Petani India Blokir Jalan Raya Protes UU Reformasi Agraria
6 Februari 2021Puluhan ribu petani kembali turun ke jalan-jalan di India memulai blokade jalan raya nasional yang direncanakan berlangsung selama tiga jam. Mereka mendesak tangan pemerintah untuk mencabut undang-undang reformasi pertanian yang kontroversial.
Pihak berwenang menempatkan ibu kota New Delhi dalam status siaga tinggi, mengerahkan polisi tambahan di perbatasan kota, serta menutup 10 stasiun metro.
Polisi telah memasang barikade menjelang protes di jalan-jalan utama tertentu, seperti yang ditunjukkan oleh video Kepolisian Delhi yang dibagikan di Twitter.
Di luar Delhi, polisi menempatkan sejumlah besar pasukannya di negara bagian pertanian utama yakni Uttar Pradesh, Haryana, dan Punjab.
"Ada pengerahan pasukan yang memadai di lokasi-lokasi sensitif" di sekitar Delhi, ujar juru bicara kepolisian Uttar Pradesh Atul Srivastava. "Kami ingin memastikan tidak ada masalah hukum dan ketertiban."
Ribuan petani di seluruh India memblokir jalan dengan tenda darurat, traktor, truk, dan batu besar untuk menekan pemerintah agar membatalkan undang-undang reformasi pertanian yang telah memicu protes selama berbulan-bulan belakangan ini.
Dituding hanya untungkan korporasi
Pada awalnya, protes dimulai oleh petani beras dan gandum dari India utara yang berkemah di pinggiran New Delhi. Namun dukungan untuk mereka terus tumbuh, utamanya di negara bagian yang tidak dikuasai oleh partai Perdana Menteri Narendra Modi.
Pemerintah federal telah menawarkan konsesi kepada para petani, namun mereka menolak untuk mencabut tiga undang-undang yang disahkan tahun lalu yang dikatakan penting untuk membawa investasi baru ke sektor pertanian. Sektor pertanian menyumbang hampir 15 persen ekonomi India dan menyerap sekitar separuh dari tenaga kerja di negara itu.
Tetapi para petani khawatir reformasi UU Agraria akan membuat mereka bergantung pada belas kasih perusahaan besar, karena UU ini akan secara bertahap mengakhiri praktik jaminan pembelian pemerintah, utamanya untuk biji-bijian seperti gandum dan beras.
Para petani telah berkemah dalam jumlah besar di luar ibu kota sejak pertengahan November 2020. Pada 26 Januari lalu yang merupakan Hari Republik India, para pengunjuk rasa berdemonstrasi di seluruh kota yang disusul bentrok dengan polisi antihuru-hara. Video yang dibagikan di Twitter menunjukkan para pengunjuk rasa memblokir jalan raya di sekitar Delhi dan memainkan musik.
Surat kabar The Times of India melaporkan bahwa 50 orang telah ditahan di Delhi karena ikut serta dalam protes solidaritas dengan para petani. Serikat petani telah menyerukan blokade nasional, dengan gerakan bernama "Chakka Jam" untuk memprotes pemblokiran jaringan internet di daerah tempat para petani berkemah.
"Kami akan memblokir kendaraan selama tiga jam sebagai gerakan simbolis," ujar Rakesh Tikait, salah seorang pemimpin petani. "Kami akan memberikan air, makanan, dan menjelaskan kepada mereka yang terjebak (akibat protes ini) mengapa kami melakukan protes."
"Hari ini, dukungan seluruh masyarakat ada pada petani,” kata Yogendra Yadav, aktivis politik yang merupakan salah satu pemimpin gerakan petani, di Twitter. "Kemenangan pasti."
Tantangan bagi pemerintahan Modi
Sebelumnya, pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi membuat berang para petani dengan upaya mengesahkan serangkaian undang-undang pertanian yang menurut para menteri akan memodernisasi industri pertanian India.
Lebih dari separuh populasi India bergantung pada pertanian untuk kehidupan mereka. Meski demikian, sumbangsih ekonomi dari sektor ini terus menurun selama beberapa dekade terakhir. Para petani mengatakan bahwa undang-undang liberalisasi pasar yang baru akan menguntungkan perusahaan-perusahaan besar dan mempersulit mereka untuk bertahan hidup.
Petani India sudah menderita karena ketimpangan sosial dan tingginya jumlah utang. Unjuk rasa ini terbukti menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh pemerintah Modi sejak ia menjabat. Upaya negosiasi yang berulang kali telah gagal karena konsistennya tekanan para petani.
Protes tersebut juga menarik perhatian internasional setelah selebriti seperti bintang pop Rihanna dan aktivis lingkungan Greta Thunberg menunjukkan dukungan mereka. Sementara para pendukung pemerintah mengecam keterlibatan para selebriti dengan membakar foto mereka.
ae/yp (AP, AFP, Reuters, dpa)