Peduli Lingkungan Lewat Aksi Nyata di EcoMasjid
Gerakan cinta lingkungan berlandaskan prinsip agama salah satunya bisa dilihat dari inisiatif "ecoMasjid". Namun, hingga saat ini masih sedikit masjid di Indonesia yang tergabung sebagai bagian dari gerakan ini.
EcoMasjid: Dari masjid makmurkan bumi
Gerakan ecoMasjid diluncurkan secara resmi pada 11 November 2017 di Jakarta oleh Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Masjid Indonesia periode 2017-2022. Gerakan ini mengutamakan konsep masjid sebagai tempat beribadah yang juga mempunyai kepedulian terhadap hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Bagian dari MUI
EcoMasjid merupakan gerakan peduli lingkungan yang berdasar pada prinsip-prinsip Islam. Inisiatif yang berada di bawah Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, Majelis Ulama Indonesia (LPLHSDA MUI) ini, memiliki landasan syariah untuk setiap kampanye yang digalakkan. Di foto tampak Prof. Dr. KH. Ma'ruf Amin selaku Ketua MUI dan Dr. Hayu Prabowo selaku Direktur LPLHSDA MUI.
Ke seluruh penjuru negeri
Inisiatif ecoMasjid, yang berada di bawah LPLHSDA MUI, disebarkan ke komunitas masjid di seluruh Indonesia. Di foto tampak Direktur LPLHSDA MUI, Dr. Hayu Prabowo (kedua dari kiri) menyerahkan secara simbolis, panel listrik surya untuk masjid terpencil di Papua Barat. Tiga fokus utama gerakan ecoMasjid adalah energi, air dan pangan.
Saatnya beralih ke energi bersih
Masjid yang ingin menjadi bagian dari gerakan ecoMasjid bisa mendaftarkan diri dengan memenuhi persyaratan seperti yang tertera di situs web resmi ecomasjid.id. Masjid yang sudah terdaftar wajib melakukan aksi nyata dalam melestarikan lingkungan. Salah satu hal yang bisa dilakukan misalnya memanfaatkan energi bersih, seperti biogas dan listrik surya. Masjid Salman ITB adalah salah satu contohnya.
Memanfaatkan air hujan
Sistem Panen Air Hujan (PAH) diterapkan oleh masjid ramah lingkungan sebagai bagian dari usaha konservasi air. Dikutip dari ecomasjid.id, manfaat PAH diantaranya mengurangi penggunaan air tanah dan mengurangi emisi sehingga mengurangi dampak perubahan iklim dan pemanasan global. Ada banyak ecoMasjid yang menggunakan sistem ini, salah satunya Masjid dan Pesantren Al-Amanah, Wonogiri, Jawa Tengah.
Tabasta, tungku bakar sampah tanpa asap
Masjid yang tergabung dalam inisiatif ecoMasjid aktif berinovasi untuk mencari solusi masalah lingkungan. Di foto terdapat "tabasta" yang diciptakan untuk mengatasi permasalahan terkait sampah yang tak bisa didaur ulang. Sampah dibakar dalam tungku sehingga tidak menghasilkan polusi udara. Tabasta ini berada di lingkungan masjid Al Amanah di Desa Sempon, Wonogiri, Jawa Tengah.
Diakui dunia internasional
Di foto tampak Direktur LPLHSDA MUI, Dr. Hayu Prabowo memberikan pidato pada ajang "Faith for Earth" yang diselenggarakan di Nairobi, Kenya, oleh UNEA, badan lingkungan PBB. Misi gerakan "Faith for Earth" adalah untuk mendorong, memberdayakan dan melibatkan organisasi berbasis agama, di semua tingkatan, untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan ("sustainable development goals" atau SDG).
Peluncuran inisiatif ecoRamadan
Pada level personal, jemaah masjid didorong untuk mempraktikkan gaya hidup berkelanjutan. Maka itu, di bulan Ramadan ecoMasjid meluncurkan gerakan "ecoRamadan", di mana jemaah diserukan untuk memerhatikan tindakan dalam kehidupan sehari-hari yang berarti besar bagi pelestarian lingkungan. Dalam poster terdapat tips yang bisa dipraktikkan jemaah agar Ramadan bisa menjadi lebih ramah lingkungan.
ecoRamadan: Gaya hidup hijau di level personal
Kampanye ecoRamadan dari ecoMasjid dilakukan secara aktif di media sosial, terutama Instagram dan Facebook. Menurut Direktur LPLHSDA MUI, Dr. Hayu Prabowo, gaya hidup berkelanjutan adalah kewajiban manusia sebagai khalifah di bumi. "Sudah menjadi tugas kita untuk menyebarkan Islam yang...memberikan rahmat ke seluruh alam ini," tegasnya. (na/ts)