Parlemen Eropa Bergerak ke Kanan, Haluan Tengah Bertahan
10 Juni 2024Meskipun perolehan suara partai-partai sayap kanan di Perancis dan Jerman meningkat secara dramatis, hal ini tidak cukup untuk menggulingkan mayoritas haluan tengah di Parlemen Eropa. Hasil yang diumumkan pada Minggu (09/06) malam ini berarti politisi konservatif Jerman Ursula von der Leyen tetap menjadi Presiden Komisi Eropa hingga 2029.
"Kami memenangkan pemilu Eropa. Sejauh ini kami adalah partai terkuat. Kami adalah jangkar stabilitas," kata Ursula van der Leyen kepada para jurnalis yang berkumpul di Parlemen Eropa, di Brussel, Belgia, ketika hasil-hasil sementara suara diumumkan.
Menurut hasil sementara di 27 negara Uni Eroap, partai van der Leyen, yakni Partai Rakyat Eropa (European People's Party/EPP) yang beraliran tengah-kanan memenangkan 184 dari 720 kursi. Berada di tempat kedua, kelompok Sosialis dan Demokrat (Socialists and Democrats/S&D) yang memenangkan 139 kursi parlemen, diikuti oleh kelompok liberal Renew dengan 80 kursi.
"Kami akan membangun benteng melawan kelompok ekstrem dari sayap kiri dan kanan," kata von der Leyen kepada para pendukung EPP di acara terpisah tadi malam, dengan merujuk pada kelompok sayap kiri-tengah dan liberal, yang harus diajaknya bekerja sama untuk terus mendorong agenda ke depannya.
Setelah berminggu-minggu spekulasi soal kemenangan besar sayap kanan, serangkaian hasil individu yang luar biasa ditunjukkan oleh kelompok Rally Nasional Prancis (National Rally/RN), Partai Kebebasan Austria (The Freedom Party of Austria/FPÖ), dan Partai Alternatif Jerman (Alternative für Deutschland/AfD), tidak cukup diartikan ke dalam perombakan komposisi politik Uni Eropa.
Setelah berminggu-minggu spekulasi mengenai kemungkinan kemenangan telak kelompok sayap kanan, hasil mengejutkan dari Partai RN di Perancis, Partai Kebebasan di Austria dan Partai Alternatif untuk Jerman AfD tidak serta merta menyebabkan pergolakan dalam lanskap politik UE. Namun, karena jumlah anggota parlemen sayap kanan di parlemen lebih banyak dibandingkan sebelumnya, suara mereka harus didengarkan di masa depan.
Kejutan di Prancis
Setelah empat hari Pemilu berlangsung, dengan hampir 180 juta orang di 27 negara memberikan suara, kejutan besar dari Paris. Presiden Prancis Emanuel Macron pada Minggu mengumumkan bahwa ia akan membubarkan Majelis Nasional dan menyerukan pemilihan legislatif secepatnya setelah aliansi sentrisnya dikalahkan oleh partai sayap kanan dalam pemilihan Parlemen Eropa.
Partainya, Partai Renaissance yang berhaluan tengah dan pro-Eropa, hanya memperoleh 15% suara, dikalahkan oleh Partai sayap kanan NR, yang memperoleh lebih dari 30% suara di Prancis.
"Saya telah memutuskan untuk memberikan kembali kepada Anda pilihan masa depan parlemen kita melalui pemungutan suara. Oleh karena itu saya membubarkan Majelis Nasional," kata Macron dalam pidatonya di depan negara. "Partai-partai sayap kanan [...] mengalami kemajuan di mana-mana di benua ini. Ini adalah situasi yang saya tidak bisa pasrah."
Langkah ini merupakan pertaruhan besar untuk Macron karena ia tampaknya mencoba untuk mendapatkan kendali atas Prancis. Para pemilih Prancis akan kembali ke tempat pemungutan suara pada tanggal 30 Juni dan 7 Juli. Untuk saat ini posisi Macron sendiri masih cukup aman, karena ia terpilih kembali sebagai presiden pada tahun 2022, mengalahkan kandidat dari Partai Nasional Marine Le Pen.
Sayap kanan bergembira tapi terpecah
Dari Paris, Le Pen langsung menyambut pengumuman Macron. "Kami siap menjalankan kekuasaan jika rakyat Prancis memberikan kepercayaan kepada kami dalam pemilu ini," katanya. "Kami siap untuk mengubah negara ini, untuk membela kepentingan Prancis, untuk menghentikan migrasi massal."
Le Pen diperkirakan akan bertarung dalam pemilihan presiden Prancis tahun 2027, meskipun anggota Parlemen Eropa berusia 28 tahun, Jordan Bardella, kini memimpin Partai National Rally.
Ada alasan untuk merayakan keberhasilan kedua kelompok parlemen kanan ekstrem, ECR yang berhaluan nasional-konservatif dan ID yang berhaluan kanan ekstrem, meskipun kenaikannya lebih kecil ketimbang yang diharapkan oleh para anggotanya. Mereka masing-masing digadang mendapatkan 71 dan 58 kursi.
Selain itu, ada juga proyeksi 14 anggota parlemen Eropa untuk AfD, yang menepis serangkaian skandal dan muncul sebagai kekuatan terbesar kedua di Jerman, di belakang Partai Demokrat Kristen (CDU) yang dipimpin Ursula von der Leyen.
