040511 Familienunternehmen
11 Mei 2011Iklan
Sembilan dari 10 perusahaan besar Jerman yang merupakan perusahaan keluarga juga berbisnis di luar negeri. Pasar terbesar di luar Jerman adalah negara tetangga, Perancis. Namun tampaknya dalam tiga tahun ke depan, fakta ini akan berubah. Cina akan menjadi pasar terbesar bagi ekspor perusahaan-perusahaan Jerman. Baru setelah itu Perancis, Amerika Serikat dan Rusia.
Menurut anggota dewan direksi Deutsche Bank, Jürgen Fitschen, perubahan tersebut tentu akan membawa sejumlah konsekuensi baru. "Saya rasa jumlah perusahaan yang berproduksi di luar negeri pada akhirnya akan bertambah. Sekarang sudah ada fenomena perusahaan skala menengah lebih banyak berproduksi di Cina dan berjualan di sana. Kalau ini terus berlanjut dalam beberapa tahun ke depan, jumlah perusahaan yang memilih langkah ini pasti bertambah."
Melebarkan Diri di BRIC
Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan-perusahaan Jerman memilih berproduksi di Cina untuk menghemat biaya. Begitu juga dengan alasan mendekat dengan pasar luar negeri. Tidak hanya Cina yang menjadi pilihan, perusahaan Jerman ke depannya juga akan semakin banyak berproduksi di Rusia dan India.
Frank Wallau dari Institut Riset Kelas Menengah di Bonn menjelaskan, "Bagi banyak perusahaan, negara-negara BRIC yakni Brasil, Rusia, India dan Cina menjadi langkah penting berikutnya dalam internasionalisasi. Tapi masih banyak yang khawatir akan kerangka hukum dan politik, ataupun larangan dagang dan pajak. Masih banyak perusahaan Jerman yang berusaha mencari partner lokal yang tepat."
Langkah yang sudah ditekuni Grup Kirchhoff sejak lama. Perusahaan keluarga yang bermarkas di Attendorn ini telah beroperasi di 16 negara. Memproduksi alat pengumpul sampah dan modifikasi mobil bagi penyandang.
Arndt G. Kirchhoff pimpinan Grup Kirchhogg mengatakan, "Kekuatan Jerman tidak hanya terletak pada kenyataan bahwa kami telah bertahun-tahun menjadi juara ekspor dunia. Kami juga terdepan dalam mengintegrasi proses bernilai tambah. Kami banyak mengimpor bahan produksi sebelum kami ekspor lagi. Di sektor otomotif sekitar 50 persen suku cadang produksi luar negeri. Dalam produksi mesin, bahkan mencapai 70 persen. Atau kami beli bagian-bagian di luar negeri, kami rakit di Jerman, lalu kami ekspor."
Produksi di Luar Negeri
Praktek lama bagi Kirchhoff yang sejak awal tahun 90-an sudah mulai menyelami kemungkinan tidak hanya di Eropa, namun juga di Amerika Serikat, Meksiko dan Cina. Arndt G. Kirchhoff memaparkan, "Kini negara-negara jelas sudah lebih pintar. Jika sebuah negara membeli bagian di luar negeri, tentunya harus juga berbagi pengetahuan. Ini juga menjadi satu cara perusahaan Jerman untuk meningkatkan daya beli dan permintaan dari pasar tersebut. Namun pada akhirnya akan tiba saatnya, seperti dalam beberapa tahun terakhir, bahwa sebuah negara harus bisa turun ke pasar. Kalau tidak, terancam kehilangan otoritas terhadap pasar."
Tentu ini sudah dipraktekkan hampir seluruh perusahaan besar Jerman. Sekitar dua pertiga dari perusahaan yang ada sudah membangun lembaga pemasaran atau fasilitas pelayanan di negara lain. Setengah dari total perusahaan Jerman sudah berproduksi di luar negeri.
Sebuah studi yang digelar Institut Riset Kelas Menengah menunjukkan bahwa sekitar 30 persen perusahaan Jerman berencana memperbanyak produksi di luar negeri di masa depan. Hampir dua pertiganya memilih Asia sebagai lokasi produksi.
Transaksi dengan Mata Uang Asing
Transaksi asing tidak hanya melibatkan peluang namun juga resiko. Terutama dari segi finansial. Yang sudah jelas fluktuasi nilai tukar mata uang. Itu sebabnya banyak perusahaan yang memilih membuka rekening dalam mata uang asing. Tak lama lagi, transaksi menggunakan Yuan sudah bisa dilakukan di Jerman. Menanggapi kemungkinan ini, Jürgen Fitschen dari Deutsche Bank, menyatakan, "Ini kabar baik bagi bank. Saya yakin ratusan perusahaan skala menengah akan membuka rekening akhir tahun ini untuk bisa memperjualbelikan barang dengan Cina. Kriteria perdagangan yang kemungkinan besar akan berpengaruh positif."
Keuntungan yang didapat kemudian dapat digunakan untuk membeli suku cadang atau bahan mentah dari Cina. Karena di Jerman, Yuan tidak diperdagangkan secara bebas. Kalau ingin keuntungan dalam bentuk Euro, harus ditranfer ke Cina terlebih dahulu, ditukar ke Euro di bank Cina, baru ditransfer kembali ke Jerman.
Sabine Kinkartz/Carissa Paramita
Editor: Hendra Pasuhuk
Iklan