Penembak Fort Hood Hasan Ingin Jadi Martir
29 Agustus 2013Tiga belas petinggi militer menyatakan Mayor Nidal Hasan bersalah dalam 13 dakwaan pembunuhan terencana dan 32 dakwaan upaya melakukan pembunuhan terencana. Ia dijatuhi hukuman mati melalui suntikan. Bila hukuman itu dijalankan maka Hasan akan menjadi tentara pertama sejak 1961 yang dieksekusi.
Keluarga Sambut Hukuman
Nidal Hasan, seorang psikiater militer mengamuk 5 November 2009, di fasilitas kesehatan, tempat sejumlah tentara menjalani pemeriksaan sebelum dikirim ke Irak dan Afghanistan. Di sana, ia meminta seorang perempuan sipil untuk meninggalkan ruang tunggu, sebelum berteriak “Allahu Akbar” dan menembaki tentara-tentara yang tersisa secara membabi-buta.
13 orang tewas, sebelum ia sendiri ditembak oleh polisi militer. Hasan kini lumpuh dari pinggang ke bawah.
Banyak keluarga korban yang bercucuran air mata, menyambut hukuman mati atas Nidal Hasan. Namun dalam sistem hukum militer Amerika, secara otomatis berlangsung proses permintaan banding. Hasil pengadilan kali ini akan dikaji ulang oleh seorang Jenderal, yang akan menentukan ketepatan pernyataan juri dan hukuman itu. Proses pengkajian ulang bisa berlangsung hingga tingkat terakhir, keputusan dari Presiden.
Jaksa Ketua Kolonel Mike Mulligan menegaskan bahwa hukuman mati itu tepat bagi Hasan, yang sebagai dokter dan terdidik untuk menyelamatkan nyawa, malah menebar kematian pada 5 November itu.
Pengadilan telah mendengar bahwa Hasan menentang pendudukan Irak dan Afghanistan oleh militer AS. Diketahui pula bahwa ia berkomunikasi dengan seorang ulama AS yang diduga sebagai tokoh Al Qaeda, dan kemudian tewas dalam gempuran rudal AS di Yaman.
Martir Yang Gagal
Nidal Hasan yang berusia 42 tahun itu tampil di pengadilan dalam kursi roda dan melakukan pembelaannya sendiri. Ia menyatakan ingin melindungi penduduk sipil dan kaum Taliban yang ditembaki oleh pasukan Amerika. Mengaku sebagai pejihad Islam, ia mengatakan adalah tugasnya untuk membunuh sebanyak mungkin tentara Amerika. Begitu keterangan jaksa militer.
Mayor Nidal Hasan lahir di Amerika Serikat dan keturunan Palestina. Kepada tim evaluasi, ia mengaku ingin mati sebagai martir. Namun tampaknya pelaku penembakan di Fort Hood, Texas itu akan terpaksa menunggu lama untuk eksekusinya.
Selama kasusnya masih dalam proses pengkajian, Nidal Hasan dipenjara di Fort Leavenworth, Kansas. Begitu pernyataan militer AS.
ek/hp (ap, afp, dpa, rtr)