Prospek Kerja Warga Migran Arab Lebih Rendah
14 September 2013Tanpa paspor Jerman- tak punya kerja? Institut ekonomi Jerman untuk pertama kalinya melakukan survey, membandingan situasi warga asing dan warga Jerman di pasar kerja berdasar data yang diperoleh dari lembaga tenaga kerja federal. Hasilnya: warga asing yang datang ke Jerman prospeknya untuk memperoleh pekerjaan lebih buruk.
Dalam statistik tersebut, pekerja yang penghasilannya paling banyak 450 Euro, pegawai pemerintahan dan pengusaha swasta tidak disertakan - para pemilik restoran asing juga tidak dihitung. Cakupan penelitian, hanya warga asing yang punya ijin kerja.Para pengungsi dan pencari suaka yang tidak memiliki ijin kerja juga tidak dihitung.
"Terlihat gambaran menyeluruh yang jelas, meski dilakukan pembatasan," kata Holger Schäfer, juru bicara institut ekonomi Jerman kepada DW. "Pada dasarnya warga asing lebih sering menggangur dibanding warga Jerman. Perbandingannya bisa dua kali lipat," ujar dia menambahkan. Bulan Juni lalu, tingkat penganguran rata-rata di Jerman mencapai 7%, di kalangan warga tanpa paspor Jerman angkanya 14 % .
Imigran Arab paling parah
Khususnya imigran dari kawasan Arab yang paling sering menganggur. Ranking teratas: pendatang dari Libanon diikuti imigran Irak, Afganistan dan Iran. Hoger Schäfer mengatakan, “Penyebabnya mereka datang ke Jerman bukan dengan alasan untuk bekerja tapi sebagai pengungsi, karena itu dan lebih sulit mencari pekerjaan."
Dipilah berdasarkan kelompok imigran terbesar di Jerman, angka mutlak pengganggur berdasar statistik menunjukkan: dari jumlah total 460.000 penganggur, 140.000 orang diantarnya warga Turki, dan 29.000 warga Italia. Dibandingkan warga Jerman kemungkinan warga Turki mengganggur dua sampai tiga kali lebih tinggi
Pendatang yang sukses berintegrasi
Sebaliknya, para pendatang dari sesama negara-negara industri angkanya tidak mencolok. Bagi warga Perancis, Inggris, Asia atau Amerika Serikat kesempatan mereka mendapat kerja sama seperti warga Jerman.
“Yang juga punya proyeksi bagus adalah orang-orang dari Eropa Timur. Warga Polandia misalnya, hanya sedikit lebih tinggi angka penganggurannya dibanding warga Jerman,” ujar Schäfer. “Warga Rumania yang sering disebut berimigrasi ke dalam sistem sosial, bahkan tingkat pengganggurannya sedikit lebih rendah dibanding warga Jerman.
“Akar dari tingginya jumlah penggangguran warga asing terletak pada minimnya kualifikasi,“ kata Schäfer menambahkan. Warga asing sering tak punya atau hanya memiliki pendidikan minim. Sekitar sepertiga dari warga asing tidak punya ijasah pelatihan kerja profesional. Sedangkan untuk warga Jerman, hanya delapan persen yang kondisinya seperti itu.
Karena itu, menurut Schäfer,"Jajaran dari lembaga ketenagajerjaan, harus melakukan pendekatan secara lebih terarah pada remaja keturunan asing“.