Partai Komunis Vietnam Segera Tentukan Pemimpin Baru
25 Januari 2021Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Komunis Vietnam, Nguyen Phu Trong menentang kebijakan konvensional dan memenangkan masa jabatan kedua pada tahun 2016.
Trong mengukir namanya dengan membangun pertumbuhan ekonomi dan mengobarkan perang melawan tindakan korupsi. Ada spekulasi bahwa pemilihan pemimpin baru merupakan buah kesepakatan, tetapi Partai Komunis Vietnam sangat tertutup bahkan warga tidak diizinkan untuk membahas kandidat secara terbuka.
Ruas jalanan di ibu kota Hanoi dipenuhi dengan bendera palu arit dan poster partai, mempromosikan acara kongres yang berlangsung selama seminggu. Sekitar 4.900 orang yang terlibat dalam acara tersebut masing-masing harus menjalani dua kali tes COVID-19.
Vietnam adalah salah satu dari sedikit negara dengan partai komunis tunggal yang tersisa di dunia, yang tidak mentolerir perbedaan pendapat. Namun, kebijakan tidak sepenuhnya didikte dari atas.
Skema pemilihan pemimpin Vietnam
Serangkaian pertemuan hingga ke tingkat masyarakat telah diadakan sebelumnya di masing-masing 63 provinsi dan kotamadya di Vietnam untuk memilih 1.587 delegasi.
Mereka akan memilih 200 anggota Komite Sentral, yang akan menentukan antara 15 hingga 19 anggotanya untuk bertugas di politbiro, badan partai tertinggi. Selanjutnya politbiro akan membuat nominasi untuk "empat pilar" pemimpin Vietnam, seorang presiden, perdana menteri, ketua Partai Komunis, dan ketua majelis nasional. Dari nominasi tersebut kemudian akan dilakukan pemungutan suara di kongres partai.
Partai Komunis Vietnam dikenal dengan kepemimpinan kolektifnya, yang berarti keputusan kunci ditentukan oleh konsensus di politbiro. Agenda kongres ditetapkan oleh pimpinan yang dipilih pada rapat terakhir tahun 2016.
Mencari pengganti Trong
"Masalah terbesar yang dihadapi partai di kongres adalah menunjuk pemimpin generasi baru. Namun, karena perbedaan faksi di dalam partai, sulit untuk mendapatkan konsensus tentang seseorang yang dapat menggantikan Nguyen Phu Trong," kata Murray Hiebert, rekan senior Program Asia Tenggara di Pusat Studi Strategis dan Internasional di Washington, dalam sebuah wawancara melalui email.
"Peraturan partai tidak mengizinkan siapapun yang berusia di atas 65 dan atau telah menjalani dua masa jabatan untuk memimpin, tetapi aturan ini akan dicabut sehingga Trong dapat melanjutkan masa jabatan lain, meskipun dia dalam kondisi kesehatan yang buruk dalam beberapa tahun terakhir, '' tambah Hiebert.
Menurut Tuong Vu, Kepala Departemen Ilmu Politik di University of Oregon menilai kepemimpinan partai tahun ini tampaknya lebih bersatu daripada tahun 2016. "Tantangan kali ini bagi kepemimpinan adalah bahwa anak didik Nguyen Phu Trong gagal mendapatkan dukungan yang cukup untuk menggantikannya."
Jika sesama anggota politbiro yang disukainya, Tran Quoc Vuong, tidak dapat memperoleh cukup dukungan, maka akan membuka kemungkinan Trong kembali menjabat untuk ketiga kalinya.
"Mengingat kesehatannya yang buruk dan usianya yang lanjut, faktor ini juga menimbulkan ketidakpastian tentang suksesi di masa depan," kata Vu.
Di sisi lain, Vietnam menghadapi kesulitan mengeksplorasi dan mengeksploitasi minyak dan gas lepas pantai karena tekanan Cina di Laut Cina Selatan yang disengketakan, kata Hiebert.
ha/pkp (AP)