Pelatih Timnas Jerman Ingin Tetap Juara Dunia
28 Mei 2018Punya visi, jadi rekan bicara dan kerja humas. Begitulah penjelasan yang diberikan Joachim Löw tentang pekerjaannya sebagai pelatih tim nasional sepak bola Jerman. Penjelasannya pasti benar. Sejak 12 tahun lalu ia sudah jadi pelatih tim nasional Jerman, hampir selama Angela Merkel menjadi kanselir Jerman. Jogi, begitu nama panggilannya, dengan kaos berleber bentuk V dan dialek Baden yang kental sudah lama jadi bagian sepak bola Jerman, sehingga tidak ada orang Jerman yang bisa membayangkan pertandingan sepak bola tanpanya. Dan tidak ada yang mau juga. Sekarang ia sudah memperpanjang kontrak dengan Ikatan Sepak Bola Jerman (DFB) sampai 2022, jadi sampai dua Piala Dunia mendatang.
Apa yang membuatnya tetap bermotivasi? Ia sudah memenangkan Piala Dunia, dan ia sudah memperoleh Bundesverdienstkreuz, sebuah tanda penghargaan dari pemerintah Jerman. Ia juga sudah dipilih menjadi pelatih FIFA terbaik. Sebuah stadion di daerah asalnya sudah diresmikan dengan namanya. Sementara di Rusia tim Jerman bisa saja kalah.
"Tim punya potensi besar"
"Piala Dunia 2014 jadi puncak prestasi bagi kita semua, tapi itu bukan titik akhir," demikian dikatakan Löw yang sekarang berusia 58 tahun. Satu kali menang belum cukup baginya. Ia ingin mencapai apa yang belum berhasil dicapai pelatih tim nasional selama ini. Yaitu mempertahankan gelar Piala Dunia. Selama ini hanya Italia (1938) dan Brasil (1962) yang berhasil. Dalam wawancara dengan DW Löw menjelaskan, "mempertahankan prestasi tertinggi perlu jerih-payah besar."
"Kalau orang sering sukses, bisa dimenerti jika orang merasa kelewat puas. Orang juga mungkin kehilangan rasa lapar. Itu artinya, yang lain, yang masih ambisius akan menyundul orang itu dari tahta. Jadi ini tugas paling sulit. Bergerak dalam prestasi setinggi ini tanpa jatuh." Untuk itu Joachim Löw percaya dengan timnasnya yang memiliki bakat sangat banyak, lebih dari sebelumnya. "Saya melihat potensi sangat tinggi dalam tim ini. Saya terus senang bekerja bersama mereka dan melatih mereka untuk berkembang."
"Kami kadang mempertimbangkan melakukan hal-hal mustahil"
Löw menghargai kebebasannya dari keharusan membuktikan keberhasilan tiap pekan. Selain di masa menjelang Piala Eropa dan Piala Dunia, Ia bisa bekerja bebas tanpa tekanan dari kepala dan menggunakan wewenangnya, untuk mencoba ide jangka pendek dan jangka panjang, mengembangkan konsep dan filsafat bermain.
Ia juga bisa mempelajari dan menganalisa lawan dan perkembangan terakhir di dunia sepak bola. "Kami ingin jadi trend setter. Jadi kami berusaha melihat ke masa depan. Kami juga visioner dan berusaha mencoba hal-hal baru. Walau tampak mustahil, kami ingin mencobanya."
Apa penggemar sepak bola akan melihat banyak kejutan di Rusia? Bukan hanya penggemar sepak bola Jerman saja yang ingin tahu, mengingat prestasi Jerman dalam empat pertandingan antar negara terakhir tidak meyakinkan. Misalnya melawan Inggris, Perancis, Spanyol dan Brazil, yang hasilnya tiga imbang dan sekali kalah. Tapi orang tak perlu khawatir.
Untuk Piala Dunia kali ini, Joachim Löw sudah mempersiapkan diri sedikitnya dua tahun secara intensif. "Tanpa rencana tidak mungkin menang. Dengan tujuan jelas dan mempertimbangkan konsekuensinya, orang bisa mencapai banyak hal," kata Löw dalam wawancara dengan DW. Karena kesuksesan harus lebih berdasar pada upaya daripada keberuntungan. Tapi penggemar sepak bola Jerman tetap harus mendoakan, karena "akhirnya bisa saja ada situasi, di mana keberuntungan diperlukan."
Penulis: Sarah Wiertz (ml/vlz)