Pengalaman Pengungsi Suriah di Jerman
1 Oktober 2013Dua keluarga asal Suriah menempati sebuah apartemen di kota kecil Sinzig, di negara bagian Rheinland-Pfalz. Apartemen itu luasnya 60 m2. Peralatannya sederhana, tapi di ruang tamu ada sofa panjang, dan peralatan dapurnya cukup lengkap.
Dalal Abdulkader, 33 tahun, setahun lalu melarikan diri bersama dua anak perempuannya dari Aleppo, Suriah. Dua bulan yang lalu, saudaranya Gulistan Ajo berhasil menyusul dengan dua anak lelakinya.
Hari ini, kedua wanita itu kedatangan tamu. Ibu dan paman Dalal datang berkunjung. Di meja ada banyak makanan dan minuman. Ada kopi Arab, teh dan macam-macam makanan kecil. Untuk makan siang ada Spaghetti dengan saus tomat. "Ini makan gaya Jerman", kata Lidia, anak perempuan Dalal yang berusia 11 tahun.
Dalam pelarian
Gulistan dan Dalal melarikan diri dari Suriah dan berusaha datang ke Jerman dengan inisiatif sendiri. Situasi mereka berbeda dengan sekitar 5.000 pengungsi asal Suriah yang didatangkan ke Jerman dari kamp penampungan pengungsi di Lebanon. Program itu adalah kerjasama antara Jerman dan PBB.
Dalal lari dari Suriah membawa kedua anaknya lewat Turki ke Yunani. Sejak awal dia memang bertujuan ke Jerman. Perjalanan dari Turki ke Yunani penuh bahaya. Dia dan anak-anaknya sempat tersesat di daerah hutan di perbatasan.
"Saya membawa kamera kecil dalam tas. Jadi saya membuat video dari anak-anak saya." Seandainya mereka hilang, dia berharap rekaman video itu bisa sampai ke keluarganya. Supaya mereka tahu, dia sudah dekat Yunani.
Setelah tiba di Yunani, dia membeli paspor palsu dan naik kereta api dari Roma ke München. Di sana seorang pamannya sudah menunggu. Tapi keluar dari kereta api, Dalal dan anaknya ditangkap polisi karena ketahuan datang dari Suriah. Ia sempat ditahan selama 12 jam di kantor polisi.
Ditampung di asrama pengungsi
Dari tahanan polisi, mereka dibawa ke tempat penampungan pengungsi di kota Trier. Di sana ada tempat untuk sekitar 700 pengungsi yang ingin mengurus suaka politik. Mereka hanya boleh tinggal sampai 3 bulan. Setelah itu, mereka akan dikirimkan ke kota-kota lain. Pemerintah kota yang akan mencari tempat tinggal untuk mereka.
Setelah beberapa minggu tingal di Trier, Dalal dan kedua anaknya diijinkan pergi ke Ahrweiler, ke tempat saudaranya Fatima. Fatima menikah dengan seorang Jerman dan sudah tinggal di sini selama 20 tahun.
Gulistan dan kedua anaknya juga sempat tinggal selama beberapa minggu di Trier. "Saya senang tinggal di asrama pengungsi. Sebab di sana aman", katanya. "Tapi saya punya masalah, karena waktu itu saya hamil. Saya mendapat kamar di tingkat tiga. Saya minta kamar di lantai dasar, supaya tidak perlu naik tangga. Tapi saya tidak mendapat kamar itu."
Kehidupan lain
Dalal dan Gulistan bersyukur bisa sampai di Jerman. Mereka mendapat ijin kerja, tapi hanya untuk negara bagian Rheinland-Pfalz. Di Suriah, Dalal punya sebuah salon kecantikan. Sekarang, dia harus menyesuaikan diri dengan kehidupan sebagai pengungsi. Untungnya, Dalal dan Gulistan masih punya saudara di Jerman. Jadi masih ada yang bisa membantu mereka, kalau mereka memerlukan sesuatu.
Anak-anak Dalal lebih cepat menyesuaikan diri. Tapi Lidia merasa kehilangan teman baiknya dari Aleppo. Dia mendengar, temannya sekarang sudah tinggal di Kanada.