Namun, AfD tetap tak memiliki tempat politik di Brussel. Pasalnya, partai ini dikeluarkan dari kelompok ID pada Mei 2024 setelah kandidat utamanya, Maximilian Krah, dituduh telah menyebarkan pengaruh Rusia, ada tudingan ajudan parlementernya melakukan tindakan spionase untuk Cina, dan komentar kontroversial yang dibuatnya soal pasukan SS Nazi yang membuat gusar sekutunya, Le Pen, dan lainnya.
Di tengah perpecahan, kemampuan sayap kanan untuk membentuk koalisi masih dipertanyakan dan menjadi salah satu isu yang paling diawasi dalam beberapa minggu ke depan.
"Pemenang terbesar dalam pemilihan ini adalah dua keluarga dari kelompok radikal kanan," komentar Pawel Zerka, analis dari lembaga think tank European Council on Foreign Relations (ECFR), dalam sebuah pernyataan kepada DW. "Secara kolektif, termasuk partai-partai yang tidak berafiliasi, misalnya AfD dan Fidesz (Hungaria), mereka tampaknya hampir melewati ambang batas sepertiga kursi, yang memungkinkan mereka untuk menghalangi legislasi Parlemen Eropa."
Perdana Menteri Italia Giorgio Meloni telah mendorong kemungkinan ini dalam beberapa minggu terakhir. Partai Brothers of Italy miliknya muncul sebagai pemenang, seperti halnya FPÖ di Wina.
Di Warsawa, mantan perdana menteri Polandia dan pemimpin Partai Hukum dan Keadilan (PIS) Meteusz Morawiecki mengatakan kepada DW bahwa dirinya tidak akan mendukung upaya von der Leyen untuk Kembali menjadi presiden Komisi Eropa.
Kekalahan telak Partai Hijau
Di Jerman, Partai SPD pimpinan Kanselir Olaf Scholz berada di urutan ketiga, menjadi rekor hasil pemilu terburuknya di Uni Eropa. Salah satu mitra muda dalam pemerintahan Olaf Scholz, Partai Hijau, juga mengalami kekalahan besar. Mereka kehilangan sembilan dari 25 kursi di badan legislatif Uni Eropa.
Di seluruh Uni Eropa, partai-partai Hijau tidak dapat mempertahankan "gelombang Hijau" dari rekor kursi yang diperolehnya pada pemilu 2019. Secara keseluruhan, mereka tampaknya akan kehilangan 22 kursi dan mempertahankan 52 kursi.
Salah satu pemimpin Partai Hijau Eropa, Bas Eickhout, menyatakan harapan kalau partainya masih dapat membentuk bagian dari koalisi mayoritas di parlemen. "Satu-satunya koalisi demokratis yang dapat diandalkan dan stabil adalah dengan Partai Hijau," katanya kepada para jurnalis, sambil memperingatkan bahwa masa depan kebijakan iklim utama Uni Eropa sedang dipertaruhkan.
Kelompok S&D yang berada di posisi kedua menunjukkan kesediaan untuk bekerja sama dengan Ursula von der Leyen dalam masa jabatan keduanya.
"Jelas untuk kami, bahwa kami terbuka untuk kerja sama yang kuat dengan semua kekuatan demokratis dalam parlemen ini," kata kandidat utama kelompok itu, Nicholas Schmit.
Von der Leyen dituduh oleh lawan politiknya, termasuk S&D, merayu kekuatan sayap kanan dalam upaya untuk mempertahankan dukungan selama kampanye.
Kelompok Kiri di Parlemen Eropa diperkirakan bakal kehilangan satu kursi, mempertahankan 36 kursi, dengan sekitar 5% suara.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Bagaimana ke depannya?
Bagi Zerka dari ECFR, "Pelajaran utama malam ini adalah bahwa pemilihan Parlemen Eropa dapat sangat berpengaruh pada politik nasional di negara anggota UE."
Dia merujuk pada pengumuman Macron mengenai pemilu yang dilakukan secara cepat, dan juga pengunduran diri mendadak Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo, yang partai liberalnya, Open VlD, popularitasnya menurun di Uni Eropa dibandingkan dengan kekuatan separatis garis keras Flemish.
Dalam beberapa pekan ke depan, von der Leyen akan berusaha agar mayoritas anggota parlemen mengukuhkannya untuk masa jabatan keduanya sebagai Presiden Komisi Eropa. Peluangnya untuk melakukannya terlihat lebih kuat setelah hari Minggu, tetapi pengangkatan kembali tidak akan mudah.
Musim kampanye ini ditandai dengan peringatan disinformasi daring dan serentetan serangan kekerasan terhadap para politisi, termasuk juga upaya pembunuhan terhadap Menteri Slovakia Robert Fico.
Pemungutan suara di seluruh 27 negara Uni Eropa ditutup pada Minggu (09/06) pukul 23.00 waktu Eropa tengah atau sekitar pukul 04:00 dini hari waktu Indonesia pada Senin (10/06).
Proyeksi yang diberikan oleh Parlemen Eropa masih dapat direvisi, sambil menunggu penghitungan akhir. Dan hal tersebut, selama berminggu-minggu akan memicu terjadinya pertukaran politik dan pembentukan aliansi sebelum sidang pertama badan legislatif baru pada pertengahan Juli mendatang
(mh/yf)