Portugal Kewalahan Dihantam Kekeringan Ekstrem
6 Juni 2023Sekitar 30 persen air ledeng di Portugal menghilang terserap tanah, karena jaringan pipa yang menua dan dimakan usia. Seakan tidak cukup, sekitar 80 persen cadangan air di penjuru negeri digunakan untuk pertanian, sementara hampir sepuluh persen air bersih dipakai untuk menyiram lapangan golf. Data statistik tersebut membiaskan ketimpangan akses air, ketika 89 persen wilayah Portugal mengalami kekeringan, dengan 40 persen di antaranya sudah berada di level ekstrem.
Bom waktu itu selama ini cendrung diabaikan, menurut Joaquim Pocas Martins, Guru Besar Hidrologi di Universitas Porto. "Kekeringannya semakin parah, kata dia, "tapi masalah ini tidak disadari karena kita punya sistem pengelolaan air yang baik dan air selalu mengucur dari semua keran," imbuhnya.
Hal senada diungkapkan Francisco Ferreira, seorang guru besar yang juga pegiat lingkungan. "Seharusnya kita sudah memiliki rencana nasional sejak lama, untuk memanfaatkan sumber daya ini secara berkelanjutan. Tapi rencana itu tidak ada. Sebabnya aktivisme dalam krisis ini tidak banyak berguna."
Portugal memanjakan sektor pertanian demi menjamin pemasukan negara. Hal ini sejak lama dikritik oleh pegiat lingkungan. "Di Algarve di selatan, ada rencana untuk membuka perkebunan alpukat seluas 600 hektar," kata ahli lingkungan, Catarina Rodrigues. "Padahal, alpukat membutuhkan air sangat banyak di wilayah yang sekarang pun sudah mengalami kelangkaan air. Itu bisa digolongkan sebagai kejahatan ekologi."
Kepunahan air tanah
Menurut Pocas Martins, jika pun pertanian menggunakan metode desalinasi air laut yang mahal, ekspor bahan pangan tetap dinilai menguntungkan. Namun instalasi desalinasi tidak dimiliki Portugal. Sebabnya, banyak petani yang menyedot air tanah secara diam-diam, klaim ahli lingkungan Portugal, Rodrigues.
Tapi praktik tersebut tidak lagi berkelanjutan. Di penjuru negeri, muka air tanah dilaporkan anjlok drastis, antara lain lantaran maraknya perkebunan Eukaliptus yang boros air. "Produksi Eukaliptus bernilai total lima miliar Euro," kata Pocas Martins yang pernah menjabat menteri lingkungan hidup di Portugal. Dia menilai harus ditemukan jalan tengah agar petani tidak merugi.
Namun imbauan itu ditolak Francisco Ferreira, seorang guru besar lingkungan lain. "Eukaliptus tetap ditanam secara monokultur," dalihnya. "Kita harus memperkuat keragaman dan ketahanan, serta mengkonsumsi air secara bijak. Jika tidak, lanskap kita tidak akan mampu menyintasi kebakaran hutan dan lahan atau musim kemarau berikutnya."
Air tanah tidak cuma disedot untuk keperluan irigasi, tetapi juga demi memanjakan wisatawan di wilayah pesisir. Akibatnya, intrusi air laut meningkat yang ditandai dengan kontaminasi air tanah dengan air asin.
"Pariwisata massal di wilayah seperti Algarve menuntut konsumsi air yang tinggi," kata Ferreira. Air antara lain digunakan paling banyak untuk mengisi kolam renang, penatu atau untuk kebutuhan lain wisatawan.
"Belum lagi olah raga golf yang banyak dikampanyekan dan dikembangkan oleh Portugal," ujarnya. "Untuk menyuburkan rumput lapangan golf, Portugal menghabiskan delapan persen air minumnya." Solusinya adalah daur ulang limbah cair. Namun dari 40 lapangan golf di selatan Portugal, hanya tiga yang telah dklengkapi fasilitas tersebut. Menurut Farreira, tingkat daur ulang limbah cair di Portugal secara umum "hanya berkisar dua persen."
Perbaikan separuh hati
Pemerintah sejauh ini menjanjikan perbaikan regulasi dan pembangunan instalasi desalinasi air laut. Kelak, infrastruktur tersebut akan digerakkan oleh energi terbarukan. Namun laju transformasi berkelanjutan di Portugal bersaing ketat dengan pembangunan besar-besaran di sektor pariwisata, klaim Catarina Rodrigues.
"Sebuah Undang-undang, yang dinamai Simplex Ambiental, sudah digunakan untuk menyetujui banyak proyek pariwisata yang kontroversial," kata dia. Simplex Ambiental berarti kurang lebih kelonggaran pada regulasi lingkungan.
Belum jelas, bagaimana pembangunan hotel akan berdampak pada ketersediaan air di Portugal. Betapapun repotnya musim kemarau tahun lalu, yang diwarnai penutupan kolam renang dan air mancur umum, serta larangan menyiram bunga di halaman, wisatawan tidak akan dibiarkan ikut merasakan dampaknya.
rzn/hp