan terbesar ilmu pengetahuan dalam 100 tahun terakhir.
Namun berkat protes dari ulama garis keras, Abdus Salam dilarang mengajar di universitas negara semur hidup, bahkan setelah memenangkan penghargaan Nobel.
Ladang Diskriminasi
Kini Perdana Menteri Nawaz Sharif berencana menghormati prestasinya itu dengan menamakan institut National Centre for Physics di Quaid-i-Azam University di Islamabad dengan nama Salam. "Perdana menteri telah menginstruksikan Kementerian Pendidikan untuk mengambil langkah formal," tulis kantor kepresidenan, Senin (5/12).
Pakistan sejak lama menjadi ladang diskriminasi buat minoritas Ahmadiyah. Tahun 1974 pemerintah mendeklarasikan Ahmadiyah sebagai non muslim. Sepuluh tahun kemudian parlemen menelurkan Undang-undang yang mengancam setiap warga Ahmadiyah dengan hukuman penjara jika mengaku sebagai umat muslim.
Ulama garis keras bahkan mengeluarkan fatwa yang menghalalkan darah warga Ahmadiyah dan menjanjikan surga buat mereka yang membunuh pengikutnya. Tindak presekusi bahkan dilakukan dengan menyebarkan pamflet berisikan nama dan alamat pengikut Ahmadiyah.
Nasib Salam tidak jauh berbeda. Kuburannya di Rabwah, kota yang menjadi pusat komunitas Ahmadiyah di Pakistan, berulangkali dirusak. Pemerintah lokal bahkan mencoret kata "muslim" dari batu nisan Salam yang bertuliskan "Muslim pertama pemenang Nobel."
rzn/yf (rtr,ap)