Protes Berlanjut di Afghanistan
25 Februari 2012Tuhan maha besar. Untuk Tuhan dan Quran yang suci. Demikian diserukan para demonstran di Afghanistan utara dengan wajah penuh kemarahan sambil mengayunkan tongkat kayu ke udara. Yang berdemonstrasi pria dari berbagai usia, juga anak-anak kecil dan remaja.
Peristiwa ini terjadi hari Kamis lalu (23/02) di provinsi Baghlan, di tengah daerah di mana militer Jerman ditempatkan. Di Takhar, di dekat Baghlan, orang-orang melemparkan batu ke sebuah markas kecil pasukan Jerman. Setelahnya, yang bertanggungjawab memutuskan untuk menutup markas di ibukota provinsi, Taloqan. Sekitar 60 tentara mengepak barang-barang mereka, dan pindah ke pangkalan militer yang jauh lebih besar di Kunduz. Semua khawatir akan aksi protes yang terjadi setelah sembayang Jumat.
Penjagaan Aparat Keamanan
Terutama di ibukota Kabul, aparat keamanan telah berjaga-jaga sejak pagi hari. Satuan polisi berada di sejumlah persimpangan penting dan di depan semua mesjid besar. Namun demikian aksi demonstrasi berjalan tetap terjadi, baik di Kabul dan kota-kota lain. Seruan yang diteriakkan sudah dikenal. Matilah Amerika, matilah NATO.
Dua tentara dari pasukan perlindungan NATO di Afghanistan, ISAF dilaporkan tewas dalam kerusuhan. Situasi kini sangat genting, walaupun Presiden AS Barack Obama sudah menyampaikan permintaan maaf. Dari wawancara dengan pekerja Afghanistan di markas militer AS di Baghram juga terlihat jelas dua pandangan yang saling bertentangan di negara itu.
Para pekerja mengambil tindakan ketika Senin lalu (20/02), dengan tangan kosong mereka menarik sejumlah Quran dari api, yang digunakan tentara AS untuk membakar benda-benda yang tidak terpakai lagi. Quran tersebut disita dari tahanan Afghanistan, yang katanya digunakan untuk saling menukar informasi.
"Tidak Takut Mati"
Salah seorang pekerja mengatakan, "Kami mengatakan kepada tentara AS bahwa kami mengambil Quran dari tungku. Tidak peduli berapa berkuasanya mereka, kami akan berjuang untuk Quran dan Tuhan sampai tetes darah penghabisan. Kami juga mengatakan, kami tidak takut mati sebagai martir. Kami bahkan bangga.“
Para pekerja itulah yang membawa beberapa Quran yang terbakar dari markas militer AS di Baghram. Insiden di Baghram juga menjadi batu sandungan berikutnya bagi hubungan baik antara warga Afghanistan dan pasukan Barat, walaupun pejabat pemerintah, seperti misalnya kepala polisi Baghram berusaha menengahi.
Taliban Salah Gunakan Situasi
Kepala polisi mengatakan, "Tentara AS tahu apa yang mereka lakukan. Saya tidak percaya, orang akan akan melakukan tindakan bodoh itu sekali lagi. Orang-orang yang berpendidikan, yang mengenal Islam dan perasaan keagamaan tidak akan melakukan itu. Itu hanya dilakukan orang yang tidak tahu apapun tentang masyarakat Afghanistan. Orang-orang bodoh itulah yang bertanggungjawab bagi kemarahan warga di sini.“
Gerakan radikal seperti Taliban menyalahgunakan situasi ini. Mereka menuntut demonstran dan aparat keamanan Afghanistan untuk menyerang warga asing dan membunuh mereka. Banyak wakil negara-negara Barat kini menarik diri ke tempat di mana mereka terlindung.
Sandra Petersmann / Marjory Linardy
Editor: Edith Koesoemawiria