Krisis Corona Berdampak Dramatis pada Anak-anak dan Remaja
6 Februari 2021Bulan Desember lalu Axel Gerschlauer menyadari adanya krisis di dalam krisis pandemi corona. Selama tiga minggu terakhir sebelum Natal, dokter anak itu merawat tiga anak kecil yang telah menyayat-nyayat lengan bawah mereka. Dia mengatakan, biasanya kasus hal ini dia temui tiga sampai enam bulan sekali. "Frekuensi sekarang seperti ini," ujarnya.
Hari-hari ini, Axel Gerschlauer bahkan tidak bisa menemui semua pasien tetapnya. Beberapa keluarga menghindari tempat praktiknya karena takut terinfeksi Covid-19. Tapi teleponnya hampir tidak berhenti berdering, karena orang tua yang putus asa meminta nasihatnya.
"Ada pergeseran penekanan terhadap masalah psikologis, mulai dari kecemasan, gangguan konsentrasi sampai gangguan tidur. Dalam beberapa bulan terakhir, masalah kesehatan mental telah meningkat secara masif."
Makin banyak anak alami gangguan perkembangan
Axel Gerschlauer juga menjabat sebagai juru bicara Asosiasi Dokter Anak Jerman untuk negara bagian Nordrhein-Westfalen (NRW). Di negara bagian ini saja, ada 13,5 juta anak di bawah umur yang menghadapi berbagai pembatasan dan dampak pandemi virus corona.
Dia mengatakan, laporan yang dia dapatkan dari rekan-rekannya semakin hari semakin dramatis. "Gangguan perilaku, masalah perkembangan bicara, banyak anak bertambah berat badannya. Konsumsi media yang berlebihan. Dan orang tua tidak bisa membawa anak mereka ke pemeriksaan rutin."
Axel Gerschlauer mengatakan, dia dan rekan-rekannya hanya punya gambaran yang samar-samar tentang semua dampak lockdown pada anak-anak dan remaja pada tahap ini. Masih ada juga kekhawatiran lain, yaitu pelecehan anak dalam rumah tangga, yang tersembunyi dari pengamatan dokter anak.
"Ini akan menjadi tugas yang sangat besar. Dalam dua tahun ke depan kami akan membutuhkan rencana tindakan dan peningkatan besar dalam jumlah staf. Yang terpenting, kami akan membutuhkan setidaknya 50% lebih banyak psikoterapis," kata Axel Gerschlauer.
Jalur telepon bantuan untuk anak-anak dan remaja
Sejak empat puluh tahun di Jerman sudah ada jalur telepon bantuan untuk anak-anak dan remaja. Mereka bisa menelepon sewaktu-waktu untuk membicarakan masalahnya, ketika sedang jatuh cinta, menghadapi kesulitan di sekolah, atau saat bertengkar dengan orang tua mereka.
Namun saat ini, para relawan konseling anak juga terkena dampak lockdown. "Topik seperti kesehatan mental atau kesepian telah menjadi sangat penting dalam beberapa bulan terakhir. Kami juga mendengar lebih banyak orang muda yang mengalami kekerasan," kata Anna Zacharias, petugas humas untuk jalur telepon bantuan anak.
Belakangan, Anna juga sibuk melayani pertanyaan media dan publik soal dampak pandemi dan lockdown terhadap anak-anak. Di TV Jerman ditayangkan seruan emosional mempermasalahkan lockdown dengan mengutip 461.000 anak dan remaja yang berpaling ke hotline bantuan anak tahun lalu.
Kanal bantuan online untuk orang tua
Selain 3.000 penasihat telepon yang terlatih, ada 80 staf jalur bantuan yang sekarang bekerja pada obrolan online. Karena permintaan terus meningkat di masa pandemi. "Anak-anak misalnya mengeluh bahwa semua orang sekarang ada di rumah, sehingga mereka tidak dapat berbicara bebas di telepon."
Tetapi tidak hanya anak-anak yang memerlukan konseling dan bantuan lewat telepon atau jalur online. "Tahun 2020 terjadi peningkatan tajam dalam jumlah orang yang menggunakan layanan obrolan online kami, naik sepertiga dibandingkan tahun 2019," kata Anna Zacharias.
Para orang tua juga makin sering menghubungi jalur bantuan. Mereka setidaknya bisa menunggu sampai anak-anak mereka tidur sebelum menelepon saluran khusus untuk orang tua. "Konsultasi untuk orang tua meningkat 64% pada tahun 2020 dibandingkan tahun sebelumnya," lapor Anna Zacharias.
Di samping masalah yang biasa dihadapi remaja, seperti pubertas, putus cinta, atau perselisihan keluarga, lockdown menjadi tema utama, baik untuk anak-anak maupun bagi orang tua mereka. Dan situasinya semakin buruk dari hari ke hari. "Minggu ini ada penelepon yang mengatakan dia iri pada situasi Austria, karena di sana sudah ada pelonggaran dan orang bisa keluar."
Situasi krisis jadi normalitas baru
Baik remaja yang menyayat lengan bawah mereka, maupun anak usia delapan tahun yang punya keluhan, masih bisa menelepon untuk meminta bantuan - tapi bagaimana dengan anak balita? Ulla Baumgärtner-Schmäing dari Federasi Perlindungan Anak Jerman mengatakan: "Kalau orang tua cemas tentang virus corona, hal itu akan berdampak langsung pada anak-anak."
Dia sudah bekerja 18 tahun di bidang pendidikan sosial dan bercerita tentang seorang ibu menolak membawa putra bungsunya masuk taman kanak-kanak karena takut tertular virus corona. Ibunya takut dengan virus corona dan menularkan ketakutan itu kepada anaknya, kata Ulla Baumgärtner-Schmäing.
Dia sendiri menjalankan tempat penitipan anak di Bonn, saat ini dengan 20 anak, yang sebagian besar berusia di bawah tiga tahun. Banyak dari mereka yang sudah lupa situasi sebelum corona, di mana orang-orang tidak memakai masker pelindung wajah dan anak-anak tidak perlu selalu mencuci tangan setiap waktu.
Tidak seperti kakak-kakaknya yang sedih dengan situasi itu, bagi anak-anak yang lebih kecil, situasi ini sudah menjadi normalitas. "Yang terkecil malah memasukkannya ke dalam permainan mereka dan mengenakan masker pada boneka dan boneka beruang mereka. Bagi mereka, krisis corona adalah bagian dari normalitas," jelasnya.
(hp/ae)
Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!