1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perangi Dampak Fukushima

Martin Fritz11 Maret 2014

Penduduk Namie di Fukushima terkena radiasi radioaktif. Pemeriksaan kesehatan mereka lakukan sendiri. Sekarang ditemukan dua kasus kanker pada anak-anak.

https://p.dw.com/p/1BNJc
Dua warga kota Namie. Penduduk kota ini terpaksa dipindahkan setelah terjadinya bencana Fukushima.Foto: picture-alliance/dpa

Ibu Fujiwara yang tinggal di distrik Namie, sembilan kilometer di utara Fukushima, tidak punya masalah kesehatan selain darah tinggi. Tetapi dokter di Namie, Shunji Sekine khawatir, warga daerah itu, walaupun dulu diungsikan, terkena radiasi.

Di tempat prakteknya di kota Nihonmatsu, di mana 230 keluarga pengungsi sekarang tinggal, Sekine hampir setiap hari memeriksa kelenjar tiroid pada banyak penduduk Namie. Terutama anak-anak dan remaja terancam bahaya Yodium yang tercemar radioaktif. Demikian dikatakan Shunji Sekine yang berusia 71 tahun.

Kaitan Kecelakaan Nuklir dan Kanker

"Memang sampai sekarang belum ada studinya, tapi saya melihat kaitan antara kecelakaan nuklir dan kanker," ditekankan dokter itu. Sebelum pensiun ia menspesialisasikan diri pada kanker kelenjar tiroid serta kanker payudara di klinik universitas Fukushima. Menurut keterangan resmi awal Februari lalu, dari sekitar seperempat juta anak dan remaja yang diperiksa, ditemukan 33 kasus kanker. Itu berarti hampir empat kali lipat lebih tinggi dari rata-rata di seluruh dunia untuk semua kelompok umur.

Fukushima 3 Jahre Folgen Kinder
Anak-anak bermain di bak pasir di dalam ruangan di TK Koriyama di sebelah barat reaktor Fukushima.Foto: Reuters

Meskipun demikian, pemerintah Fukushima tidak mau menerbitkan informasi terperinci tentang kasus kanker. Pertanyaan Sakine tentang tempat tinggal korban dan tingkat pencemaran tidak dijawab. Sebaliknya, penasehat pemerintah Fukushima dan pakar kelenjar tiroid Shunichi Yamashita mengatakan, "Waktunya belum tepat untuk memberikan pernyataan. Masih harus diadakan lebih banyak penelitian."

Pemerintah Bungkam

Tapi warga Namie tidak mau menunggu pemerintah. Karena mereka sudah pernah jadi korban tindakan pemerintah yang tidak terus terang. Empat hari setelah reaktor Fukushima meledak, 15 Maret 2011, kota Tsushima di barat laut diperintahkan untuk diungsikan. Para pengungsi diarahkan untuk lewat daerah yang tercemar radioaktif, sehingga lebih terkena radiasi, daripada jika tetap tinggal di rumah. Pihak berwenang di Tokyo mengetahui hal ini lewat perhitungan komputer. Tapi mereka tidak mengatakan apa-apa karena takut warga panik.

Akibat pengalaman ini, warga Namie berusaha mengumpulkan data sebanyak mungkin tentang dampak radiasi. Demikian dikatakan kepala urusan kesehatan Namie, Norio Konno. Ia menjelaskan, mereka ingin menjaga kesehatan warga. Lagipula, jika warga ingin meminta ganti rugi dari perusahaan Tepco, mereka perlu bukti kuat di pengadilan. Namie kini membeli dengan uang sendiri sebuah pemindai untuk seluruh tubuh, dan ditempatkan di pusat penampungan pengungsi di Nihonmatsu. Semua pengungsi yang berusia di bawah 40 tahun bisa memeriksakan diri atas Sesium 134 dan 137 sekali setahun. Sementara negara hanya menawarkan pengecekan sekali dalam dua tahun.

Fukushima 3 Jahre Folgen Kind
Dokter memeriksa kelenjar Tiroid seorang anak perempuan berusia lima tahun, di tempat penampungan Nihomatsu.Foto: Reuters

"Korban Radiasi Tidak Punya Masa Depan"

Sejauh ini sudah separuh penduduk Namie memeriksakan diri. Tapi ada juga yang menolak. Kazue Yamagi bercerita tentang anak perempuannya yang berusia 21 tahun, yang tidak mau memeriksakan kelenjar tiroidnya. "Ia pindah dari Fukushima dan tidak mau melihat semua berita di televisi," kata ibu itu dengan sedih. Ia menambahkan, anaknya tidak mau menikah, karena sebagai korban radiasi ia tidak merasa punya masa depan lagi.

Pendapat itu tidak salah sepenuhnya. Para Hibakusha, demikian sebutan korban radiasi bom atom Hiroshima dan Nagasaki, beserta keturunannya sampai sekarang didiskriminasi di Jepang. Pengungsi dari Fukushima yang terkena radiasi sekarang juga merasa seperti Hibakusha. Gen mereka yang juga terkena radiasi diteruskan secara turun-temurun, tutur Norio Konno.

Japan Fukushima Tsunami Katastrophe Namie
Jalah menuju Namie masih ditutup.Foto: picture-alliance/dpa

Beruntung dalam Ketidakberuntungan?

Konno membagi-bagikan buku petunjuk bagi penduduk, seperti halnya yang diperoleh penduduk Hiroshima dan Nagasaki. Dalam buku juga ada tempat untuk mencatat pemeriksaan kanker.

Di antara 3.200 penduduk muda Namie, ditemukan dua kasus kanker kelenjar tiroid. Menurut pakar Shinji Tokonami, yang menjadi penasehat bagi Namie, seharusnya ditemukan lebih banyak lagi kasus kanker kelenjar tiroid. Ia menduga, penduduk daerah pantai mengkonsumsi banyak gulma laut. Oleh sebab itu, dalam kelenjar tiroid warga berusia muda tidak banyak tempat untuk menyimpan yodium yang tercemar radioaktif, yang berasal dari instalasi nuklir Fukushima.