Pervez Musharraf Kembali ke Pakistan
25 Maret 2013Musharraf tiba di kota Karachi hari Minggu (25/03). Ia berangkat dari Dubai menggunakan penerbangan komersial biasa. Selama ini, Musharraf berada di Dubai dalam pengasingan, karena di Pakistan ia menghadapi berbagai tuduhan di pengadilan. Musharraf kembali ke Pakistan dengan harapan bisa memainkan peran penting dalam pemilihan umum bulan Mei.
Pemerintahan sipil di Pakistan sudah mengakhiri masa legislaturnya minggu lalu. Komisi Pemilihan Umum kini mengangkat Mir Haar Khan Khoso sebagai pejabat Perdana Menteri interim menjelang pemilihan umum tanggal 11 Mei. Khoso adalah mantan ketua Mahkamah Agung.
Komisi Pemilihan Umum di Pakistan memang harus memilih pejabat Perdana Menteri interim selambatnya sampai hari Senin (25/03). Inilah untuk pertama kalinya pemerintahan sipil di Pakistan bisa menghabiskan masa legislatur, tanpa terjadi perebutan kekuasaan. Kepulangan Musharraf ke Pakistan akan membuat persaingan politik makin meningkat.
Ancaman Dibunuh
Pervez Musharraf mengambil alih kekuasaan di Pakistan melalui kudeta tak berdarah pada tahun 1999. Ketika itu, sebagai Panglima Militer ia menolak perintah penangkapan yang dikeluarkan Perdana Menteri Nawaz Sharif. Musharraf memimpin militer merebut kekuasaan dan memberlakukan tahanan rumah bagi Nawaz Sharif. Tahun 2008 ia mengundurkan diri setelah muncul berbagai tuduhan penyalahgunaan kekuasaan.
Selama berkuasa, Musharraf memerangi kelompok Taliban di Pakistan. Selama berada di pengasingan di Dubai, Musharraf mengaku menerima ancaman pembunuhan dari Taliban, jika ia kembali ke Pakistan.
"Saya tidak takut. Saya hanya takut kepada Tuhan,“ kata Musharraf kepada para pendukung dan wartawan yang menyambutnya di bandar udara Karachi. ”Demi negara saya, jika saya harus pergi ke mana saja, saya akan pergi.”
Dalam wawancara sehari sebelum bertolak ke Pakistan, Musharraf mengeritik operasi militer AS untuk membunuh Osama bin Laden. Kepada mingguan Jerman Der Spiegel ia mengatakan, operasi tersebut ”tentu sebuah keberhasilan, namun keberhasilan itu juga bisa dilakukan oleh aparat keamanan Pakistan”. Ia menambahkan, ”tidak ada negara yang berhak melanggar kedaulatan negara lain seperti yang dilakukan Amerika Serikat di Pakistan”.
Sanksi hukum
Di Pakistan, Musharraf sebenarnya masih menghadapi beberapa sanksi hukum, antara lain sehubungan dengan terbunuhnya mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto, operasi militer dan pemecatan serta penahanan hakim tahun 2007. Sehubungan dengan pembunuhan Benazir Bhutto, Musharraf dianggap tidak memberi pengamanan yang cukup ketika tokoh politik itu kembali dari pengasingan tahun 2007.
Muharraf menolak semua tuduhan itu. Ia kini mendapat perlindungan selama 10 hari. Artinya, Musharraf tidak akan ditahan selama 10 hari pertama ia berada di Pakistan.
Sebelum Pervez Musharraf tiba di Pakistan, terjadi serangan bunuh diri terhadap sebuah pos militer di kawasan Waziristan Utara. 17 anggota aparat keamanan dilaporkan tewas dalam insiden itu. Kawasan ini diketahui sebagai tempat persembunyian Taliban dan Al Qaida. Tidak ada indikasi bahwa serangan itu berkaitan dengan kepulangan Musharraf.
HP/DK (rtr, dpa, afp)