1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikInggris

Pendekatan Baru Inggris-Uni Eropa di bawah PM Keir Starmer?

12 Juli 2024

PM baru Inggris Keir Starmer tampaknya akan mendorong penataan kembali hubungan Inggris dan Uni Eropa yang berantakan setelah Brexit. Namun, Inggris tetap akan berada di luar Uni Eropa.

https://p.dw.com/p/4iAWh
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer
Perdana Menteri Inggris Keir StarmerFoto: Gareth Fuller/AP Photo/picture alliance

Keir Starmer, 61 tahun, adalah salah satu politisi yang dulu menentang Brexit dalam referendum tahun 2016. Sekarang dia menjadi pemimpin Inggris yang harus menata kembali hubungan dagang negara itu dengan Uni Eropa (UE).

"Ada banyak hal yang belum dia sebutkan dan perlu ditangani,” kata Dimitri Zenghelis, ekonom dan pakar Brexit di London School of Economics, kepada DW. "Ini akan menjadi jauh lebih sulit” bagi Keir Starmer, ketika dia harus menumbuhkan perekonomian Inggris setelah berada di luar pasar tunggal Uni Eropa, tambahnya.

Keir Starmer sendiri menahan diri dan tidak membahas dampak Brexit selama kampanyenya menjelang pemilu. Tapi dia berhasil menjaring suara dari pemilih kubu konservatif yang kesal dengan partai mereka atas berbagai krisis yang terjadi, antara lain antrean panjang untuk pemeriksaan kesehatan dasar dan tingginya biaya hidup.

UK poverty lurks behind glittering facade of election

Tekanan akan meningkat bagi Partai Buruh

"Setelah negara itu terjerumus ke dalam krisis ekonomi, kaum konservatif menyerahkan vas porselan ini kepada Starmer," kata Mike Galsworthy, ketua Gerakan Eropa Inggris, yang berkampanye untuk hubungan yang lebih baik dengan UE.

"Itulah mengapa dia tidak mengungkit Brexit,” tambahnya, menyiratkan bahwa Keir Starmer ketika itu tidak ingin mengangkat isu yang bisa menjadi bumerang dan merugikan peluangnya dalam pemilu. Namun Galsworthy percaya bahwa tekanan dari dunia usaha dan sektor ekonomi akan menguat.

"Partai Buruh mungkin telah menetapkan garis merah,” kata Galsworthy mengacu pada penolakan eksplisit untuk bergabung kembali dengan Uni Eropa, "tetapi posisi ini akan mendapat tekanan dari berbagai kelompok ketika orang-orang meminta solusi dan standar hidup yang lebih tinggi.”

Banyak yang myakini bahwa penyesuaian kembali dengan UE sangat penting bagi Inggris untuk meningkatkan perekonomian. Meskipun ada berbagai evalusai mengenai tingkat kerusakan yang disebabkan oleh Brexit, tidak ada perselisihan bahwa Brexit telah meningkatkan hambatan dan biaya untuk bisnis Inggris, dan mengurangi perdagangan antara Inggris dan Uni Eropa.

Menurut institut penelitian ekonomi Inggris, National Institute of Economic and Social Research, sejak Brexit perekonomian Inggris telah turun sebesar 2-3%, dan dampaknya diperkirakan akan meningkat menjadi minus 5-6% pada tahun 2035.

Meningkatkan perdagangan dengan UE

"Meninggalkan UE telah menjadikan penjualan barang dan jasa kami di seluruh Selat Inggris menjadi lebih mahal dan birokratis,” kata Shevaun Haviland, direktur jenderal Kamar Dagang Inggris, pada konferensi tahunan kelompok lobi yang mewakili ribuan bisnis Inggris. "Kita harus berhenti berjalan di atas telur dan mulai menceritakan apa yang terjadi," tegasnya.

Tapi Anand Menon, profesor politik Eropa di King's College London dan direktur lembaga pemikir Changing Europe, mengatakan "tidak akan ada perombakan besar-besaran" terhadap hubungan yang ada. "Dia hanya menginginkan sedikit hal," katanya tentang Starmer.

Melanie Vogelbach, kepala kebijakan ekonomi internasional di Kamar Dagang dan Industri Jerman, mengatakan UE dan Inggris harus bekerja sama karena "perbedaan peraturan antara Inggris dan UE” akan terus menciptakan hambatan perdagangan baru.

Sebuah sumber di industri Eropa yang menolak disebut namanya mengatakan kepada DW, UE tidak akan menawarkan konsesi besar-besaran kepada Inggris. "Inggris tidak dapat menikmati manfaat dari pasar tunggal, jika mereka tidak berada di dalamnya. Karena ini bisa menjadi preseden buruk, dan di perhimpunan dengan 27 negara anggota, itu tidak baik," katanya.

(hp/as)