Pengungsi Anak Alami Situasi Traumatis di Indonesia
8 Juni 2017Ribuan bocah pengungsi mengalami situasi "berbahaya dan mengerikan" di fasilitas penampungan di sejumlah negara Asia Tenggara. Saat ini lebih dari 2.290 pengungsi dan pencari suaka anak-anak ditahan di Thailand, Malaysia dan Indonesia, menutur organisasi kemanusiaan Save The Children dan Asia Pacific Refugee Rights Network.
Ketiga negara berada di tengah rute pelarian pengungsi dari Myanmar, Bangladesh dan Afghanistan yang berusaha menyebrang ke Australia. Jika tertangkap petugas perbatasan, para pengungsi ditahan di kamp penampungan dan diproses sebagai imigran ilegal. "Anak-anak ini tidak seharusnya diperlakukan seperti seorang kriminal," kata Mike Novell, Ditektur Asia Save The Children.
"Dampaknya terhadap anak-anak sangat merusak. Situasi ini bisa mengarah pada keterlambatan pertumbuhan. Selain itu anak-anak terancam mengalami tindak kekerasan, pelecehan dan eksploitasi seksual," imbuhnya.
Kedua organisasi menyusun laporan mengenai situasi pengungsi anak-anak di Asia Tenggara berdasarkan analisa kebijakan imigrasi dan wawancara dengan sejumlah pengungsi. Laporan tersebut mengungkap anak-anak sering ditahan bersama orang dewasa yang tidak dikenal dan terpisah dari keluarganya.
Sebagian dipaksa tidur di atas lantai atau beralaskan karton dalam kondisi "sesak dan kotor." Kedua organisasi mendapati puluhan bocah ditahan di dalam sel yang sempit dan tanpa ventilasi. "Ada banyak bakteri....," kata seorang bocah perempuan berusia 14 tahun yang ditahan di dalam sel bersama 150 pengungsi lain. "Kami kesulitan bernafas karena di dalam sangat panas," tuturnya.
Save the Children dan Asia Pacific Refugee Rights Network menuntut pemerintah Thailand, Malaysia dan Indonesia agar mengakhiri praktik penahanan anak-anak. Akhir 2016 silam jumlah bocah pengungsi yang ditahan berkurang sebanyak 50% dibandingkan 2014.
rzn/yf (rtr,ap)