Pemilu Israel: Mantan Jenderal Maju Menantang Petahana
9 April 2019Setelah 13 tahun menjabat sebagai PM Israel, Benjamin Netanyahu belum mau mundur dari panggung politik. Dia ingin menjadi perdana menteri lagi dan maju sebagai kandidat utama dari partai Likud.
Pesaing terkuatnya adalah mantan Panglima Militer Israel Benny Gantz. Selama kampanye, Netanyahu berulangkali menggunakan kekhawatiran pemilih sebagai modalnya, mengingatkan mereka bahwa Likud bisa saja kalah kalau tidak bekerja keras.
Sementara Benny Gantz mengambil strategi lain, menyebar rasa optimistis. Dia menekankan, Israel sedang berada di ambang perubahan bersejarah.
Berebut 120 kursi di parlemen
Pemilihan parlemen akan memperebutkan 120 kursi. Menurut jajak pendapat terakhir, baik Netanyahu maupun Gantz masih jauh dari perolehan suara di atas 50 persen. Berarti, sekalipun muncul sebagai fraksi terkuat, mereka tetap membutuhkan mitra koalisi untuk membentuk pemerintahan
Netanyahu kelihatannya bermaksud melanjutkan koalisi dengan partai-partai ultra kanan. Kalangan pengamat mengatakan, untuk memastikan bahwa basis pendukungnya tetap konsisten, Netanyahu sengaja menyebarkan kekhawatiran tentang kemungkinan partainya kalah.
Selain itu, Netanyahu mengeluarkan janji yang sangat kontroversial. Dia mengatakan akan mendeklarasikan kedaulatan Israel atas daerah-daerah Palestina yang diduduki militer Israel di Tepi Barat dan Dataran Tinggi Golan.
"Siapa lagi yang bisa melakukan ini?.. Siapa yang bisa berdiri di depan dunia? Siapa yang bisa berdiri di depan Kongres Amerika? Siapa yang bisa menggerakkan opini publik ke arah itu?" kata Netanyahu dalam wawancara televisi.
"Memperbaiki apa yang dirusak Netanyahu"
Gantz menyebut janji Netanyahu tawaran yang "tidak bertanggung jawab", hanya untuk menjaring suara ultra kanan. Dia mengatakan akan mengupayakan "perjanjian perdamaian yang didukung secara global".
Gantz mengatakan akan memperbaiki hal-hal yang diperburuk oleh Netanyahu, dan menekankan komptensinya dalam bidang keamanan.
"Ada kebutuhan untuk perubahan, dan kesempatan untuk perubahan," kata Gantz kepada radio militer Israel, hari Senin (8/4).
"Israel perlu memilih arah, menuju persatuan dan harapan - atau ekstremisme," tandas Benny Gantz.
Jika menang dalam pemilu kali ini, Benjamin Netanyahu akan menjadi Perdana Menteri Israel terlama sepanjang sejarah, mengalahkan masa jabatan pendiri Israel Ben-Gurion.
Tetapi dia juga menghadapi prospek menjadi perdana menteri Israel pertama yang menghadapi dakwaan di pengadilan. Pihak Kejaksaan Agung Israel belum lama ini mengumumkan akanmendakwa Netanyahu atas tuduhan penyuapan, penipuan dan pelanggaran kepercayaan.
hp/ts (afp, rtr, dpa)