Republik Wahabi Pakistan
30 Agustus 2012Tak sulit untuk menemukan orang di Pakistan yang membenci Taliban dan aksi bom bunuh diri yang menewaskan warga di negara itu selama beberapa tahun terakhir. Tapi merupakan hal yang tidak umum untuk mendengar suara-suara yang menentang Arab Saudi dan ideologinya Wahabisme.
Kota Mekkah di Arab Saudi, yang menjadi lokasi Ka'bah merupakan salah satu kota yang paling dihormati bagi umat Islam di seluruh dunia. Itu saja cukup untuk membuat Arab Saudi sebagai negara suci bagi jutaan orang di Pakistan. Lagipula, bagi muslim Pakistan, mengkritik Arab Saudi sama saja dengan mengkritik Islam.
Sebelum revolusi Syiah yang dilakukan Ayatullah Khomeini di Iran pada tahun 1979, pemerintah Pakistan masih memiliki hubungan baik dengan Iran maupun Arab Saudi. Namun setelah revolusi, Pakistan menjadi lebih dekat dengan Arab Saudi.
Hubungan Arab Saudi – Pakistan semakin dekat selama perang Afghanistan melawan Uni Sovyet selama tahun 1980an. Pada saat itu, baik Pakistan dan Arab Saudi menjadi sekutu dekat dengan Amerika Serikat dan sepenuh hati mendukung Mujahidin di Afghanistan.
Apa yang tidak berubah setelah perang Afghanistan adalah kegandrungan Pakistan atas Arab Saudi dan Wahabisme-nya.
Akar Ekstrimisme
Bekas Menteri Hukum Pakistan Iqbal Haider kepada DW mengatakan bahwa sebagian besar jihadis dan organisasi teror yang beroperasi di Pakistan memiliki faham Wahabisme.
„Apakah mereka Taliban atau Laskar e-Taiba, ideologi mereka adalah Wahabi, tanpa keraguan sedikitpun“ kata Haidar „Semua organisasi ini mendapat dukungan dari militer dan agen rahasia Pakistan.“
Haider yang menjabat Menteri Hukum di bawah pemerintahan Benazir Bhutto (yang diduga tewas dibunuh oleh Taliban pada tahun 2007) menyalahkan bekas diktator militer Jenderal Zia ul-Haq yang membuat kebijakan mendanai dan mempersenjatai kelompok Wahabi pada tahun 1980an. Ia mengatakan bahwa, diktator itu menggunakan organisasi-organisasi itu untuk melawan kelompok minoritas termasuk Syiah, yang menurut Haider mendapat simpati dari Iran. Ia mengatakan tak ada keraguan bahwa Arab Saudi mendukung kelompok Wahabi melalui Jenderal Haq untuk membunuhi para pendukung Iran di Pakistan.
Aktivis hak asasi manusia mengatakan, Arab saudi mensponsori ribuan sekolah agama atau madrasah di Pakistan.
Tapi sejarawan Pakistan Dr. Mubarak Ali mengatakan bahwa pengaruh Wahabi di sub kontinen India itu sudah setua Wahabisme itu sendiri.
„Abdul Wahab, seorang teolog salafi Arab dan pendiri idologi garis keras Wahabi, meninggal pada akhir abad-18. Para pendakwah Wahabi mulai mendatangi British India pada tahun 1880. Mereka mendorong banyak muslim India untuk berjuang melawan kekuasaan Inggris,“ kata Ali sambil menambahkan bahwa sekte puritan Deobandi juga merupakan cabang dari pengaruh Wahabisme di India.
“Di Pakistan, berbagai kelompok dan organisasi Wahabi menikmati perlindungan dari negara dan berkembang dengan mengorbankan kelompok lain yang dilecehkan oleh berbagai rejim di Pakistan. Agak aneh karena Wahabisme adalah sebuah sekte minoritas di Pakistan,” kata Ali.
Sejarawan itu juga mengatakan bahwa Wahabisme tidak hanya mempengaruhi politik Pakistan tapi juga merusak kebudayaan Indo-Pakistan yang mempunyai corak beragam.
“Wahabi menentang keragaman budaya, sehingga mereka menyerang kuil, festival musik dan pusat-pusat kebudayaan lain yang mereka anggap tidak Islami dalam pandangan mereka,“ kata dia.
Wahabisme telah merembes ke dalam jiwa banyak orang Pakistan, yang menyebabkan “Arabisasi” atas banyak tradisi yang sebelumnya ada di negara itu. „Orang sekarang lebih suka mengatakan ‚Allah Hafiz' (Semoga Allah melindungimu-red) daripada ‚Khuda Hafiz' (Semoga Tuhan melindungimu-red) dan ‚Ramadan' daripada ‚Ramzan' sebagai upaya untuk meniru orang Arab Saudi,“ kata Ali.
Aliansi Arab Saudi-AS
Negara-negara barat menuduh Pakistan, khususnya agen rahasia militer Pakistan yakni Inter Services Intelligence (ISI), mendukung Taliban, yang mereka katakan mempunyai surga aman di wilayah barat laut Pakistan yang berbatasan dengan Afghanistan. Mereka mengatakan bahwa para Islamis militan melancarkan serangan ke Afghanistan dari tempat persembunyian mereka di Pakistan dan bahwa pemerintah Pakistan tidak berbuat cukup untuk menghancurkan tempat-tempat suci para teroris itu.
Tapi Iqbal Haider menyebut adalah sebuah paradoks bahwa barat mengkritik Pakistan tapi tidak mengatakan apapun terhadap Arab Saudi, yang merupakan pemberi dana utama bagi organisasi militan Wahabi di Pakistan.
“Arab Saudi adalah sekutu terbesar Amerika di Timur Tengah. Negara itu juga memainkan peran sebagai mediator antara Washington dan Islamabad. Ketika Shah Iran berkuasa, Teheran yang memainkan peranan ini, sekarang Riyadh,“ kata Haider
Haider juga menuduh pemerintah Pakistan membantai kelompok Syiah di wilayah barat laut Gilgit-Baltistan.
Pekan lalu, 22 anggota muslim Syiah dibunuh secara brutal oleh Taliban di Mansehra saat mereka sedang melakukan perjalanan dengan bus penumpang dari Rawalpindi menuju Gilgit. Orang-orang bersenjata, yang mengidentifikasi mereka sebagai Syiah lantas membunuh mereka dari jarak dekat. Beberapa ahli Pakistan menyebut itu sebagai „pembersihan sektarian“ atas kelompok Syiah yang dilakukan negara bersama kelompok Wahabi.
Haider mengatakan kepada DW bahwa pemerintah ingin Wahabi memonopoli Pakistan untuk kepentingan geo-politik dan strategi, sehingga mereka secara sistematis membunuh mereka yang menjadi penghalang.
„Serangan ini bukan sesuatu yang baru“. Taliban juga telah melancarkan sejumlah serangan atas wilayah Syiah di Gilgit selama pemerintahan Pervez Musharraf (bekas diktator militer-red). Tentara tak pernah berusaha menghentikan mereka,“ kata Haider menambahkan bahwa dia melakukan penelitian sendiri atas kasus ini dan menemukan bahwa kelompok militan Taliban dari Afghanistan bisa memasuki wilayah Gilgit-Baltistan tanpa hambatan dari pasukan keamanan Pakistan.
Shamil Shams DW (AB/HP)