Presiden SBY: Bangsa Indonesia Semakin Kuat
11 Oktober 2012Peringatan sepuluh tahun bom Bali diwarnai ancaman teror yang membuat Kepolisian Indonesia menetapkan status siaga satu dan mengerahkan seribu personel untuk memastikan acara peringatan itu berjalan aman.
Ancaman teror membuat sejumlah negara barat termasuk Jerman memperingatkan warganya untuk menghindari bepergian ke sejumah lokasi yang dikhawatirkan bakal menjadi sasaran para teroris.
Bom sepuluh tahun silam di Kuta, telah membawa Indonesia ke front terdepan dalam perang melawan terorisme. Lebih dari 200 orang tewas dalam ledakan di dua buah kafe yang terletak di pusat turisme Kuta. Sebagian besar korban adalah turis barat namun 38 diantaranya adalah warga Indonesia.
Tujuan Teroris Gagal
Yudhoyono yang saat peristiwa itu terjadi menjabat sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan, menyebut bahwa kekejaman itu justru membuat bangsa Indonesia menjadi lebih bersatupadu.
“Apapun motivasi dan perhitungan para teroris, serangan bom Bali tidak menghasilkan efek yang diinginkan,” kata dia dalam artikelnya di koran Australia Sydney Morning Herald.
“Pada kenyataan, hasilnya justru berkebalikan. Umat Muslim, Hindu, Kristen dan Budha di seluruh Indonesia sangat mengutuk serangan dan menolak penyalahgunaan agama untuk melakukan tindak kekerasan.
“Seluruh bangsa bergerak membela kebebasan, demokrasi dan toleransi“ kata Yudhoyono menambahkan “Dan secara internasional, Indonesia menjadi pemain kunci dalam perang melawan terorisme global. Indonesia juga menjadi pendukung aktif kerjasama antar agama.“
PM Australia Bertekad Datang
88 warga Australia termasuk diantara korban yang tewas dan Perdana Menteri Julia Gillard telah menegaskan keinginannya untuk menghadiri peringatan sepuluh tahun bom Bali meski ada ancaman teror.
“Saya berniat pergi ke Bali. Saya ingin ada di Bali,” kata Gillard.
Gillard rencananya akan memberikan pidato untuk mengenang warga Australia yang menjadi korban serangan di Sari Club dan Paddy's Bar satu dekade silam.
“Ini adalah momentum yang sangat penting bagi bangsa kita. Saya pikir kita akan mengingat sepuluh tahun lalu, di mana kita dan bagaimana perasaan kita, dan betapa terkejutnya kita,” kata Perdana Menteri Gillard.
Teroris Musuh Nomor Satu
Presiden Yudhoyono mengatakan bahwa saat-saat bom meledak itu akan terukir dalam kenangan bangsa Indonesia untuk selamanya dan memicu reaksi berantai.
“Debat publik tentang apakah ancaman terorisme itu nyata atau cuma ancaman khayalan bagi Indonesia kini sudah lewat” kata Presiden Yudhoyono.
“Kami mengakui bahwa kebebasan, demokrasi dan toleransi bukanlah sebuah pemberian. Keamanan nasional kami bergerak cepat dan terorisme menjadi musuh publik nomor satu.”
Bali yang amat bergantung pada pariwisata kini telah pulih. Indonesia mendapat pujian atas tindakan keras terhadap teroris. Sebagian besar pelaku telah ditangkap, tewas dalam penggerebekan dan ada pula yang dijatuhi dihukum mati.
Keadilan Telah Ditegakkan
Yudhoyono mengatakan dia bertekad “bahwa mereka yang terlibat dalam serangan harus membayar atas tindakan teror yang mengerikan.” Presiden Indonesia itu mengaku senang bahwa keadilan telah ditegakkan.
“Beberapa yang di penjara telah menyatakan penyesalan dan meninggalkan ideologi ekstrimis,“ kata Yudhoyono sambil menutup bahwa “Sementara yang lainnya bekerjasama dengan menyediakan informasi yang mengarah pada penangkapan sel teroris lainnya.”
AB/AS (afp,dpa)