Petugas Bantuan Diculik di Pakistan
20 Januari 2012Pekerja bantuan pembangunan dari Jerman dan seorang lainnya dari Italia diculik dari rumahnya di distrik Multan, provinsi Punjab, Kamis malam (19/1). Demikian diumumkan kepala penyidik kepolisian setempat, Azhar Ikram hari Jumat (20/1). Kedua pria tersebut bekerja bagi organisasi bantuan Jerman "Deutsche Welthungerhilfe". Mereka bertugas untuk menangani kekurangan pangan di negeri itu dan pada tahun 2010 mereka membantu para korban banjir besar di negeri itu. Hingga kini masih belum diketahui identitas penculik, latar belakangnya serta lokasi, di mana para penculik kini berada.
Seorang polisi di Multan mengatakan, para penculik bersenjata memasuki rumah kedua petugas organisasi bantuan itu dan mengikat penjaga keamanan di rumah itu. Lalu mereka langsung masuk ke dalam kamar-kamar warga Eropa itu, ujar polisi tersebut. Selanjutnya dikatakan bahwa tampaknya para penculik sudah sejak beberapa saat mengamati rumah itu dan telah mendapat informasi dari orang tertentu. Sejumlah perempuan yang juga berada di rumah itu, di antaranya warga Jerman, tidak diculik.
Seorang perempuan dan pria dari Swiss bulan Juli lalu juga diculik di Pakistan. Informasi terakhir mengatakan, mereka berada dalam tahanan kelompok radikal Islam Taliban.
Konfirmasi dari Roma
Menyangkut perjalanan dan keamanan di negeri itu, kementrian luar negeri Jerman memberikan peringatan kepada warganya bahwa keadaan keamanan di Pakistan sulit. Bagi negara Asia Selatan ini Jerman memberlakukan peringatan perjalanan terbatas. Dalam situs internet kementrian luar negeri di Berlin tercantum bahwa "Ada ancaman di seluruh negeri itu melalui aksi kekerasan yang berlatar belakang politis religius. Di Pakistan, ancaman serangan teroris, terutama melalui bom dan serangan bunuh diri, masih tetap tinggi."
Sementara itu, kementrian luar negeri Italia mengkonfirmasi penculikan seorang warganya dan telah membentuk tim penangan krisis. Multan yang berpenduduk sekitar 1, 3 juta jiwa itu terletak sekitar 400 kilometer dari ibukota Pakistan, Islamabad.
Christa Saloh-Foerster/dpa/afpe
Editor. Ayu Purwaningsih