Pemilu Hong Kong: Referendum Gerakan Pro Demokrasi
25 November 2019Menurut media lokal RTHK pada Senin (25/11), partai pro demokrasi Hong Kong memenangkan hampir 90 persen kursi dewan lokal, yaitu 390 dari 452 kursi dewan lokal. Ini adalah hasil pemilu yang telah digelar sehari sebelumnya.
Warga Hong Kong berbondong-bondong memberikan suaranya dalam pemilihan umum lokal yang digelar pada Minggu (24/11). Jumlah pemilih ini menjadi rekor baru dalam sejarah pemilu Hong Kong.
Menurut Komisi Pemilu, pemungutan suara ditutup dengan 71.2% pemilih atau sekitar 2,94 juta orang telah memberikan hak suaranya, jauh dibandingkan pemilu 2015 lalu, hanya 47% atau sekitar 1,47 juta orang yang memberikan hak suaranya.
David Alton, anggota British House of Lords yang merupakan seorang pengamat internasional mengatakan kepada kantor berita AP (Associated Press) bahwa jumlah pemilih besar yang belum pernah terjadi sebelumnya itu menunjukkan bahwa “ada gelombang besar di Hong Kong yang percaya dengan demokrasi”.
Baca juga: Senat AS Dukung Demokrasi Hong Kong, Cina Ancam Tindakan Balasan
Simbol kemenangan bagi demonstran pro demokrasi
Koran South China Morning Post telah melaporkan 241 hasil pemilihan pada Senin dini hari, dimana kandidat-kandidat pro demokrasi menang di 201 distrik, sementara kandidat pro-Beijing di 28 distrik dan kandidat independen di 12 distrik.
Koresponden DW Phoebe Kong mengunggah video dari para pendukung yang merayakan hal tersebut sebagai sebuah kemenangan.
Pemilihan 425 Dewan Lokal, yang bertugas mengelola isu-isu lokal seperti jalur bus dan pengumpulan sampah, biasanya tidak banyak menarik perhatian. Tetapi pemilihan tersebut telah menunjukkan pengaruh besar setelah terjadinya turbulensi politik selama lebih dari lima bulan, dimana demonstran anti-pemerintah menuntut hak-hak demokrasi yang mereka nilai ditekan oleh Beijing.
Kemenangan mengejutkan kandidat pro demokrasi ini membuat beberapa tempat pemilihan dipenuhi kegembiraan dan sorakan dari pemilih yang meneriakkan “Liberasi Hong Kong, Revolusi sekarang” sebuah kalimat yang biasa digunakan oleh para demonstran dalam aksi unjuk rasanya.
Pemilu ini telah dipandang secara luas sebagai sebuah referendum dari popularitas kepemimpinan puncak, dengan dewan-dewan lokal menjadi satu-satunya kursi kepemimpinan di Hong Kong yang dipilih langsung oleh rakyat.
Baca juga: Demonstrasi Hong Kong: Puluhan Masih Bertahan di Kampus
Apa kata Carrie Lam?
Merespon hasil pemilu yang ‘memalukan’ bagi pemerintah pro Beijing ini, Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengatakan pada Minggu (25/11) bahwa pemerintahannya akan “mendengar aspirasi publik dengan rendah hati.”
“Pemerintah tentunya akan dengan rendah hati mendengarkan aspirasi warga dan melihatnya dengan sangat serius,” katanya dalam sebuah pernyataan resmi yang dikeluarkan pemerintah.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi mengatakan pada Senin bahwa Hong Kong merupakan bagian dari Cina, “apapun yang terjadi.”
Hal ini ia sampaikan menyusul hasil pemilu yang menunjukkan kemenangan bagi kandidat pro demokrasi dalam pemilu lokal yang digelar pada Minggu.
Baca juga: Rusuh di Hong Kong, Bagaimana Media Pemerintah Cina Melihat Laporan Media Barat?
Hasil pemilu lokal di Hong Kong yang merupakan daerah semi otonomi ini telah mengirimkan pesan yang jelas bagi pemerintah Cina tentang tuntutan publik dalam unjuk rasa yang mewarnai daerah itu selama berbulan-bulan.
“Hasil itu belum final. Mari kita tunggu hasil resminya, Oke? Namun, sangat jelas bahwa apapun yang terjadi, Hong Kong adalah bagian dari Cina dan daerah administrasi khusus dari Cina,” kata Wang kepada reporter setelah bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di Tokyo.
“Segala upaya untuk mengacaukan Hong Kong, atau bahkan merusak kemakmuran dan stabilitasnya, tidak akan berhasil.” tambahnya.
gtp/rap (dpa, Reuters, AP, AFP)