1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Politisi Oposisi Bangladesh Dibebaskan

11 September 2008

Menjelang pemilihan umum, hari Kamis pemerintah interim Bangladesh membebaskan mantan perdana menteri Khaleda Zia. Pemimpin Partai Nasionalis Bangladesh ini, telah mendekam satu tahun dalam tahanan atas tuduhan korupsi.

https://p.dw.com/p/FGLd
Mantan Perdana Menteri Bangladesh, Khaleda Zia, 63, melambaikan tangan kepada pendukungnya di Dhaka, Bangladesh, Kamis 11 September, 2008.Foto: AP

Khaleda Zia, pemimpin partai oposisi yang baru dibebaskan, mendesak pemerintah Bangladesh untuk membatalkan situasi darurat sebelum pemilihan umum bulan Desember. Ia mengatakan, „Partai BNP dulu memerintah karena dipilih oleh rakyat. Kami percaya bahwa pemilihan nasional mendatang sangat penting. Untuk itu juga, kami menuntut pembatalan segera situasi darurat, karena dalam situasi darurat tidak mungkin berlangsung pemilihan yang bebas, bersih dan adil“.

Khaleda Zia ditangkap 3 September tahun lalu dalam kampanye anti korupsi yang diluncurkan pemerintah interim Bangladesh. Selain Zia, hampir 170 politisi lainnya diciduk, termasuk pemimpin Liga Awami, Sheikh Hasina yang juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri. Sejak dua bulan terakhir ini, sudah lebih dari 50 politisi yang dibebaskan, termasuk Sheikh Hasinah. Seperti Khaleda Zia, ia dibebaskan dengan jaminan dalam rangka proses dialog yang berlangsung antara pemerintahan interim dan partai-partai politik Bangladesh.

Menurut pemimpin pemerintah interim Bangladesh, Fakhruddin Ahmed, selain membebaskan para tokoh ini untuk berdialog, pemerintah tak punya alternatif untuk mendesak agar partai-partainya tampil dalam pemilu mendatang. Ia mengingatkan, pemerintahannya telah berjanji bahwa awal Januari 2009 Bangladesh sudah akan ditangani oleh pemerintah yang terpilih. Keterlibatan kedua partai itu amat penting bagi kredibilitas pemilu.

Diantara sekian banyak partai, BNP dan Liga Awami merupakan dua partai politik terbesar di Bangladesh. Popularitas kedua partai ini tidak surut, meski citra para pemimpinnya tercemar korupsi. Sementara itu, walaupun dalam 15 tahun terakhir para pemimpinnya, Khaleda Zia dan Sheikh Hasina secara bergantian menduduki tampuk kekuasaan, keduanya hampir tak pernah berbicara satu sama lain.

Hossain Zillur Rahman, anggota pemerintah interim yang membantu pembebasan Khaleda Zia mengatakan, bahwa dialog itu juga bertujuan menengahi posisi kedua politisi yang bersaing. Kepada media Zillur mengatakan, kedua tokoh perempuan itu perlu mengatasi perbedaan dan membicarakan bagaimana mereka dapat turut memajukan bangsa.

Hari Kamis, ribuan pendukung dan pejabat partai menyambut Khaleda Zia, ketika ia meninggalkan penjara menuju makam suaminya, mantan presiden Zia ur Rahman. Dari sana Zia mengunjungi Tareq Rahman, putra yang sebelumnya adalah pewaris dinasti politik BNP. Belakangan Tareq Rahman yang berada dalam perawatan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai sekretaris jenderal partai BNP.

Isupun tersebar bahwa terjadi perpecahan. Hal yang disangkal Khaleda Zia. Menurut dia, putranya harus mengalami perawatan panjang sekitar 3 sampai 4 tahun, tapi itu tidak berarti BNP tidak akan mengikuti pemilu. Ungkapnya: „Saya meyakini pentingnya dialog karena itu bersedia mengikuti proses ini. BNP akan tampil sebagai kesatuan yang kukuh. Tidak ada perpecahan dalam BNP.“

Meski begitu, banyak pihak yang menduga kepergian Tareq Rahman untuk menjalani pengobatan di Inggris, lebih terkait dengan situasi politik saat ini. (ek)