1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikPalestina

Perundingan Gencatan Senjata Gaza Dimulai Kembali di Doha

16 Agustus 2024

Mediator Israel, AS, Mesir, dan Qatar telah memulai kembali perundingan gencatan senjata di Qatar, meskipun Hamas menolak untuk terlibat secara langsung. Sementara Mahmoud Abbas mengatakan ia akan mengunjungi Gaza.

https://p.dw.com/p/4jX4I
Tank Israel di dekat Jalur Gaza, Agustus 2024
Israel akan ambil bagian dalam perundingan gencatan senjata di QatarFoto: Amir Cohen/REUTERS

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al-Ansari, mengatakan pada hari Kamis (15/08) malam waktu setempat bahwa perundingan tentang gencatan senjata yang telah lama terhenti di Doha dilanjutkan pada hari Jumat (16/08).

Ia mengatakan bahwa para mediator dari Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat (AS) sedang berupaya untuk mencapai gencatan senjata yang akan memfasilitasi pembebasan para sandera dan memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan sebanyak mungkin ke Gaza.

Hamas, yang memerintah Gaza, menolak untuk menghadiri sesi pembicaraan terakhir. Sebaliknya, mereka mengatakan bahwa para mediator harus memberlakukan persyaratan dan "memaksa” Israel untuk mematuhinya.

Juru bicara Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, menyebut perundingan tersebut sebagai langkah penting, tetapi mengatakan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan mengingat kompleksitas dari setiap kesepakatan yang mungkin terjadi.

Sementara itu, Inggris dan Prancis mengumumkan bahwa menteri luar negeri mereka akan melakukan kunjungan bersama ke wilayah tersebut mulai hari Jumat (16/08), ketika para diplomat internasional mencoba untuk meredam ketegangan di Timur Tengah.

Abbas akan kunjungi Gaza

Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan kepada parlemen Turki bahwa ia akan mengunjungi Gaza dan Yerusalem untuk memprotes perang Israel di wilayah tersebut.

Abbas menekankan bahwa ia tidak melihat adanya akhir dari konflik ini kecuali Israel menarik diri dari wilayah Palestina yang diduduki.

Pemimpin Otoritas Palestina dari Ramallah ini bertemu dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan di Ankara pada hari Rabu (14/08) untuk mendiskusikan perang dan upaya gencatan senjata.

Pada Kamis (15/08), Abbas berpidato di depan sidang luar biasa parlemen Turki atas undangan pemerintah Turki.

Abbas menyampaikan pidato selama 46 menit yang dihadiri oleh Erdogan, para menterinya, dan para anggota parlemen dari semua partai politik.

Ia menuduh Washington memperpanjang "bencana” dengan mendukung Israel dan berulang kali memveto resolusi-resolusi di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Abbas juga mendesak dunia untuk menghukum Israel secara hukum atas kejahatan perang dan pelanggaran hukum internasional.

"Saya telah memutuskan untuk berangkat bersama anggota Otoritas Palestina ke Jalur Gaza. Saya akan mengerahkan segala upaya agar kita semua dapat bersama rakyat kita untuk menghentikan agresi biadab ini, meskipun harus mengorbankan nyawa,” ujar Abbas.

Abbas juga mengatakan bahwa ia akan pergi ke Yerusalem, tetapi tidak menjelaskan kapan ia akan berkunjung.

Lebih dari 40.000 orang tewas

Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan pada hari Kamis (15/08), bahwa jumlah korban tewas di wilayah tersebut kini telah melampaui angka 40.000 orang sejak perang pecah antara Israel dan militan Hamas pada Oktober 2023.

Badan kesehatan tersebut mengatakan setidaknya 40.005 orang telah terbunuh dalam konflik tersebut, termasuk 40 orang dalam 24 jam sebelumnya.

Serangan Israel juga telah menyebabkan 92.401 orang terluka, sementara 85% dari populasi telah mengungsi, menurut otoritas kesehatan setempat. Perang di Gaza berawal dari serangan Hamas ke Israel 7 Oktober tahun lalu, yang menewaskan lebih 1200 orang. Hamas diklasifikan sebagai kelompok teror oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, Jerman dan beberapa negara lain.

fr/ha/hp (Reuters, AP, AFP)