Plasma untuk Terapi Luka Kronis
28 Januari 2012Sekitar empat juta warga di Jerman mengidap luka terbuka kronis yang lambat atau sulit sembuh. Kebanyakan pasiennya adalah penderita penyakit diabetes dan perokok berat, yang mengidap gangguan sirkulasi darah. Bakteri berkembang biak di luka terbuka yang sulit disembuhkan dengan obat-obatan konvensional.
Para dokter biasanya menerapkan terapi dengan salep antibiotika, untuk menyembuhkan luka terbuka kronis. Akan tetapi bakterinya seringkali mengembangkan kekebalan terhadap antibiotika, sehingga penyembuhan semakin sulit. Di rumah sakit München-Schwabing dilakukan riset pengobatan alternatif menggunakan plasma dingin.
Plasma secara fisika tercipta jika gas diberi imbuhan energi amat besar, sehingga atomnya terpecah menjadi partikel berupa ion dan elektron. Biasanya plasma terbentuk di angkasa luar berupa materi amat panas bersuhu jutaan derajat Celsius.
Direktur Institut Max-Planck untuk fisika ekstra terestrial di Garching, Prof. Gregor Morfill menjelaskan lebih lanjut, “Plasma adalah bentuk keempat materi, selain bentuk yang kita kenal berupa gas, cairan dan padatan. Matahari misalnya, adalah bola plasma raksasa. Atau petir di bumi. Jadi harus berenergi amat besar.“
Plasma dingin
Namun kini para ahli fisika dapat menciptakan plasma dingin. Caranya dengan memberikan imbuhan energi pada gas dalam volume amat kecil. Penggunaan plasma dingin juga semakin meluas, mulai dari produk televisi plasma, lampu hemat energi atau juga untuk pengobatan.
Plasma dingin diketahui berkhasiat suci hama, dalam arti dapat membunuh bakteri penyebab penyakit. Terapi plasma terutama merupakan alternatif jika metode konvensional dengan antibiotika gagal, akibat bakteri yang mengembangkan multi resiustensi.
Bersama dengan para pakar astro fisika dari Institut Max-Planck untuk fisika ekstra-terestrial di Garching, para dokter ahli penyakit kulit mengembangkan peralatan untuk memproduksi plasma dingin. Untuk keperluan itu digunakan gas mulia Argon yang dilewatkan pada medan elektro-magnetik.
Dokter kulit Georg Isbary dari rumah sakit München-Schwabing mengungkapkan keunggulan peralatan plasma untuk mengobati luka terbuka kronis :“Kita lihat temperaturnya 21 derajat. Pasien tidak merasa sakit dan hanya merasakan hembusan angin hangat. Dengan metode fisika kimiawi ini, kita menyerang bakterinya, tanpa terpengaruh jenis maupun pola resistensinya.”
Tidak memicu resistensi
Pancaran plasma dihembuskan selama sekitar dua menit pada luka terbuka kronis. Dengan itu partikel bermuatan akan menghancurkan membran sel bakteri dalam luka. Keampuhan metode plasma dingin untuk mengobati luka terbuka kronis, cukup meyakinkan. Resistensi bakteri seperti pada terapi antibiotika juga tidak akan muncul.
Isbary menjelaskan lebih lanjut :“Kami telah melaksanakan terapi selama lima tahun, dengan sekitar 2.000 unit pengobatan pada 250 pasien. Tidak ada rasa sakit atau efek sampingan. Metodenya amat menjanjikan.“
Salah satu kendala penerapan metode terapi plasma secara luas, adalah masih terlalu mahalnya perangkat pembangkit plasmanya. Saat ini sebuah perangkat prototipe yang dikembangkan Institut Max Planck di Garching, harganya sekitar 100.000 Euro. Di masa depan dirancang pengembangan pembangkit plasma yang menggunakan udara biasa, bukan gas mulia Argon.
Prof. Gregor Morfill mengungkapkan keunggulan perangkat baru tsb : “Dengan itu dapat diciptakan plasma lebih cepat ketimbang plasma Argon. Juga harganya hanya sepersepuluh perangkat plasma Argon. Dengan begitu pemanfaatnya dapat dilakukan secara meluas.“
Spektrum luas pemanfaatan
Perangkat pembangkit plasma terbaru itu kini sudah selesai dikembangkan, dan siap digunakan untuk ujicoba pada pasien. Selain itu, juga dikembangkan perangkat suci hama plasma lebih kompak dan lebih murah, untuk penggunaan di rumah-rumah sakit. Lazimnya personal di rumah sakit melakukan suci hama dengan mencuci tangan menggunakan sabun antiseptik yang merusak kulit.
Juga pemanfaatannya secara luas dalam bidang industri dan pertanian, untuk mencegah penyebaran penyakit akibat bakteri yang resisten antibiotika, seperti EHEC misalnya, di masa depan akan semakin digencarkan.
Dr. Georg Isbary mengungkapkan : “Dengan perangkat plasma semacam itu, dapat dilakukan suci hama menembus permukaan pembungkus bahan makanan. Dengan itu kontaminasi bakteri mematikan seperti EHEC dapat dihindarkan.“
Diyakini di masa depan, penggunaan perangkat pembangkit plasma dingin dalam ukuran kecil akan memiliki spektrum amat luas. Selain untuk keperluan rumah sakit dan industri, juga perangkat semacam itu dapat digunakan di rumah tangga.
Hellmuth Nordwig/Agus Setiawan
Editor : Andy Budiman