Menhan Jerman von der Leyen Diusung Pimpin Komisi Eropa
3 Juli 2019Setelah perundingan alot puluhan jam, para pemimpin Uni Eropa yang berkumpul di Brussels akhirnya menyepakati satu nama untuk menggantikan Jean-Claude Juncker, Presiden Komisi Eropa saat ini. Mereka secara mengejutkan mengusulkan Ursula von der Leyen, yang saat ini menjabat sebagai Menteri Pertahanan Jerman.
Hal itu disampaikan Ketua Dewan Eropa Donald Tusk hari Selasa (2/7). Jika terpilih, Ursula von der Leyen akan menjadi perempuan pertama yang memimpin poisisi kunci di Uni Eropa itu. Nominasinya masih harus disetujui oleh mayoritas Parlemen Eropa yang beranggotakan 751 orang.
Donald Tusk juga sekaligus mengumumkan nama-nama lain yang akan mengisi jabatan-jabatan penting lainnya.
"Yang penting dan terutama, kami telah memilih dua perempuan dan dua laki-laki untuk empat posisi kunci. Ini kesetaraan gender yang sempurna. Saya sangat bahagia dengan itu," kata Tusk.
Christine Lagarde jadi Presiden Bank Sentral Eropa
Nama-nama yang dinominasikan untuk mengisi posisi kunci, selain Ursula von der Leyen untuk jabatan Presiden Komisi Eropa, adalah:
- Christine Lagarde sebagai Presiden Bank Sentral Eropa.
Christine Lagarde pernah menjabat sebagai menteri Keuangan Perancis dan saat ini menjabat sebagai Direktur Dana Moneter Internasional IMF
- Charles Michel, saat ini pejabat Perdana Menteri Belgia, untuk posisi Presiden Dewan Eropa, menggantikan Donald Tusk
- Josep Borrell Fontelles, saat ini Menteri Luar Negeri Spanyol, untuk posisi Pejabat Tinggi Urusan Luar Negeri dan Keamanan, jabatan yang juga sering disebut sebagai "Menlu Eropa".
Kandidat yang bertarung di Pemilu Eropa semuanya gagal
Banyak anggota Parlemen Eropa mengaku kecewa berat dengan pengumuman itu, karena tidak ada kandidat utama yang bertarung dalam pemilu Eropa masuk dalam nominasi.
Fraksi Hijau di parlemen Eropa menyesalkan perkembangan itu dan mengatakan, kesepakatan para kepala negara dan pemerintahan Uni Eropa "gagal menghormati proses kanidat utama serta hasil pemilu Eropa". Padahal yang saat ini sangat diperlukan Eropa adalah perubahan politik, demikian disebutkan dalam sebuah pernyataan pers.
Pimpinan kubu Sosial dan Demokrat, S&D, Iratxe Garcia menyebut proses nominasi itu sebagai sesuatu yang "tidak dapat diterima".
"Kelompok kami telah sangat tegad dan padu dalam mempertahankan demokrasi Eropa dan proses dengan kandidat utama," katanya. Kandidat Utama S&D, politisi Belanda Frans Timmermans, memang sempat disebut-sebut sebagai kandidat kuat untuk menggantikan Juncker. Namun negara-negara Eropa Timur, terutama Polandia, menyatakan penentangan sampai saat-saat terakhir.
Kandidat utama kubu konservatif, politisi Jerman Manfred Weber, sudah menyatakan mundur dari proses nominasi haru Selasa (2/7) setelah jelas bahwa dia menghadapi banyak penentangan, terutama dari Presiden Prancis Emmanuel Macron. Macron secara terbuka mengeritik pencalonan Manfred Weber karena menganggapnya tidak punya pengalaman apa-apa untuk mengisi suatu jabatan penting.
Semua posisi penting masih harus mendapat persetujuan dari Parlemen Eropa, kecuali untuk posisi Presiden Dewan Eropa, yang hanya perlu disetujui oleh para pemimpin negara anggota.
Presiden Komisi Eropa saat ini, Jean-Claude Juncker, diharapkan mundur dari jabataannya pada 31 Oktober mendatang. Jika terpilih, Ursula von der Leyen akan menjadi perempuan pertama, yang mengisi jabatan tertinggi dalam struktur organisasi Uni Eropa.
hp,rzn (dpa, afp, rtr, ap)