Rejim Suriah Jangkau Oposisi di Pengasingan
6 Oktober 2011Sondos Sulaiman hidup di Jerman sejak hampir sepuluh tahun lalu. Perempuan itu berasal dari kota Hama. Ia terpaksa meninggalkan tanah airnya, karena giat dalam partai oposisi, yang menuntut kebebasan dan persamaan hak bagi semua warga Suriah.
Sulaiman memaparkan, "Partai yang saya dukung sifatnya sekuler, dan kami punya anggota di semua kota Suriah. Kami percaya, bahwa di negara kami, semua warga harus sama di depan hukum. Tidak peduli apa agama mereka, atau apakah mereka orang Arab, Kurdi, Sunni atau Alawi. Kita semua harus punya hak-hak sama."
Anggota Kelompok Minoritas
Perempuan muda itu termasuk kelompok minoritas agama Alawi, seperti halnya Presiden Bashar al Assad dan banyak wakil rejim lainnya. Tetapi Sondos Sulaiman tetap memerangi pemerintah Suriah, karena ia tidak ingin hak-hak istimewa, melainkan hak yang sama bagi semua orang.
Sekarang ia berjuang dari ibukota Jerman, Berlin, untuk kebebasan di Suriah. Tetapi tangan rejim Suriah juga berhasil menjangkaunya di Berlin. Lewat e-mail dan telefon ia mendapat tekanan agar menghentikan aktivitasnya. Keluarganya yang masih berada di Hama juga mengalami penindasan.
Penyiksaan Anggota Keluarga
Sondos Sulaiman memaparkan, keluarganya disiksa oleh aparat keamanan Suriah karena aktivitasnya, padahal keluarganya tidak terkait oposisi. Saudara laki-lakinya harus memberikan laporan secara teratur kepada yang berwenang tentang aktivitasnya di Jerman, juga apakah ia dapat berhubungan dengan keluarganya di Suriah. Saudara laki-laki Sondos bahkan dipaksa untuk tampil di televisi negara dan menjelek-jelekkan Sondos di depan umum.
Perlakuan lebih buruk harus diderita saudara laki-laki Khaled, seorang warga Suriah lain yang juga tinggal di pengasingan di Jerman. Kristina Schmidt dari organisasi pembela HAM, Amnesty International mengenal kasus itu
"Khaled bercerita, saudara laki-lakinya ditangkap setelah Khaled mengadakan aksi protes di Jerman. Saudaranya itu ditempatkan sebulan dalam sebuah penjara rahasia milik aparat keamanan Suriah. Setelah itu ia dibebaskan, tetapi karena takut ia bersembunyi," demikian ungkap Karistina Schmidt.
Kejahatan terhadap Kemanusiaan
Khaled dan Sondos hanya contoh saja. Sejak gelombang protes terjadi di Suriah, rejim Assad melancarkan tindakan brutal terhadap keluarga para pendukung oposisi yang tinggal di luar negeri. Dalam laporan terakhirnya Amnesty International mengungkap sejumlah besar kasus warga Suriah yang hidup di AS, Kanada, Chili dan Eropa. Mereka mendapat tekanan berat dan keluarga mereka di kampung halaman mengalami penyiksaan. Amnesty International memantau situasi di Suriah dengan cemas.
Kristina Schmidt menjelaskan, pemerintah Suriah melancarkan kekerasan terhadap warga yang berdemonstrasi. Mereka mengerahkan penembak jitu dan panser terhadap rakyatnya sendiri. Organisasi hak asasi itu memandang langkah rejim Assad sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan harus dihukum.
Pembunuhan dan Penyiksaan
Sedikitnya 2.200 orang dibunuh dalam aksi protes damai terhadap pemerintah. Demikian keterangan Kristina Schmidt selanjutnya seraya menambahkan, ribuan warga Suriah, baik perempuan maupun laki-laki disiksa dan dianiaya. Dalam laporan terakhirnya, Amnesty International mendokumentasikan sedikitnya 88 orang tewas di penjara. Separuhnya terbukti tewas akibat penyiksaan. Jumlah ini sekarang sudah lebih dari 100.
Informasi itu diperoleh Amnesty Interantional dari saksi mata, pengungsi dan warga Suriah di pengasingan. Banyak berita disebarluaskan lewat internet dan telefon. Di Suriah sekarang tidak ada pengamat independen. Wartawan asing juga tidak diijinkan masuk ke negara itu.
Bettina Marx / Marjory Linardy
Editor: Andriani Nangoy