Penangkapan Terduga Teroris di Bali, Tidak Ganggu Pariwisata
16 Oktober 2019Empat hari pasca insiden penusukan yang dialami Menkopolhukam, Wiranto, tim Densus 88 Polri telah menangkap 22 terduga teroris. Masing-masingnya tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, diantaranya Banten, Bandung, Sulawesi Utara dan Jambi.
Polisi mengungkap inisial mereka yakni RA yang ditangkap di Banten, WBN di Bandung, S di Sulawesi Utara, R alias putra di Jambi yang merupakan mastermind dari kelompok teroris tersebut.
Sementara polisi juga menangkap dua terduga teroris lainnya, yakni ayah dan anak, berinisial AT dan ZAI, di Jembrana, Bali. Polisi menerapkan penanganan secara khusus kepada ZAI, yang masih di bawah umur.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo, mengatakan penangkapan ini telah mereka lakukan sejak tanggal 10 hingga 14 oktober 2019.
“Ada 22 tersangka yang sudah dilakukan preventif strike atau penegakan hukum. Kemudian dari Densus 88 juga masih berada di lapangan selain mengembangkan para tersangka yang sudah ditangkap juga akan melakukan langkah mitigasi secara maksimal agar kelompok terorisme tersebut tidak melakukan rencana amaliah atau terornya,” ujar Dedi seperti dilansir dari detiknews.
Baca juga: Tipu-tipu Money Changer, Bikin Pariwisata Bali Tercoreng
Semua terduga teroris disinyalir terkait jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan diduga telah berbaiat ke ISIS. Polisi mengamankan beberapa barang bukti dari masing-masing lokasi penangkapan.
“Beberapa serbuk -yang diduga sebagai bahan pembuat bom, air softgun, pisau dan beberapa buku terkait masalah jihad, konsep-konsep rencana amaliah secara tertulis dan dokumen pribadi milik yang bersangkutan,” ujar Dedi.
Mengganggu pariwisata di Bali?
Menanggapi penangkapan terduga teroris di Bali, Plt Kepala Biro Komunikasi Publik, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Guntur Sakti mengatakan hal ini tidak akan mencoreng nama Indonesia dari sektor pariwisata. Hal ini justru membuktikan keseriusan Indonesia memerangi tindakan terorisme.
“Upaya penangkapan terduga teroris yang dilakukan oleh Polri itu kan sebuah tindakan preventif sebetulnya, bisa juga disebut tindakan represif. Kita apresiasi itu sebagai salah satu upaya dalam mitigasi bencana. Nah kalau dampaknya terhadap pariwisata? Jika (terorisme) terjadi pasti berpengaruh,” ujarnya kepada DW Indonesia.
Kemenpar menambahkan, meskipun penangkapan ini tidak langsung berdampak strategis terhadap sektor wisata Indonesia saat ini, namun ancaman terorisme memang harus diwaspadai.
“(Ancaman terorisme) salah satunya masuk faktor, itu juga mempengaruhi indeks daya saing pariwisata Indonesia. Di bidang safety and security, tetapi perlu diingat upaya penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, melalui institusi yang menangani ini juga patut diapresiasi,” katanya.
Sebelumnya polisi menyampaikan dari hasil pemeriksaan, AT telah mengajak ZAI untuk melakukan amaliah. Dari penangkapan ini polisi menyita busur panah, mur, baut, dan komponen lainnya yang diduga dijadikan bahan bom.
Dari hasil keterangan, AT yang berprofesi sebagai tukang las kap lampu ini mengaku kenal dengan Syahrial Alamsyah, tersangka penusuk Menkopolhukam, Wiranto.
Ayah dan anak terduga teroris ini sempat melakukan perlawanan dengan berniat menghilangkan alat bukti, membuang hp dan laptop ke dalam air.
Guntur mengatakan hingga saat ini Bali memang masih menjadi destinasi favorit pilihan wisatawan.
“40% kedatangan wisatawan mananegara ke Indonesia, datang melalui pintu masuk Bali,” sebutnya.
Sementara, Kapolda Bali Irjen Petrus Reinhard Golose memastikan keamanan masyarakat yang tinggal di pulau Dewata.
"Tugas kami akan membuat masyarakat tidur enak. Tugas saya sebagai Kapolda Bali membuat Anda semua tidur yang tenang, turis datang di Bali dengan baik dan kami jamin," kata Kapolda Bali Irjen Petrus Reinhard Golose saat ditemui di Denpasar, Bali, Sabtu (12/10/2019), seperti dilansir dari detiknews.
pkp/vlz (dari berbagai sumber)