IDF Tarik Sebagian Besar Pasukan dari Gaza Selatan
8 April 2024Pejabat militer Israel pada Minggu (07/04) mengungkapkan bahwa pihaknya telah menarik sebagian besar pasukan daratnya dari jalur Gaza selatan.
Juru bicara militer Israel mengatakan hanya tinggal satu pasukan brigade yang akan tetap berada di kota Khan Younis untuk saat ini. Biasanya ada beberapa ribu tentara.
Pihak militer Israel juga menulis di akun sosial media X/Twitter, bahwa selama serangan pasukan Israel di Khan Younis, pihaknya telah menemukan dan bahkan menghancurkan tiga terowongan yang diduga milik kelompok militan Hamas.
Belum diketahui pasti, apakah penarikan pasukan Israel ini juga akan menunda adanya serangan-serangan ke kota Rafah di Gaza selatan.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Israel: Pasukan tinggalkan Gaza untuk mempersiapkan target lain, termasuk Rafah
Ditariknya pasukan Israel dari Gaza selatan pada Minggu (07/04), diperuntukkan agar dapat mempersiapkan operasi target selanjutnya, kata Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Yoav Gallant.
Operasi itu termasuk rencana serangan darat di Rafah, tambah Gallant dalam sebuah pernyataan.
"Pasukan keluar dan bersiap untuk misi berikutnya, kami telah melihat banyak contoh misi seperti itu dalam operasi al-Shifa, dan juga misi yang akan datang di wilayah Rafah," katanya dalam sebuah pertemuan dengan para pejabat militer Israel.
Israel telah diperingatkan oleh beberapa sekutunya, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Jerman, agar tidak melancarkan serangannya ke Rafah, karena krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Gaza.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu telah bertekad untuk tetap menargetkan Rafah, meski kota itu adalah wilayah perlindungan terakhir bagi penduduk Gaza yang mengungsi.
Lebih dari 1 juta warga Palestina saat ini mencari perlindungan dari pertempuran di Jalur Gaza yang terkepung.
Warga Israel berunjuk rasa menuntut pelepasan sandera, setelah 6 bulan ditahan
Sementara itu, ribuan warga Israel berunjuk rasa di luar Parlemen Israel Knesset di Yerusalem pada Minggu (07/04), untuk menuntut pembebasan sekitar 130 sandera yang masih ditahan di Gaza, setelah enam bulan perang Israel-Hamas berlangsung.
Ketika satuan bersenjata Hamas menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober lalu, sekitar 1.200 warga Israel dibunuh dan lebih 250 orang disandera dan dibawa ke Gaza. Hamas dikategorikan sebagai kelompok teror oleh AS, Uni Eropa, Jerman dan beberapa negara lain.
Sekitar setengah dari para sandera itu masih ditahan di Gaza, sementara sisanya telah dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata sementara pada akhir November 2023.
Kerabat dari para sandera yang masih ditahan di Gaza ini menjadi semakin frustrasi, karena kurangnya kemajuan terwujudnya gencatan senjata atau kesepakatan lainnya, yang mencakup pembebasan para sandera yang tersisa.
Beberapa kerabat bahkan meminta Netanyahu untuk berbuat lebih banyak agar bisa membawa pulang para sandera. Namun, banyak warga Israel justru meyakini bahwa PM Israel itu telah memperlambat upaya dalam mengamankan kesepakatan, yang sebelumnya telah dibantah keras oleh Netanyahu.
"Keluarga para sandera dan semua orang di sini sudah sangat muak," kata seorang pengunjuk rasa, Michal Nachshon. "Orang-orang perlu memahami bahwa dunia harus bangkit membela dan mengembalikan mereka... ini adalah masalah kemanusiaan dan ituy ang kami serukan hari ini," tambahnya.
Netanyahu: Israel 'selangkah lagi menuju kemenangan'
PM Netanyahu mengatakan bahwa Israel "selangkah lagi menuju kemenangan" dalam perangnya melawan Hamas di Gaza dan bertekad tidak akan ada gencatan senjata sampai Hamas membebaskan semua sandera.
Netanyahu berbicara dalam sebuah rapat kabinet yang menandai enam bulan berlangsungnya perang Israel-Hamas sejak 7 Oktober lalu.
"Kita tinggal selangkah lagi menuju kemenangan," kata Netanyahu. "Namun harga yang harus kita bayar sangat mahal dan memilukan."
Pembicaraan mengenai upaya gencatan senjata diperkirakan akan dilanjutkan di Kairo dengan mediator internasional. PM Israel itu mengatakan: "Tidak akan ada gencatan senjata tanpa kembalinya para sandera. Itu tidak akan terjadi."
Dia menyerukan agar tekanan internasional justru diarahkan kepada Hamas dan bukan kepada pasukan Israel, agar perang segera berakhir.
Israel telah menghadapi kritik keras atas krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh serangan balasannya terhadap Hamas di Gaza. Muncul juga luapan kemarahan dunia, atas terbunuhnya tujuh relawan internasional dalam sebuah serangan udara Israel pada 1 April lalu.
Organisasi bantuan kemanusiaan kecam 'jumlah korban yang mengejutkan'
Badan-badan bantuan kemanusiaan telah menggambarkan Gaza sebagai "bencana besar", setelah enam bulan berlangsungnya perang Israel-Hamas.
Serangan balasan Israel telah menewaskan sedikitnya 33.175 warga Palestina, yang sebagian besar merupakan perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan Gaza yang dikuasai oleh Hamas.
"Enam bulan adalah rekor sejarah yang mengerikan," ungkap Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Internasional (IFRC), seraya memperingatkan bahwa "kemanusiaan benar-benar telah diabaikan."
Kepala UNICEF Catherine Russell mengatakan ada lebih dari 13.000 anak dilaporkan menjadi korban tewas selama konflik Israel-Hamas tersebut.
"Rumah, sekolah, dan rumah sakit hancur. Guru, dokter dan petugas kemanusiaan terbunuh. Krisis kelaparan sudah mendekat," tulisnya di X pada Sabtu (06/04)." Tingkat dan kecepatan kehancuran ini sangat mengejutkan. Anak-anak butuh gencatan senjata SEKARANG."
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa serangan 7 Oktober ke Israel itu "tidak membenarkan adanya pemboman, pengepungan, dan penghancuran sistem kesehatan secara mengerikan oleh Israel di Gaza, yang menewaskan, melukai, dan membuat ratusan ribu warga sipil kelaparan, termasuk para relawan."
Kepala kemanusiaan PBB Martin Griffiths hari Sabtu (06/04) menegaskan bahwa harus ada "perhitungan atas pengkhianatan terhadap kemanusiaan ini."
Sejak 7 Oktober, militer Israel telah terlibat dalam konflik serangan darat yang intensif dan telah memperluas aksi militer pasukannya di seluruh wilayah Palestina.
kp/pkp/hp (AP, AFP, Reuters, dpa